"Besok rencananya aku mendatangkan pemain gitar baru untuk ikut bermain musik di sini. Kau mungkin bisa berkolaborasi dengannya." kata Yandi.
Namun tetap. Ari tak bergeming. Tatapannya masih lurus ke arah gelas air mineral di depannya. Yandi mulai berpikir. Mungkin kali ini masalahnya sungguh rumit sampai-sampai ia tak mau membuka suara sedikit pun.
Tak lama setelah itu, tiba-tiba pintu bar terketuk. Yandi pun segera membukakan pintu. Siapa gerangan malam-malam datang ke bar? Bukannya ia sudah menggantung tulisan Tutup di daun pintu tadi? Semoga saja itu bukan Rita. Yandi benar-benar tak ingin melihat keributan hari ini.
Ketika pintu terbuka, ternyata itu adalah Tomas. Ia berdiri di depan pintu sambil mengenakan jaket kulit berwarna hitam. Yandi pun menyapanya.
"Oh, hai Tomas." kata Yandi.
"Hai, Yandi. Apa Ari ada di dalam?"
Yandi memberi kode bahwa Ari tengah duduk di kursi meja bartender dalam keadaan mabuk. Tomas pun meminta izin untuk masuk dan Yandi mempersilakannya.
Dengan langkah yang perlahan, Tomas berjalan mendekati Ari. Ia memilih duduk di samping keponakannya itu. Ari tahu Tomas datang, namun ia tetap acuh.
Tomas melirik botol dry martini di samping Ari. "Aku tak pernah tahu bagaimana rasanya. Boleh aku mencobanya?"
Ari melirik Tomas. Ia tak menjawab perkataan Tomas. Ia hanya membiarkan Tomas mengambil botol dry martini lalu menuangkannya ke gelas Ari yang kosong. Tomas pun meneguk minuman itu.
"Argh! Rasanya sungguh buruk! Seperti urin kucing!" pekik Tomas. Hampir saja ia menyemburkan minuman itu keluar dari mulutnya ulang.