Mohon tunggu...
Khairyatul Amraini
Khairyatul Amraini Mohon Tunggu... Lainnya - siswa

hobi menggambar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tiada Lagi Putus Asa dalam Hidupku

8 November 2023   20:54 Diperbarui: 8 November 2023   21:07 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber mezie93.deviantart.com

Aku sedang muraja'ah hafalan al-qur'an.aku muraja'ah bersama teman-temanku. Kami muraja'ah di Rumah Tahfidz.
"Kaela, kesini sebentar!" Terdengar suara wanita pekerja awal. Wanita ini
ustadzah di Halaqahku.

Yap. Benar sekali namaku Kaela Putri Atiqah.yang akrab dipanggil Kaela.

"Ya dzah? kenapa dzah?" Ucapku setiba di depan ustadzah. Ustadzh ini bernama lengkap Annisa Winanda. Ia akrab dikenal sebagai Ustadzah Sa. Sebutan itu ada sejak para santri angkatan pertama di Rumah Tahfidz.

Ustadzah menunjukkan layar hpnya kepadaku. Seraya berkata "Kaela, maukah kamu mencoba tes tiga juz lagi?" Tanyanya. Aku melihat wajah ustadzah yang terdapat  sedikit kekhawatir.

"Euuummmmm.........." Gumamku. Banyak ingatan-ingatan yang terjadi 5 bulan yang lalu dikepalaku. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku untuk melupakannya.

"Kaela, kamu boleh menjawabnya besok kok." Ujar ustadzah kepadaku sambil tersenyum lembut. Melihat wajah ustadzah membuat sedikit kesedihanku berkurang.

"Mmmm.... Ok dzah, nanti Kaela pikirkan lagi." Kataku dengan sedikit tersenyum ke arah ustadzah Sa.

"Mmmm.... Ok dzah, nanti Kaela pikirkan lagi." Kataku dengan suara pelan penuh keraguan. Aku tersenyum sebaik mungkin ke arah ustadzah Sa.

 Ustadzah mengelus kepalaku dengan lembut. Seraya berkata "Tenang saja Kaela, kamu sudah bekerja keras, insyaallah Allah akan membalas kerja kerasmu"

Aku mulai bangkit dari dudukku. "Dzah, Kaela murajaah dulu ya dzah" Kataku sopan. Ustazdah Sa hanya mengangguk. Aku berjalan kembali ke Halaqah muraja'ah.

Saat duduk aku melihat kearah Ustadzah Sa yang sedang menerima setoran santri lain. Tapi aku ingin fokus untuk muraja'ah dulu. Jadi akupun langsung mengikuti muraja'ah bersama teman-temanku lagi.

Tentu saja saat ini aku tidak fokus muraja'ah. Banyak hal yang terlintas dikepalaku tentang kejadian 5 bulan yang lalu. Mungkin pandangan orang aku terus mengikuti muraja'ah dengan lancar. Tapi aku sadar hanya suara dan mulut yang muraja'ah. Tidak dengan pikiranku yang masih kacau balau.

Kumandangan azan mulai terdengar di telingaku. Berarti ini sudah jam pulang tahfidz. Aku menyalami semua Ustadzah yang ada di Rumah Tahfidz sebelum pulang. Karena jarak rumah ku yang lumayan dekat dengan Rumah Tahfidz. Aku hanya perlu berjalan kurang lebih 200m.

Setibanya di rumah aku langsung mengambil wudhu' dan melaksanakan shalat maghrib di kamar. "Kaela!!"  Terdengar suara seorang wanita yang memanggilku. Suara ini sangat familiar bagiku. Karena ini adalah suara mamaku.

"Ya, apa ma?" Tanyaku sambil berjalan kearah sumber suara. Aku melihat ada makanan-makanan yang telah tersaji di atas meja makan.

"Kaela ayo makan dulu" Ajak mama yang sedang duduk di dekat meja makan dengan papa. Sejujurnya sekarang aku sedang tidak ada selera makan. Aku memutuskan untuk muraja'ah harian dulu.

"Kaela makannya nanti aja maa, Kaela mau muraja'ah dulu" Ucapku sambil mengambil botol berisi air putih. Akupun berjalan kearah tangga diujung ruangan. Tangga ini menuju ke kamar lantai dua. Aku menaikinya dengan cepat.

Di kamar aku membuka pintu dengan lebar. Atap rumahku seperti rooftop sekolah. Yang membuatku bisa untuk duduk-duduk santai di lantai dua.

 Aku melihat langit yang luas bagai tidak ada ujungnya. Ada banyak bingtang yang bertaburan di langit. Aku duduk di atas atap seng rumahku. Rasanya pikiranku tenang sekali saat melihat langit yang penuh bintang.

Aku mengikuti lantunan ayat suci alaqur'an yang kuputar di hp. Telah 5 halaman yang kumuraja'ah. Terpikirlah olehku lagi masalah tes tahfidz kategori 3 juz.

Aku melihat langit penuh bintang yang indah. Langit yang indah itu membuatku mengingat kejadian 5 bulan yang lalu. Tepatnya tanggal 3 Juli 2021. Aku menjalani tes tahfidz kategori 3 juz.

Aku dites oleh lelaki perjaka. Lelaki ini tamatan Licentiate. Karena semua penguji tes tahfidz harus lulusan Licentiate. terdapat pin bertulisan Farel  Pratama, dari sinilah kutahu nama juri ini Ustadz  Farel.

Saat itu aku sedang ruangan tesnya. Tepat di soal ketiga di juz 1. Aku lupa lanjutan dari ayat yang dibaca sang juri. Hafalanku saat itu masih ada sedikit kekurangan. Tepatnya di halaman 13 sampai halaman 19.

Melihat aku yang tidak bisa melanjutkan bacaan ayat yang di berikan. Juri tersebut mendekatkan alqur'an kewajahnya. Sehingga menutupi hidung dan mulut sang juri. Seraya berkata "Hehehe........ lemah ya, hafalannya" Ucap juri tersebut sambil sedikit tersenyum.

Mendengar kalimat tersebut membuat aku sangat terkejut. Saat itu aku mau berteriak. Tapi aku tau berteriakpun tidak akan membuatku lega. Bahkan mungkin membuatku semakin jatuh.

Juri tersebut mengambil formulir diatas meja. Ia memperhatikan semua isi formulir tersebut. "Kaela, kita bertemu 6 bulan lagi dengan hafalan yang sama ya" Ujar juri tersebut. Mulai saat itu sudah tak terelakkan lagi. Untukku berharap lulu tes 3 juz. Aku sudah menyerah untuk berharap.

"Ingat wajah bapak ya, tes selanjutnya biar bapak tes lagi" Kata juri tersebut. Air mataku serasa akan pecah. Tapi aku menahannya. Karena aku tahu itu bukanlah hal yang sebaiknya kulakukan. Aku berdiri dari kursi tersebut dan berjalan keluar dari ruangan.

Di luar ruang tes ada kakakku yang menungguku. Melihat aku yang terus menunduk ia tahu bahwa aku sedang menahan tangis. Ia langsung memeluk dan mengelus kepalaku setiba ku di pintu ruangan. Ia menuntunku ke arah bagian sepi. Ia mengajakku untuk duduk tanpa berhenti mengelus kepalaku dengan lembut.

Tangisku langsung pecah saat duduk bersama kakakku. "Kak..... Kaela gak lulus" Ucapku dengan penuh tangisan. Saat itu aku benar-benar putus asa.

Kakak mengelus punggungku dengan lembut. Ia masih tetap memelukku dengan hangat. "Gapapa Kaela, kamu kan sudah berusaha dan berdo'a" Katanya dengan lembut.

Lewat beberapa menit kemudian. Aku dan kakak menuju kearah mobil. Dari awal papaku hanya menunggu kami di mobil. Melihat aku yang seperti sehabis menangis papa awalnya hanya diam.

Di dalam mobil papa menoleh ke belakang. Mata papa tepat menatap mataku yang sedikit kemerahan. Karena baru selesai menangis. "Kaela, kamu ga harus lulus. Hal yang penting bukanlah hasil tetapi proses." Ujar papa. Sambil mengelap air mataku yang mengalir lagi.

Air mataku mulai berhenti mengalir. Badanku berbaring ke arah samping. Mataku mulai terlelap dalam tidurku yang tenang dan nyaman. Sepertinya aku tertidur karena kelelahan setelah menangis. Aku tertidur hingga mobil sampai ke rumah.

"Kaela!! Bangun!!" Teriak kakak. Sembari menggoyang - goyangkan kakiku. Ia juga menarik - narik kakiku. Supaya aku lebih cepat bangun.

"Mmmm...." Gumamku. Aku mendengar suara kakak yang memanggil namaku. Tapi mataku tidak bisa kubuka, bagai ada setumpuk lem yang ada di mataku. Kupaksakan tubuh ini untuk duduk. Tidak heran lagi ketika mataku terbuka, aku melihat rumahku yang ada di depan mobil. Ini terjadi mungkin karena aku tadi benar benar tertidur lelap.

Setibanya aku di dalam rumah, terlihat mama yang duduk di atas sofa. Aku menyalami tangan mama dan duduk di sampingnya. Mata mama yang menatap dengan tenang bagai air sungai yang mengalir. "Kaela,kamu sudah pulang, gimana?. Kamu bisa menjawabnya? Tanya mama.

Aku sedikit menggeleng seraya berkata "Maa, Kaela ga lulus karena ga bisa jawab 1 soal di Juz 1." Ucapku pelan. Awalnya aku tidak ingin mengatakan hal ini kepada mama karena takut membuatnya kecewa. Tapi ia pasti lebih kecewa denganku bilaku berbohong.

Ada goresan di hatiku yang membuatku putus asa. Goresan itu adalah kata kata tentang hafalanku yang lemah. Kata-kata tersebut digores oleh seorang laki laki perjaka yang menguji tahfidzku. Karena kata kata ini aku tidak sanggup berurusan dengan orang orang yang berkaitan denagn tahfidz.

 Bulan ini adalah libur sekolah, hal ini membuatku lebih mengurung diri dirumah. Padahal ada jadwal tahfidz dua kali seminggu yang harus kujalani.

Pada tiga kali bertutut-turut aku tidak pergi ke Rumah Tahfidz tanpa alasan dan surat izin. Ustadzah Sa menelfon mamaku dan menanyakan alasanku tidak mengikuti kegiatan tahfidz. Mama hanya berkata "Ustadzah, Kaela saat ini hanya butuh waktu untuk dirinya sendiri. Bila sudah saatnya ia pasti pergi tahfidz kok dzah" Jawab mama pada ustadzah.

Terkadang kumendengar mama yang sedang ditelfon Ustadzah Sa. Mama meyakinkan Ustadzah Sa bahwa aku tidak putus asa dalam menghafal Al-Qur'an. Setiap kali mendengar hal itu aku merasa harus bangkit dari keterpurukanku ini. Tapi kujuga takut bila ku gagal lulus lagi.

 Enam kali pertemuan yang kulewati tanpa ada kabar dan alasan yang jelas. Aku merasa bahwa hasil yang kudapat sangatlah mengecewakan usaha yang kulakukan. Padahal yang kulakukan hanya ingin membanggakan orang tuaku.

 "Kaela!!, Kaela!!" Terdengar suara gadis yang memanggilku. Suara ini sangat familiar di telingaku. Aku melangkah dan membuka pintu rumah. Tampak gadis yang seumuran denganku. Gadis itu bernama Zaskia Khairunnisa. Ia teman sehalaqah denganku dan juga teman setoran bagiku. Aku biasa memanggilnya Kia.

 "Kaela, pergi ke Hello Reswah yok!" Ajak Kia. Hello Reswah ini semacam cafe yang berada di tengah persawahan. Cafe ini dikelilingi persawahan penduduk.

 "Eum..." Gumamku. Sebenarnya aku mau menolaknya, tapi aku masih bingung bagaimana cara untuk menolaknya. Entah ada alasan apa aku merasa Kia ini ingin membuatku pergi ke Rumah Tahfidz.

 Kia memaksaku untuk pergi ke Hello Reswah bersamanya. Sebenarnya aku belum memutuskan untuk pergi ke Hello Reswah. Melihat mata Kia yang berbinar, aku tidak bisa menolaknya lagi.

 "Kia silahkan masuk dan duduk di dalam rumah." Ucapku kepada Kia. Aku pergi ke kamar dan membuka pintu lemari. Kuambil rok dan jilbab sorong yang sewarna untuk kupakai pergi.

 Di Hello Reswah kami menikmati pemandangan sawah yang membentang luas. Kia memilih tempat di sebuah pondok kecil yang tinggi dan indah ini. Dari pondok tinggi ini aku melihat pohon-pohon jeruk milik Hello Reswah. Lembah antara dua gunung dapat terlihat dari sini.

 Aku memesan mie original dan minuman choco oreo. Menikmati pemandangan sambil makan mie membuat kesedihanku sedikit berkurang.

 Awal mula aku dan Kia hanya mengobrol ringan. Hingga tiba-tiba Kia menanyakan hal ini kepadaku "Kaela besok kita pergi Tahfidz ya?" Ajaknya dengan mata ketegasan. Saat ini kurasa Kia benar-benar tidak ingin aku menyerah.

 "Eum... Tapi hafalanku masih lemah." Ucapku dengan pelan. Kata-kata juri tersebut membuatku benar-benar putus asa. Mengingat kata-katanya saja membuatku semakin jatuh.

 "Gak papa kok La, kamu kan udah banyak muraja'ah. Lagian lulus dari tes itu hanyalah sebuah keberuntungan. Toh misal nanti kamu tes lagi mana tau kamu lulus." Ucap Kia dengan santai.

 "Gimana kalau akau tetap ga lulus?" Tanyaku suram. Saat ini banyak pikiran negatif tentang tidak lulus tes tahfizh di kepalaku.

 "Gapapa bila ga lulus, toh saat tes nya bisa di ulang tahun selanjutnya." Ujar nya santai. "Sebenarnya yang lulus tes tahfizh hanya Alif" Ucap Kia dengan pelan.

 Aku sedikit terkejut mendengar yang dikatakan Kia. "Eh? Berarti kamu juga ga lulus Kia?" Tanyaku sedikit kaget.
 
"Yaa begitulah." Ucap Kia. "Karena itu ayo dong besok pergi Tahfidz ya!!" Seru Kia kepada ku. Aku hanya sedikit mengangguk ke arah Kia.

 Esoknya di Rumah Tahfidz aku sedikit berbincang terlebih dahulu bersama Ustadzah Sa. "Kaela, kamu ga boleh putus asa dalam menghafal Al-quran." Ucap Ustadzah kepada dengan penuh ketegasan.

 "Tapi dzah, juri bilang hafalan Kaela lemah,dzah" Ucapku dengan sedikit pelan. "Padahal Kaela kan sudah berusaha dzah." Ucapku dengan sedikit cemberut.

 Ustadzah Sa terkejut mendengar kata-kata yang kuucapkan. Seraya berkata "Kaela, juri tersebut hanya gak tau usahamu, karena hanya kamu yang tahu seberapa besar dan banyak usaha dalam menghafal dan memuraja'ah Al-Qur'an." Ujar ustadzah sambil mengelus kepalaku.

 Mengingat semua yang terjadi lima bulan yang lalu. Aku ingat, bahwa putus asa hanyalah jalan buntu yang tak pernah dapat kulewati. Sedangkan pantang menyerah adalah jalan panjang yang akan kutempuh. Di dalam hati akan ku gores kata-kata tiada putus asa dalam hidupku.

Waktu satu bulan berlalu, sekarang aku akan menjalani tes tiga juz lagi. Aku juga menetapkan tidak akan tes dengan juri yang sama, karena aku tidak mau dijatuhkan oleh juri yang sama atau pun yang juri yang lainnya. Aku tidak akan menyerah atau pun putus asa dalam segala hal.

 Seminggu setelah tes. Pengumuman hasil tes tiga juz telah diumumkan. "Alhamdulillah aku lulus. Maaa!! Paaa!!" Seruku, sembari memeluk mama yang berada di sampingku. Pengumuman di sebarkan lewat internet melalui website khusus lembaga tes tahfizh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun