Mohon tunggu...
amir amirudin
amir amirudin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan Dakwah Era Civil Society 5.0

2 Februari 2022   07:25 Diperbarui: 2 Februari 2022   07:27 1330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam masyarakat informasi yang lalu, praktek umumnya adalah dengan mengumpulkan informasi melalui jaringan dan informasi tersebut dianalisa oleh manusia. Namun, dalam Society 5.0, masyarakat, benda-benda, dan sistem-sistem semuanya dihubungkan dalam ruang virtual dam hasil-hasil yang optimal diperoleh oleh AI, yang mampu melampaui kemampuan manusia, dan akan diberikan kembali ke ruang nyata. Akibatnya, proses ini akan memberikan nilai baru kepada industri dan masyarakat dalam berbagai cara yang sebelumnya mustahil untuk dilakukan.[5]

 

 

 

Kompetensi Ulama Era Civil Society 5.0 

 

Di saat era revolusi industri 4.0 belum sepenuhnya dipahami dan disadari masyarakat, pada 2019 Jepang memperkenalkan era masyarakat 5.0 atau super smart society (society 5.0). Era ini sebagai solusi dan respons terhadap revolusi industri 4.0 yang dianggap dapat menimbulkan degradasi manusia. Setelah memasuki era revolusi industri 4.0, negara dan bangsa, siap atau tidak, akan memasuki era society 5.0. Arifin mengatakan era society 5.0 merupakan pembaharuan yang menempatkan manusia sebagai komponen utama di dalamnya, bukan sekadar passive component seperti di revolusi industri 4.0. Adanya pembaharuan pada era tersebut dapat menghasilkan nilai baru dengan elaborasi dan kerja sama pada sistem, informasi dan teknologi juga meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dibutuhkan atau human capital.

 

Karena itu, menurut Arifin setidaknya harus disiapkan tiga kemampuan utama dalam menghadapi society 5.0. Pertama, kemampuan memecahkan masalah kompleks dan dapat menjadi problem solver bagi dirinya serta orang banyak. Kedua, kemampuan untuk berpikir secara kritis, bukan hanya sekadar dalam kelas namun juga dalam kehidupan kemasyarakatan dan lingkungan sekitar agar timbul kepekaan social. Ketiga, kemampuan untuk berkreasi. "Era society 5.0 dapat dikatakan integrasi ruang maya serta fisik, sehingga semua hal menjadi mudah dengan dilengkapi artificial intelegent," tegasnya. Dalam menghadapi era society 5.0, menurutnya dunia pendidikan berperan penting dalam meningkatkan kualitas SDM. "Kita juga perlu memiliki kesiapan dan kemampuan berpikir Higher Order Thinking Skills (HOTS) untuk menjawab tantangan global era society 5.0. Hal tersebut untuk meminimalisir kesenjangan pola pikir dan orientasi teknologi setiap anak didik, sehingga dapat berintegrasidengan teknologi nantinya," urainya.

 

Di era society 5.0 masyarakat dituntut untuk lebih cepat menghasilkan solusi dalam memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan. Hal ini berimplikasi pada keharusan untuk terus menggali informasi dan menciptakan inovasi baru guna menunjang kelangsungan hidupnya. "Maka, dapat disimpulkan di era ini kita harus bersikap dan berpikir maju serta mengikuti pola perkembangan zaman, namun tidak lupa dengan identitas bangsa Indonesia," lanjut Arifin.[6]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun