"Kaela!! Bangun!!" Teriak kakak. Sembari menggoyang - goyangkan kakiku. Ia juga menarik - narik kakiku. Supaya aku lebih cepat bangun.
"Mmmm...." Gumamku. Aku mendengar suara kakak yang memanggil namaku. Tapi mataku tidak bisa kubuka, bagai ada setumpuk lem yang ada di mataku. Kupaksakan tubuh ini untuk duduk. Tidak heran lagi ketika mataku terbuka, aku melihat rumahku yang ada di depan mobil. Ini terjadi mungkin karena aku tadi benar benar tertidur lelap.
Setibanya aku di dalam rumah, terlihat mama yang duduk di atas sofa. Aku menyalami tangan mama dan duduk di sampingnya. Mata mama yang menatap dengan tenang bagai air sungai yang mengalir. "Kaela,kamu sudah pulang, gimana?. Kamu bisa menjawabnya? Tanya mama.
Aku sedikit menggeleng seraya berkata "Maa, Kaela ga lulus karena ga bisa jawab 1 soal di Juz 1." Ucapku pelan. Awalnya aku tidak ingin mengatakan hal ini kepada mama karena takut membuatnya kecewa. Tapi ia pasti lebih kecewa denganku bilaku berbohong.
Ada goresan di hatiku yang membuatku putus asa. Goresan itu adalah kata kata tentang hafalanku yang lemah. Kata-kata tersebut digores oleh seorang laki laki perjaka yang menguji tahfidzku. Karena kata kata ini aku tidak sanggup berurusan dengan orang orang yang berkaitan denagn tahfidz.
 Bulan ini adalah libur sekolah, hal ini membuatku lebih mengurung diri dirumah. Padahal ada jadwal tahfidz dua kali seminggu yang harus kujalani.
Pada tiga kali bertutut-turut aku tidak pergi ke Rumah Tahfidz tanpa alasan dan surat izin. Ustadzah Sa menelfon mamaku dan menanyakan alasanku tidak mengikuti kegiatan tahfidz. Mama hanya berkata "Ustadzah, Kaela saat ini hanya butuh waktu untuk dirinya sendiri. Bila sudah saatnya ia pasti pergi tahfidz kok dzah" Jawab mama pada ustadzah.
Terkadang kumendengar mama yang sedang ditelfon Ustadzah Sa. Mama meyakinkan Ustadzah Sa bahwa aku tidak putus asa dalam menghafal Al-Qur'an. Setiap kali mendengar hal itu aku merasa harus bangkit dari keterpurukanku ini. Tapi kujuga takut bila ku gagal lulus lagi.
 Enam kali pertemuan yang kulewati tanpa ada kabar dan alasan yang jelas. Aku merasa bahwa hasil yang kudapat sangatlah mengecewakan usaha yang kulakukan. Padahal yang kulakukan hanya ingin membanggakan orang tuaku.
 "Kaela!!, Kaela!!" Terdengar suara gadis yang memanggilku. Suara ini sangat familiar di telingaku. Aku melangkah dan membuka pintu rumah. Tampak gadis yang seumuran denganku. Gadis itu bernama Zaskia Khairunnisa. Ia teman sehalaqah denganku dan juga teman setoran bagiku. Aku biasa memanggilnya Kia.
 "Kaela, pergi ke Hello Reswah yok!" Ajak Kia. Hello Reswah ini semacam cafe yang berada di tengah persawahan. Cafe ini dikelilingi persawahan penduduk.