Bola mata Ari terputar. Ia tahu, Tomas belum pernah mencoba minuman beralkohol seumur hidupnya. Tak mengerti mengapa Tomas melakukannya sekarang.
Tomas melirik Ari lagi. Ia masih dingin. Tomas memutar akal lagi agar Ari mau bicara.
"Tempat ini ternyata mengasyikkan. Suasananya sangat nyaman. Mungkin kita bisa lebih sering menghabiskan waktu di sini. Oh ya, kau suka bermain piano di sebelah sana kan?" tanya Tomas sambil menunjuk sebuah piano di atas panggung. "Aku ingat dulu, Linda adalah pemain piano yang hebat. Ternyata bakatnya menurun pada dirimu."
Mendengar nama ibunya disebut membuat Ari menoleh sedikit.
"Aku jadi ingat, waktu itu, saat aku berusaha mendekati Rita, ibumu lah yang membantuku. Ia mengatur kencan spesial untuk kami berdua. Di sebuah kafe dan ia memainkan piano sebuah lagu romantis, judulnya..." Tomas berusaha mengingat. "Esok kan Masih Ada. Lagunya Utha Likumahuwa. Ah... Indah sekali saat itu. Ia bermain dengan sangat cantik sekali.
Sejenak Tomas bernostalgia dengan kenangannya saat pertama kali ia kencan dengan Rita.
"Padahal ibumu tahu, aku miliki kepercayaan yang berbeda, namun ia dan Herman mendukung hubungan kami. Ibumu adalah orang yang sangat tulus hatinya."
Hati Ari sedikit tersentuh mendengar kata-kata Tomas. Matanya sampai berkaca-kaca. Ia teringat kembali kelembutan sikap Linda. Semua terasa begitu menyenangkan.
"Memang, kami bukan lah pengganti orang tuamu yang baik. Kami tahu, kami takkan pernah menyamai mereka. Bahkan kami juga tak bermaksud mengganti mereka di hatimu Ari. Semua yang kami lakukan semata-mata untukmu. Mungkin ada satu dua hal yang tidak berkenan di hatimu, tapi kami selalu berusaha untuk memperbaiki diri. Agar kamu bisa menerima kami, sebagai keluargamu juga."
Dari kejauhan, Yandi memandangi Tomas dan Ari yang mengobrol dengan sangat intim.
"Semua yang dilakukan Rita dan aku, itu untuk menjagamu dari dunia luar. Kau harus tahu Ari, tidak semua orang di luar sana baik. Mungkin memang Rita agak sedikit kelewatan. Ia sedikit keras padamu. Namun aku yakin, itu semua karena ia trauma akan pandangan orang-orang yang selalu memandangnya sebelah mata. Ia memutuskan untuk pindah agama agar dapat menikah denganku. Pengorbanannya itu justru membuat dirinya terasing. Kau tahu sendiri, berapa banyak orang-orang yang mencibir kami. Rita hanya tak mau kau juga merasakan diskriminasi yang Rita rasakan." Tomas mencoba meraih tangan Ari. Namun Ari menarik tangannya. "Percayalah Ari, tak ada satu detik pun kita berniat tidak baik padamu. Kamu adalah keluarga kami. Untuk apa kami berbuat tak baik padamu?"