Wanita itu hanya terdiam... Dipalingkan wajahnya dari tatapan nanar suaminya. Tak ada sedikitpun keberaniannya menatap lelaki yang kini berada dihadapannya itu.
"Bunuhlah aku sekarang...." Ujar wanita itu lirih... Air mata di pelupuk matanya serasa tak pernah berhenti mengalir.
"Kau berhak atas diriku, dan kau berhak untuk mengambil nyawaku..." Suara wanita itu terdengar begitu lirih dan parau. Raut kesedihan sudah tidak dapat disembunyikan lagi. Matanya terlihat begitu lembam... sudah berhari-hari air mata mengalir dari mata itu.
Seakan tiada daya dan upaya lagi, ia meringkuk dan memeluk dirinya. Dibenamkan wajahnya diantara kedua lututnya, di sudut kamar pengantinnya itulah tempatnya kini.
Dengan geram lelaki itu menghantamkan kepalan tangan kedinding kamarnya... lalu bangkit meninggalkan istri yang paling dicintainya dikamar pengantinnya, sendirian... memeluk duka dalam kesedihan yang dalam.
*****
Bagaimana anak saya dok?
Kandungannya telah rusak. Anak ibu harus segera di kuret malam ini juga, kalau tidak ia akan mengalami pendarahan hebat yang akan membahayakan jiwanya.
Urus surat pernyataan sama perawat, dan minta suaminya untuk menandatangani surat itu.
"Biar saya yang menguruskan semua, ayah dan bunda disini saja menemani Ama. "Ujar menantunya.
"Kamu yang kuat ya nak..."