Mohon tunggu...
Alviyatun
Alviyatun Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - ATLM (Ahli Teknologi Laboratorium Medik) di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Blog : https://alviyatunyudi.blogspot.com/ Pesan : Proses belajar berjalan sepanjang hayat, proses sabar dan ikhlas menerima dan menjalani segala ketentuan Allah dengan ikkhtiyar yang optimal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Prahara Secangkir Teh Hijau

30 September 2020   22:12 Diperbarui: 30 September 2020   22:20 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sementara Rasti yang telah selesai mengepak roti pesanan langganan hendak mandi. Ia menuju kamar dan didapati sepatu suaminya tergeletak di dalam kamar. Ia terheran,karena tak mengetahui kepulangan mas Roni. Sedikitpun tak mendengar suara motor Pitung suaminya.

"Loh,mas Roni sudah pulang to. Gimana bisa aku tak mendengar suara motornya ya. Oalah... saking sibuknya aku di dapur sampai-sampai aku lupa tak menyiapkan teh hijau kesukaan mas Roni. Mas Roni di mana,ya?" kata batin Rasti.

Rasti mencari suaminya ke ruang tengah dan dijumpainya mas Roni mondar-mandir membawa cangkir kosong. Seperti orang bingung.

"Mas...mas Roni...," panggil Rasti.

Roni terkejut mendengar Rasti memanggilnya. Tapi ia pura-pura tak mendengar panggilan Rasti. Rasa yang berkecamuk di dadanya belum sepenuhnya hilang. Roni malah keluar menuju dapur. Dia menuangkan sepucuk sendok teh hijau ke teko. 

Dia tunggu sebentar,lalu dituangkannya satu sendok gula pasir ke dalam cangkir yang tadi dibawanya. Rasti mengikuti ke dapur dan melihat apa yang dilakukan suaminya. Rasti dengan cepat menyahut sendok untuk mengaduk gula pasirnya.

"Sini-sini mas,Rasti buatin."kata Rasti.

"Ndak usah,"jawab Roni ketus. Roni pun meninggalkan Rasti di dapur sambil membawa secangkir teh hijau buatannya sendiri ke ruang tengah. Ia duduk di kursi kesayangannya.

Rasti tak habis pikir kenapa mas Roni ketus seperti itu. Hampir saja sebutir air menetes ke pipinya. Tapi ditahannya.

"Ya Allah, apa yang terjadi pada suamiku hingga dia marah seperti itu. Harusnya dia tahu ya Allah,hamba di rumah tidak sekedar duduk diam,menunggu kepulangannya. Ada pekerjaan yang harus hamba selesaikan tadi. Ada amanah pelanggan yang harus hamba tunaikan. Apa hamba salah ya Allah...,"adu Rasti pada Allah.

Tapi kali ini dia tak mampu lagi menahan genangan air yang menumpuk di pelupuk matanya. Deras. Rasti bersandar di dinding dapur. Diusapnya butiran-butiran air matanya dengan ujung  jilbabnya. Sambil menata hatinya  Rasti beristighfar. Tak peduli dengan suaminya Rasti melangkah menuju kamar mandi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun