Tanpa sadar surat yang dipegang oleh Jessica basah ditetesi air matanya. Hati Jessica sakit, tetapi setidaknya ia tahu bahwa Wilson mencintainya, bahkan sampai saat ini. Memang lucu hidup ini, sepasang kekasih yang saling mencintai kadang tidak selalu bisa berakhir bahagia.
Jessica memejamkan matanya, berusaha merasakan kehadiran Wilson. Dalam hatinya ia berkata, "Wilson, maafkan aku sudah berpikir yang aneh-aneh. Maafkan aku juga tidak bisa memberikan kamu semangat di masa sakitmu. Pergilah Wilson, aku rela. Ingatlah juga, sampai kapanpun, kamu akan selalu memiliki tempat khusus dihatiku. Terima kasih Wilson."
Hanya doa yang dapat Jessica sampaikan. Ia membuktikan janjinya kepada Wilson untuk tetap menjalani hidup ini dengan penuh harapan.Â
Lima tahun setelah Wilson pergi, Jessica menyelesaikan kuliah S1 dan S2-nya serta menjadi lulusan seni terbaik di kampusnya. Setelah lima tahun pergi meninggalkan Bogor, kota yang penuh kenangan, Jessica pulang untuk menata kembali hatinya, napak tilas perjalanan cintanya dengan Wilson.
Selepas hujan, waktu menunjukkan pukul 8 malam. Jessica tidak mengurungkan niatnya untuk berjalan keliling kota melewati Lapangan Sempur dan Jalan Otista.
Jalanan yang cukup ramai, orang-orang yang berlarian di trotoar super luas menjadi temannya malam itu.Â
Setiap langkah yang Jessica tapaki membuka kembali kenangannya bersama Wilson, tanpa sadar ia merindukannya. Membayangkan tawanya yang lucu, sikapnya yang hangat, dan cara-cara unik yang selalu sukses membuat raut muka cemberut Jessica kembali tersenyum lepas.
  Malam itu, Bogor bukan lagi menjadi kota hujan, melainkan kota rindu. Jessica basah bukan karena hujan, tetapi karena rindu. Basahnya pun bukan di seluruh badan, hanya di pipinya saja, berupa tangis akibat rindu dengan Wilson.
"Hai Wilson, kamu apa kabar?"
Bogor, 19 Oktober 2019. Tamat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H