Saat itu aku sedang ruangan tesnya. Tepat di soal ketiga di juz 1. Aku lupa lanjutan dari ayat yang dibaca sang juri. Hafalanku saat itu masih ada sedikit kekurangan. Tepatnya di halaman 13 sampai halaman 19.
Melihat aku yang tidak bisa melanjutkan bacaan ayat yang di berikan. Juri tersebut mendekatkan alqur'an kewajahnya. Sehingga menutupi hidung dan mulut sang juri. Seraya berkata "Hehehe........ lemah ya, hafalannya" Ucap juri tersebut sambil sedikit tersenyum.
Mendengar kalimat tersebut membuat aku sangat terkejut. Saat itu aku mau berteriak. Tapi aku tau berteriakpun tidak akan membuatku lega. Bahkan mungkin membuatku semakin jatuh.
Juri tersebut mengambil formulir diatas meja. Ia memperhatikan semua isi formulir tersebut. "Kaela, kita bertemu 6 bulan lagi dengan hafalan yang sama ya" Ujar juri tersebut. Mulai saat itu sudah tak terelakkan lagi. Untukku berharap lulu tes 3 juz. Aku sudah menyerah untuk berharap.
"Ingat wajah bapak ya, tes selanjutnya biar bapak tes lagi" Kata juri tersebut. Air mataku serasa akan pecah. Tapi aku menahannya. Karena aku tahu itu bukanlah hal yang sebaiknya kulakukan. Aku berdiri dari kursi tersebut dan berjalan keluar dari ruangan.
Di luar ruang tes ada kakakku yang menungguku. Melihat aku yang terus menunduk ia tahu bahwa aku sedang menahan tangis. Ia langsung memeluk dan mengelus kepalaku setiba ku di pintu ruangan. Ia menuntunku ke arah bagian sepi. Ia mengajakku untuk duduk tanpa berhenti mengelus kepalaku dengan lembut.
Tangisku langsung pecah saat duduk bersama kakakku. "Kak..... Kaela gak lulus" Ucapku dengan penuh tangisan. Saat itu aku benar-benar putus asa.
Kakak mengelus punggungku dengan lembut. Ia masih tetap memelukku dengan hangat. "Gapapa Kaela, kamu kan sudah berusaha dan berdo'a" Katanya dengan lembut.
Lewat beberapa menit kemudian. Aku dan kakak menuju kearah mobil. Dari awal papaku hanya menunggu kami di mobil. Melihat aku yang seperti sehabis menangis papa awalnya hanya diam.
Di dalam mobil papa menoleh ke belakang. Mata papa tepat menatap mataku yang sedikit kemerahan. Karena baru selesai menangis. "Kaela, kamu ga harus lulus. Hal yang penting bukanlah hasil tetapi proses." Ujar papa. Sambil mengelap air mataku yang mengalir lagi.
Air mataku mulai berhenti mengalir. Badanku berbaring ke arah samping. Mataku mulai terlelap dalam tidurku yang tenang dan nyaman. Sepertinya aku tertidur karena kelelahan setelah menangis. Aku tertidur hingga mobil sampai ke rumah.