Mohon tunggu...
AL Wijaya
AL Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis "Target Pertama", "As You Know", "Kembali ke Awal"

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Batas (Bab 10)

5 Juni 2019   06:06 Diperbarui: 5 Juni 2019   07:53 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama ini Rita dan Tomas selalu berusaha untuk baik padanya. Ketika Ari mabuk-mabukan, Rita selalu datang untuk menjemputnya. Mereka selalu menyediakan makanan untuk Ari. Namun balasan apa yang Ari berikan? Ia malah mencela Rita dengan kata-kata yang tidak pantas. Ari jadi merasa dirinya tidak ada bedanya dengan orang Artapuri kebanyakan.

Dari belakang, Yandi menghampiri Ari. Ia duduk di samping Ari. Yandi menghela nafas. Ternyata ia turut pusing memikirkan masalah Ari.

"Hidup memang rumit. Kita tak pernah tahu apa yang menanti kita di depan." ucap Yandi.

Kepala Ari kembali tertunduk. Ia masih menyesal, kian menyesal. Jujur, Ari kehilangan arah hidupnya. Ia tak tahu lagi setelah ini apa yang akan ia lakukan.

"Terkadang kita melakukan suatu kesalahan dalam hidup kita. Itu adalah hal yang wajar. Semua orang melakukannya." imbuh Yandi. "Namun yang terpenting adalah bagaimana kita bisa memperbaiki kesalahan kita itu dan tidak mengulanginya lagi."

Yandi benar. Semua ini memang salah Ari. Ia tak bisa menahan emosinya. Benar juga kata Melani. Selama ini ia telah hidup dalam realita semu. Ari menghindari kenyataan bahwa orang tuanya meninggal akibat keegoisannya. Maka dari itu setiap ada orang yang membicarakan tentang ayah dan ibunya, Ari pasti marah.

Semua penyangkalan demi penyangkalan yang Ari tumpuk dalam otaknya membuat dirinya menyimpan emosi yang dapat meledak kapan saja. Dan itu terjadi hari ini. Semua terkena dampak dari emosi Ari. Mulai dari Melani, Rita.

"Ari, aku telah mengatakannya padamu. Untuk menjalani hidup, terkadang yang kau harus lakukan hanyalah mengikutinya. Tak perlu terlalu keras pada dirimu sendiri. Lihatlah orang-orang yang menyayangimu. Jangan kau sia-siakan mereka."

Ari menjadi merasa bersalah pada Melani. Dengan egoisnya, ia mengatakan bahwa Melani harus menerima kenyataan bahwa ayahnya telah meninggal. Padahal ia sendiri membutuhkan waktu lebih dari 3 tahun untuk menerima kenyataan yang sama.

Padahal Melani yang sudah membantu Ari untuk kembali tersenyum. Kehadirannya memberi warna baru dalam hidupnya. Tak sepatutnya Ari mencampakkan Melani begitu saja.

Ari tak ingin lagi mengulang kesalahan yang sama. Ia tak mau lagi hidup terombang-ambing seperti yang ia jalani selama 3 tahun terakhir ini. Ari menginginkan perubahan dalam hidupnya. Ia harus memulai perubahaan itu sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun