Mohon tunggu...
Alviyatun
Alviyatun Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - ATLM (Ahli Teknologi Laboratorium Medik) di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Blog : https://alviyatunyudi.blogspot.com/ Pesan : Proses belajar berjalan sepanjang hayat, proses sabar dan ikhlas menerima dan menjalani segala ketentuan Allah dengan ikkhtiyar yang optimal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Prahara Secangkir Teh Hijau

30 September 2020   22:12 Diperbarui: 30 September 2020   22:20 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pukul 06.30 WIB. Roni berangkat kerja. Pagi ini terlihat pancaran sumringah dan semangat menggelora terpancar dari raut mukanya. Senyumnya begitu hangat saat berpamitan dengan Rasti isteri tercintanya,sehangat sinar mentari pagi. Rasti pun mengiringi langkah Roni  menaiki motor Pitung kesayangannya. Hati Rasti bahagia melihat suami tercintanya berangkat kerja dengan semangat seperti itu.

"Hati-hati ya, mas...semoga semua urusanmu lancar hari ini,"kata Rasti sambil mencium tangan Roni.
"Aamiin...terimakasih ya doanya, sayang,"balas Roni. Segera Roni menstarter Si Pitungnya.

"Assalammu'alaikum...,"ucap Roni yang segera dibalas oleh Rasti.

"Wa'alaikummu salam wa rohmatullahi wa barokatuh."

Sebentar saja si Pitung melesat tak kelihatan ekornya, mengantarkan tuannya menuju tempat kerja.

Pukul 15.30 WIB. Roni pulang dari kantornya. Wajahnya nampak kusut masai amat berbeda dengan tadi pagi saat keberangkatannya. Roni merebahkan badannya di sofa. Nampak tangan kanannya memegangi dahi sambil dipijit-pijitnya. Matanya terpenjam, nampak sedang memikirkan sesuatu. Rasti yang tahu suaminya sudah pulang, segera menghampirinya.

"Capek ya mas. Kenapa, ada masalah di kantor?"tanya Rasti. Roni tidak segera menjawab pertanyaan Rasti.
"Dik,tolongin mas, ya...tolong pijitin keningku sebentar. Rasanya pusing banget nih!" pinta Roni.
"Ya...sebentar,biar sepatunya ku lepas dulu,"jawab Rasti. 

Setelah Rasti melepas sepatu Roni, ia segera memijit kening suaminya perlahan.

"Sebaiknya mas Roni segera mandi dan ganti baju. Biar badan segar kembali. Nanti Rasti buatkan teh hijau anget kesukaanmu mas,"kata Rasti.

Roni terdiam tidak menjawab ucapan Rasti. Nampaknya dia hampir tertidur dipangkuan Rasti. Barangkali pijatan tangan lembut Rasti mampu membuat Roni merasa nyaman dan rileks. Sampai -- sampai dia hampir tertidur. Setelah merasa lebih enak Roni bangun dan segera mandi untuk menyegarkan badannya.

Secangkir teh hijau kesukaan Roni telah disiapkan Rasti di meja makan. Di sebelahnya ada empat potong pisang goreng yang masih hangat. Selesai mandi dan ganti baju Roni menuju meja makan. Di sruputnya teh hijau dan disantapnya pisang goreng kesukaanya. 

Rasti menemani suaminya minum teh. Teh hijau yang dibuat Rasti memang enak dan mantap. Teh hijau itu dibeli dari kebun teh langsung di Karang Anyar. 

Beberapa waktu yang lalu Roni dan Rasti bepergian ke Karang Anyar untuk melihat langsung kebun teh dan pabrik pembuatan teh. Segelas teh hangat buatan Rasti mampu menyegarkan kembali pikiran Roni yang sepulang dari kantor tadi nampak kalut. Kini Roni bisa tersenyum kembali.

"Terimakasih tehnya,sayang. Badan dan pikiranku telah segar kembali,"kata Roni yang membuat hati Rasti senang.
"Ah,mas Roni. Sama-sama deh, alhamdulillah kalau mas sudah baikkan kembali. Sekarang mas istirahat dulu ya, Rasti mau masak untuk makan malam kita,"pinta Rasti.

Saat Rasti hendak melangkah ke dapur,tiba-tiba tangan Roni menarik lembut tangan Rasti. Rasti kaget dan memandang mas Roni dengan senyum termanisnya.

"Sayang...kamu tahu nggak apa yang aku pikirkan saat ini?"tanya Roni.
'Apa ya...eeem...???"Rasti mencoba mencari jawab. Tapi Roni dengan cepat mengucapkan,"Aku cinta kamu,sampai kapanpun..."

Rasti pun malu dan memerah pipinya. Hatinya membuncah penuh kebahagiaan dalam peluk sayang suaminya. Seakan tak ingin dilepas sang isteri dari pelukannya.

Roni dan Rasti. Mereka menikah lima tahun yang lalu,tapi sampai saat ini belum dikaruniai momongan. Sebenarnya mereka sudah sangat ingin menimang buah hati mereka. Berbagai upaya telah mereka jalani demi menjemput rizki Allah ini. 

Tapi ternyata Allah belum memberikan apa yang mereka ingini. Terkadang ada rasa sepi, kerinduan yang sangat akan hadirnya si buah hati penerus generasi dari pernikahan mereka. Bahkan di saat sendiri, tak jarang Rasti menangis tanpa pernah Roni tahu.

Rasti mencoba menghilangkan rasa sepi itu dengan mengikuti berbagai kegiatan seperti kursus memasak berbagai masakan daerah dan juga berbagai masakan cake. Di hari tertentu dia mengikuti kuliah ibu profesional secara rutin. 

Kuliah ibu profesional ini diikuti oleh para wanita yang ingin menjadi ibu yang profesional baik dalam mendidik anak,mengembangkan diri,membina rumah tangga dengan baik dan profesional. Dengan berbagai kegiatan tersebut kini Rasti tidak merasa sepi lagi. Roni pun mendukung dan memberi suport kepada Rasti.  

Hingga suatu hari Rasti mengungkapkan keinginan untuk membuka usaha catering di rumahnya. Dia mencari waktu luang saat Roni berada di rumah.

"Mas,ada yang ingin Rasti sampaikan,apa mas Roni ada waktu?" tanya Rasti.
"Apa, sayang...?"jawab Roni balik tanya.

Pelan tapi pasti Rasti mengutarakan niatnya untuk membuka usaha catering.

 "Begini,mas,jika mas mengijinkan Rasti ingin sekali membuka usaha catering di rumah. Selain untuk mengisi waktu luang, insyaallah bisa menambah penghasilan keluarga. Bagaimana menurutmu mas? Mas tidak keberatan bukan?" desak Rasti meyakinkan suaminya.

Roni sedikit kaget mendengar usulan dari isterinya. Tidak pernah terbayang dalam benaknya,Rasti berniat membuka usaha sendiri. Sejenak Roni terdiam. Sepi. Rasti menunggu jawaban. Tak lama kemudian Roni memberikan jawaban.

"Mas mengijinkan kamu membuka usaha catering,tapi mas harap disela-sela kesibukanmu nanti,urusan rumah tangga tidak terabaikan. Mas tidak ingin melihat isteri tercintaku ini,kelelahan dan akhirnya tak peduli dengan mas Ronimu ini."

"Insyaallah ndak mas,doakan agar usaha Rasti lancar ya,mas! Makasiiih banget,"ujar Rasti sambil memeluk suami tercintanya.

Dalam beberapa bulan saja sejak dibuka,usaha catering "Barokah" mulai ramai memenuhi pesanan. Rasti yang awalnya hanya dibantu oleh satu orang tetangganya,kini mulai menambah 2 tenaga baru.  Semakin lama Rasti semakin larut dalam kesibukannya.

Sore itu pukul 15.30 WIB. Seperti biasanya mas Roni tiba di rumah. Gemuruh bunyi mesin si Pitung tak sedikitpun mengubah posisi Rasti untuk beranjak dari dapurnya. Suara itu jelas sekali terdengar. Tapi entah mengapa Rasti tak bergeming. Padahal kemarin ia masih menyambut kedatangan Roni di depan pintu.

"Barangkali karena terlalu banyak pesanan kue hari ini,"bisik Roni dalam hati. "Assalammu'alaikum...sayang...," salam Roni menebar keseluruh ruang depan.

Ia langsung menuju kamar tidurnya. Hari yang melelahkan...benar-benar melelahkan. Roni merebahkan diri di kamar dan memejamkan kedua matanya. 

Rasa kantuk yang menyergapnya di jalan tadi ingin segera diobatinya. Dan benar saja,tak lama kemudian dia sudah berteman dengan bunga-bunga mimpinya. Lelap.

Rasti masih sibuk menyelesaikan kue pesanan pelanggan yang harus segera selesai habis maghrib nanti.  Tangan-tangan terampil mulai menata kue-kue itu dalam kardus. Sudah sampai kardus ke 45, berarti lima kardus lagi segera diselesaikannya. 

Lima resep adonan kue bolu siap dimasukkan ke dalam loyang dan dipanggang dalam oven.  Semoga adonannya sempurna seperti kue-kue yang sudah bobok manis dalam kardus. Menjelang maghrib lima kue terakhir telah siap di kemas dalam box . Rasti pun lega.

"Alhamdulillah, akhirnya selesai juga."kata Rasti.

Sementara itu Roni yang sudah terjaga dari tadi dan sudah membersihkan badannya menuju meja kecil di sudut ruang tengah. Dihempaskan badannya di atas kursi empuk kesayangannya. Dengan santai ia duduk sambil menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Roni ingin segera menikmati secangkir teh hijau buatan Rasti dan menyantap camilan.

Setiap hari di waktu senja seperti ini Rasti selalu menyediakan teh hijau hangat dan camilan di meja itu. Tapi kali ini Roni tak menemukan apa yang dicari. Kecewa. Apa yang ingin ia nikmati belum tersedia. 

Mengapa? Apakah karena kesibukan Rasti akhir-akhir ini telah membuatnya lupa akan tugas-tugasnya? Semudah itukah? Padahal sebelum bisnis catering dibuka Rasti telah berjanji tidak akan melalaikan tugas dan kewajibannya. 

Roni yang sedang ingin bersantai menjadi gundah.   Hanya karena masalah secangkir teh hijau. Perasaannya kacau, ingin marah tapi...rasanya tak pantas dia melakukannya.

Perasaan cinta dan sayangnya begitu dalam pada isteri tercinta kekasih hatinya. Ronipun tak habis mengerti tentang perasaannya saat ini,ada sesuatu berkecamuk dalam hatinya. Sesuatu yang tak seperti hari-hari yang lalu.

"Ah...apakah aku harus cemburu manakala isteriku tak lagi memperhatikan aku ? Apakah ini pantas,sementara isteriku sama sekali tak membuat perselingkuhan atau terlibat percintaan dengan lelaki lain? Tapi mengapa?"bisik hati Roni.

"Kenapa aku menjadi cengeng seperti anak umur 3 tahun? Yang marah pada ibunya setiap kali sang ibu tak memperhatikannya. Saat sang ibu tak kunjung tiba bila dia memanggil-manggil namanya. Saat sang ibu tiada di sampingnya saat dia terbangun dari tidurnya. Aduh Roni...Roni...mengapa kamu secengeng ini?" tanya Roni dalam hati.

Roni kini mondar-mandir di ruang tengah. Sambil menggenggam cangkir yang masih kosong yang ditepuk-tepukkan ke telapak tangannya. Ia sedang menata hatinya. Yang ia ingin saat ini adalah Rasti tahu apa yang diinginkannya tanpa dia harus bilang pada isterinya itu.

Sementara Rasti yang telah selesai mengepak roti pesanan langganan hendak mandi. Ia menuju kamar dan didapati sepatu suaminya tergeletak di dalam kamar. Ia terheran,karena tak mengetahui kepulangan mas Roni. Sedikitpun tak mendengar suara motor Pitung suaminya.

"Loh,mas Roni sudah pulang to. Gimana bisa aku tak mendengar suara motornya ya. Oalah... saking sibuknya aku di dapur sampai-sampai aku lupa tak menyiapkan teh hijau kesukaan mas Roni. Mas Roni di mana,ya?" kata batin Rasti.

Rasti mencari suaminya ke ruang tengah dan dijumpainya mas Roni mondar-mandir membawa cangkir kosong. Seperti orang bingung.

"Mas...mas Roni...," panggil Rasti.

Roni terkejut mendengar Rasti memanggilnya. Tapi ia pura-pura tak mendengar panggilan Rasti. Rasa yang berkecamuk di dadanya belum sepenuhnya hilang. Roni malah keluar menuju dapur. Dia menuangkan sepucuk sendok teh hijau ke teko. 

Dia tunggu sebentar,lalu dituangkannya satu sendok gula pasir ke dalam cangkir yang tadi dibawanya. Rasti mengikuti ke dapur dan melihat apa yang dilakukan suaminya. Rasti dengan cepat menyahut sendok untuk mengaduk gula pasirnya.

"Sini-sini mas,Rasti buatin."kata Rasti.

"Ndak usah,"jawab Roni ketus. Roni pun meninggalkan Rasti di dapur sambil membawa secangkir teh hijau buatannya sendiri ke ruang tengah. Ia duduk di kursi kesayangannya.

Rasti tak habis pikir kenapa mas Roni ketus seperti itu. Hampir saja sebutir air menetes ke pipinya. Tapi ditahannya.

"Ya Allah, apa yang terjadi pada suamiku hingga dia marah seperti itu. Harusnya dia tahu ya Allah,hamba di rumah tidak sekedar duduk diam,menunggu kepulangannya. Ada pekerjaan yang harus hamba selesaikan tadi. Ada amanah pelanggan yang harus hamba tunaikan. Apa hamba salah ya Allah...,"adu Rasti pada Allah.

Tapi kali ini dia tak mampu lagi menahan genangan air yang menumpuk di pelupuk matanya. Deras. Rasti bersandar di dinding dapur. Diusapnya butiran-butiran air matanya dengan ujung  jilbabnya. Sambil menata hatinya  Rasti beristighfar. Tak peduli dengan suaminya Rasti melangkah menuju kamar mandi. 

Adzan maghrib berkumandang dari masjid yang hanya berjarak 50 meter dari rumahnya. Rasti tak ingin melewatkan saat adzan maghrib,sementara dirinya belum mandi. Dia ingin menunaikan sholat maghrib tepat waktu. Begitulah kebiasaan Rasti.

Seusai mandi Rasti berwudhu dan menuju mushola rumahnya. Biasanya Rasti dan Roni sholat berjamaah di masjid. Tapi kali ini Rasti ingin sholat di rumah. Sementara Roni telah menuju masjid tanpa mengajak Rasti seperti biasanya,tanpa peduli sedikitpun. 

Seusai sholat dalam doanya Rasti menumpahkan isi hatinya kepada Allah,Tuhan yang maha adil, yang maha tahu akan kebutuhan manusia. Segala kuasa ada di genggamanNya. 

Tuhan yang tidak akan pernah meninggalkan makhlukNya, yang selalu memberikan petunjuk terbaik untuknya. Petunjuk yang takkan pernah salah,tak pernah keliru arah. Petunjuk yang selalu diharapkan oleh setiap manusia beriman yang dengan khusyuk memohon ke haribaanNya.

Rasti tenggelam khusyuk dalam doa. Air mata pun membasahi pipi namun Rasti belum ingin beranjak. Hatinya telah terpaut pada Sang Kholik. Ia tak ingin cepat pergi. Rasa rindu berdua saja dengan Sang Pemilik kehidupan. Sang penentu segala Qodho' dan Qodar.

Di akhir doa Rasti mengucap,"Ya Allah berikanlah yang terbaik untuk kami,untuk hamba dan mas Roni. Perkenankanlah kami memiliki putra-putri sebagai penerus kelangsungan hidup kami dan pertautkan hati kami agar janji suci yang pernah terikrar tak ternodai. Ya Allah,keputusanMu adalah yang terbaik. Jadikanlah hati kami sebagai hati yang selalu ikhlas dalam menerima segala keputusanMu. Aamiin."

Roni yang sholat berjamaah di masjid,juga memohon yang terbaik untuk dirinya dan Rasti. Ia mengharap petunjuk dari Allah. Agar sesampainya di rumah nanti situasi dan kondisi rumahtangganya pulih seperti hari-hari sebelumnya. Seusai sholat dan berdoa,rasa yang tadi sempat berkecamuk dalam hatinya pun berangsur hilang. Roni pulang dengan langkah yang lebih ringan.

Ada yang sempat hilang dari hati Roni hari ini. Sambutan-sambutan hangat Rasti,senyum manisnya,curhat manjanya...ahh...Roni merindu itu semua. Padahal baru sehari ia sudah kalang kabut seperti ini,bagaimana kalau seminggu...? Ya Allah, jangan sampai deh terjadi.

Sepanjang jalan dari masjid menuju rumahnya yang hanya 50 meter saja,pikiran Roni gundah antara perasaan bersalah dan perasaan gengsinya sebagai lelaki dan kepala rumahtangga. Pelan-pelan langkah kaki diayunkan. 

Tidak seperti biasanya. Saat sampai di rumah , ia masih enggan untuk menyapa Rasti lebih dulu. Perasaan gengsi kelelakiannya ternyata tak dapat begitu saja ia hilangkan. Bungkam seribu bahasa.
Rasti masih di mushola. Hatinya masih terasa perih,meskipun ia sudah mencoba melupakan peristiwa tadi.

"Mas Roni,mengapa kamu tega memperlakukanku seperti itu,tanpa menanyaiku terlebih dulu,"bisik Rasti dalam hati.

Meskipun begitu Rasti tidak ingin masalahnya berlarut-larut lebih dari 3 hari. Bukankah sebaik-baik wanita adalah yang mentaati suaminya,selalu menyenangkan  pandangan suami saat suami memandangnya dan bersabar apabila suami menyakiti hatinya? Setelah duduk diam sambil menganalisa peristiwa menjelang senja tadi,Rasti mencoba memberanikan diri mencairkan suasana. Ia tidak ingin Allah murka kepadanya karena melupakan kewajiban terhadap suaminya.

Keluar dari mushola Rasti berniat untuk menemui Roni. Hatinya deg-degan. Sambil mencari-cari kalimat yang tepat untuk menyapa suaminya.

"Bismillahirohmanirrohim...,"bisik Rasti sambil mencari Roni.

Roni yang dari tadi duduk di sofa ruang tengah sepulangnya dari masjid, meskipun diam hatinya terus menelaah permasalahan dalam rumah tangganya. Menurutnya, ia tak sepenuhnya bersalah. Dan akar permasalahan datang dari Rasti. Rasti tidak menyambut kedatangannya sore ini. 

Rasti yang lupa tidak memenuhi hak Roni untuk dibuatkan secangkir teh hijau kesukaannya. Rasti juga lupa menyiapkan camilan pendamping untuk mengganjal perutnya sebelum makan malam.

Meskipun begitu,sebagai suami yang baik Roni tidak ingin masalahnya menjadi panjang dan harus segera diakhiri. Ia ingat betul sabda Nabi Muhammad SAW :

"Sesungguhnya orang-orang mukmin yang lebih sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya,dan mereka yang bersikap halus (menyayangi) kepada keluarganya." (HR.Turmudzi dan Al Hakim dari Aisyah).

Roni sadar betul,bahwa Rasti sebagai isteri adalah cintanya di dunia dan akhirat, setelah cintanya kepada Allah dan bundanya. Tapi Roni juga harus memberikan bimbingan kepada Rasti dari peristiwa hari ini. Agar keluarga mereka menjadi keluarga yang sakinah.

"Assalamu'alaikum, mas,"salam Rasti mengagetkan lamunan Roni.

"Wa'alaikumsalam wa rohmatullahi wa barokatuh!"jawab Roni.

Sedikit kikuk dan malu Rasti mendekat dan duduk di depan Roni. Rasti yang sudah siap dengan kalimat-kalimat yang akan disampaikan kini menjadi bungkam kembali. Ia malu. Wajahnya tertunduk tangannya rapat tertangkup di atas lutut. 

Matanya yang sembab karena derasnya air yang mengalir di pipi seusai sholat magrib, kini telah tersamarkan dengan pulasan bedak dan make up tipis di pipinya. Pipi yang biasanya alami tanpa bedak dan blus on kini nampak cerah dengan blus on warna pink yang sengaja ia poleskan. 

Bibir yang biasanya alami kemerahan,kini menjadi lebih cerah dengan polesan lipstik tipis dengan warna senada baju dan jilbab Rasti yang bercorak merah muda. Nampak cantik dan anggun.

Roni yang duduk berhadapan dengan Rasti memandang takjub penampilan isterinya malam ini. Ada rasa haru di hatinya,tapi rasa kikuk dan gengsi kelelakiannya masih menjadi dinding penghalang kedekatannya. Dalam waktu 5 tahun pernikahannya,telah banyak masalah kecil yang terjadi antara mereka berdua. 

Tapi kali ini rasanya berbeda. Ada sesuatu yang sepertinya lain,tapi Roni belum tahu. Seandainya bukan di suasana seperti ini,tentu Roni sudah memeluk isterinya,menggodanya,mengajaknya bercanda. Ah...sungguh tak mengenakan.

"Em...Mas...mas Roni masih marah, ya? Maafkan Rasti ya, Rasti benar-benar tidak sengaja telah melalaikan kewajiban. Sebagai seorang isteri Rasti telah lalai akan janji Rasti pada awal membuka bisnis ini,bahwa Rasti tidak akan melupakan urusan rumah tangga. Maaf...ya...,"pinta Rasti.

Airmata Rasti hampir saja menetes,tapi ditahannya pula. Ia tidak ingin terlihat cengeng di depan mas Roni. Meskipun suaranya hampir saja terbata menahan sesak di dada,ia harus kuat. Ia harus mampu menyelesaikan argumen-argumennya agar mas Roni tidak salah paham lagi. Tidak mengabaikannya lagi.

"Mas, hari ini Rasti dapat pesanan kue 50 bungkus dari pelanggan baru,dan harus selesai sebelum azan maghrib. Sementara tadi siang mbak Jum dan mbak Sani menyelesaikan pesanan bu Kusnan dulu. Mbak Murni tidak bisa datang karena anaknya sedang sakit. Sehingga Rasti harus menyelesaikan dengan cepat pesanan kue itu. Karena Rasti sedang konsentrasi menyelesaikan pekerjaan,sampai-sampai Rasti tidak mendengar motor mas Roni. Tidak mendengar ucapan salam mas Roni. Bahkan Rasti sampai lupa  membuatkan teh dan menyediakan camilan untuk mas Roni,"lanjut Rasti.

"Tapi mestinya kan kamu tahu dan ingat jam berapa mas Roni pulang? Apa memang pekerjaanmu lebih penting daripada menunggu kehadiranku? Apa itu berarti menunggu kehadiranku tak ada artinya lagi?"tanya Roni.

"Ndak mas...ndak...bukan begitu! Kehadiran mas Roni selalu menjadi hal terpenting bagi Rasti. Rasti memang salah,Rasti lalai mas. Rasti sibuk memenuhi amanah yang terlanjur disepakati dengan teman lama Rasti. Rasti mohon mas Roni memaafkan dan memahami posisi Rasti. Bukankah siapa yang sabar menghadapi kejahatan pekerti isterinya,maka Allah memberikan pahala kepadanya seperti pahala yang dihadapkan pada Nabi Ayub a.s ? Apakah mas mau memaafkan Rasti?"bujuk Rasti pilu.

Kali ini air di pelupuk mata Rasti mulai menetes satu persatu. Rasti tak kuasa lagi membendungnya.Biarlah kali ini mas Roni tahu setegar apapun seorang wanita,ia bisa menangis juga. Hatinya akan tetap lembut dan juga mudah rapuh ,manakala karang di hadapannya tak jua hancur oleh air yang selalu menetesinya.  

Roni yang tertegun oleh kata-kata Rasti,sebenarnya tak tega membuat Rasti menjadi menangis seperti itu. Tapi seusai sholat tadi Roni mohon yang terbaik untuknya dan Rasti. Dan insyaallah inilah jalan yang ditunjukkan Allah untuk menggapai kebaikan itu.

Roni mendekati Rasti,dan meraih tangannya. Digenggamnya erat tangan kekasih hatinya itu dan dipandangnya Rasti lekat-lekat.Diusapnya pula air mata yang masih menetes di pipinya. Lembut.

"Sayang...mas tahu betul siapa isteri mas ini. Tidak mungkin isteriku ini sengaja mengabaikan suaminya. Mas Roni sudah memaafkanmu, sayang. Bahkan sejak usai sholat maghrib tadi. Mas juga menyadari,sikap mas tidak sepenuhnya benar. Mungkin agak egois,tidak menyadari bahwa sekarang isteri tersayangku ini aktifitasnya bertambah banyak. Maafkan mas Roni juga ya,"jawab Roni pelan.

Roni memeluk isterinya. Dikecupnya kening Rasti. Hati Roni lega,demikian juga Rasti.Hatinya membuncah bahagia. Sebahagia pengantin baru.Mereka tertawa dan saling ejek.

"Alhamdulillah,isteriku sekarang pandai dandan ya.Mau kondangan bu?"goda Roni.
Rasti yang tak tahan digoda mencubit paha Roni sampai merah.

"Iiih...silahkan menikmati cubitanku...!"teriak Rasti.

Mereka tertawa,bercanda tanpa terasa sudah tiba waktu Isya'. Kali ini Roni dan Rasti sholat berjamaah di masjid. Kebahagiaan ini mereka syukuri sebagai nikmat yang Allah berikan dalam rumah tangga mereka. 

Roni dan Rasti pun telah berikrar untuk saling menjaga kebersamaan dan kerukunan rumah tangganya. Semoga setiap permasalahan yang menghampiri adalah proses menuju keharmonisan dan kedewasaan dalam berumah tangga. Tak lupa selalu memohon perlindungan dari Allah SWT  dari segala keburukan.

Seusai sholat Isya' dan makan malam. Banyak hal yang ingin Rasti dan Roni ungkapkan.  Belum puas rasanya mereka saling curhat. Saat Rasti menyibukkan diri di kamar,tiba-tiba Roni masuk tanpa permisi. Rasti yang ingin memberikan kejutan untuk suaminya, kaget.

"Aduh mas,kalau masuk kamar mbokya ketuk pintu dulu dong... bikin orang kaget aja!" kata Rasti yang masih menyisir rambutnya.

"Maaf deh Yang...kukira tadi kamu di dapur,"kilah Roni.

Melihat Rasti seperti itu,Roni segera menghampiri Rasti. Roni menggenggam tangan Rasti,dipeluknya ia. Dipandanginya wajah isterinya yang kemerahan dalam sorot lampu kamar yang temaram. Tiba-tiba Rasti berucap.

"Mas,ada hal penting yang ingin aku utarakan malam ini,"Rasti memulai bicara.

"Oya,hal penting apa sayang? Kok gak bilang dari tadi?"tanya Roni.

"Mas,setelah lima tahun pernikahan kita,rasanya Allah memberikan banyak kenikmatan kepada kita. Terkadang kenikmatan yang Allah berikan itu melalui ujian kecil seperti tadi sore yang hampir mengoyak hatiku dan hatimu, mas. Hanya karena secangkir teh hijau saja Allah telah memberikan pelajaran yang berarti pada kita. Pelajaran yang tak pernah Rasti lupa,"ungkap Rasti hati-hati.

"Kamu benar sayang,karena peristiwa itu juga mas Roni kini sadar bahwa sebagai suami mas Roni harus tetap menjaga perasaan seorang isteri,tidak boleh egois,"kata Roni.

"Ada satu lagi hal yang terpenting dan akan menjadi hal bersejarah bagi perjalanan rumah tangga kita,"tambah Rasti.

"Isteriku yang cantik,hati mas berdebar-debar nih.Mas Roni gak tahu kenapa,sejak perselihan kita tadi sore,saat kamu mau minta maaf,ada sesuatu yang lain yang tak biasanya. Saat itu juga hati ini berdebar-debar. Tak biasanya isteri mas yang sudah cantik ini berdandan bak bidadari yang turun dari surga. Sudah gak sabar nih...," desak Roni.

"Kasih tahu gak ya...?Emm...kasih tahu aja deh...bismillahirohmanirrohim. Mas,sebenarnya sudah 5 hari ini Rasti telat."

"Telat kenapa,memang Rasti sayang mau ke mana kok telat?"tanya Roni yang tambah bingung dan penasaran.

"Maksudnya Rasti sudah lima hari telat datang bulan mas. Tadi pagi Rasti menyempatkan diri periksa ke Puskesmas. Kata dokter  Rasti positif hamil mas,"jelas Rasti.

Roni yang seksama dan tegang mendengarkan penjelasan Rasti,terkejut,girang,bahagia,terharu. Dipeluknya isterinya makin erat lagi,diciumnya kening dan pipi Rasti dan tak henti-hentinya mengucap syukur alhamdulillah. Tanpa terasa air mata Roni menetes haru, begitu juga dengan Rasti. Tak lama kemudian Roni melakukan sujud syukur.

"Subhanallahi wal hamdulillah wa la ila ha ilallah. Allahu akbar. Maha suci engkau ya Allah, segala puji bagimu ya Allah,tiada Tuhan selain Allah. Allah Maha besar."

"Ya Allah, setelah lima tahun perjalanan  bahtera rumah tangga kami,tanpa hadirnya seorang anak di sisi kami. Dan kamipun tetap merindukan kehadirannya dengan berbagai ikhtiar dan doa,yang tak pernah mengenal putus asa. Namun segalanya adalah kepunyaanMu,segalanya kembali kepadaMu. Engkau yang mentakdirkan kami untuk bertemu,berikrar dalam tali pernikahan yang suci,dan kini Engkau berikan kami anugerah terindah dalam hidup kami. Jagakanlah hati kami ya Allah,lindungilah keluarga kami,penerus kami,anak keturunan kami.Jadikanlah kami sebagai hamba-hambaMu yang senantiasa bersyukur atas segala karuniaMu. Aamiin,"do'a Roni yang di aminkan oleh Rasti.

Roni dan Rasti kembali hanyut dalam doa dan dzikir,memuji kebesaran TuhanNya. Tuhan yang selalu ada untuk hamba-hambaNya.

     

Bantul, akhir September 2020                                            

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun