Mohon tunggu...
AL Wijaya
AL Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis "Target Pertama", "As You Know", "Kembali ke Awal"

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Batas (Bab 10)

5 Juni 2019   06:06 Diperbarui: 5 Juni 2019   07:53 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Melani, aku-"

Belum selesai Ari berbicara, Melani langsung mencium bibir Ari. Ari tak menolak. Ia turut melumat bibir mungil Melani.

Melani menarik tubuh Ari masuk ke dalam kamar lalu menutup pintu erat-erat.

---

Di atas kasur, Ari dan Melani berbaring terselimuti sebuah selimut putih tebal. Tak ada sehelai benang pun yang menutupi tubuh mereka berdua. Melani nampak berbaring di pundak Ari. Ia nampak sangat nyaman berada di dekat Ari. Matanya terpejam menikmati momen ini. Sedangkan Ari membelai rambut Melani. Pandangannya terpaku menatap langit-langit kamar berwarna putih.

"Terima kasih, Melani. Kehadiranmu telah merubahku." kata Ari sambil terus membelai rambut Melani.

Suasana kamar hening dan gelap. Pencahayaan hanya berasal dari lampu tidur berwarna kuning yang menyala di ataa lemari kecil di samping kasur. Dari cahaya tersebut tercipta siluet bayangan Ari dan Melani yang sedang bermesraan di atas tempat tidur.

"Aku ingin kita tetap seperti ini. Kau dan aku. Kita bersama. Kau tak perlu lagi memikirkan suamimu yang telah menyakitimu itu. Kalau perlu, ajaklah anak-anakmu untuk tinggal bersamaku." Ari berpikir. "Kita akan cari tempat yang cocok untuk kita. Mungkin kita bisa tinggal di Bali? Di sana akan menjadi surga bagi kita berdua. Aku bisa membuka bar di sana seperti milik Yandi. Aku akan bermain piano untuk para turis di sana. Kita bisa menyekolahkan anak-anakmu di sana. Bukankah itu rencana yang indah?"

Melani tak mengucapkan sepatah katapun. Matanya terbuka lebar, tak berkedip. Tangannya mengelus dada Ari yang bidang. Mimik wajahnya terkesan datar. Tak ada yang tahu apa yang sedang dipikirkan Melani saat ini.

"Aku ingin kau tetap tinggal di hatiku. Melani, maukah kau untuk tinggal?"

Melani memeluk erat Ari. Ia memejamkan matanya. Ari merasakan dekapan hangat dari tubuh Melani. Mungkin pelukan ini adalah jawaban Melani untuk mengiyakan ajakan Ari. Ari berharap itu.

---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun