Mohon tunggu...
Aliyah Sultan
Aliyah Sultan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

I love learn language, right now I can speak 5 languages

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori belajar perkembangan kognitif (Piaget)

25 Januari 2025   10:42 Diperbarui: 25 Januari 2025   10:42 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Piaget percaya bahwa kerangka kerja, atau "skema", dikembangkan untuk mengatur dan menafsirkan informasi yang diperoleh. Skema adalah landasan pemikiran. Skema dimulai secara spesifik dan kemudian berkembang dan dimodifikasi melalui proses gabungan asimilasi dan akomodasi (Piaget & Inhelder, 1972). Piaget melihat kecerdasan dimulai ketika refleks fisik berpindah dari ketidaksadaran ke tujuan (Mooney, 2013).

Piaget menggunakan refleks menyusu pada bayi baru lahir untuk menjelaskan bagaimana pemahaman dibangun melalui proses asimilasi dan akomodasi dalam bukunya Origins of Intelligence. Refleks menghisap memaksa bayi untuk mencari puting dan pelekatannya. Setiap pemberian makan memberikan kesempatan untuk menyerap -- atau "mengasimilasi" -- informasi baru: bagaimana menggerakkan kepala, berapa banyak tekanan yang harus digunakan, kecepatan, dll. Pola pemberian makan yang lebih canggih berkembang melalui pengulangan, pengalaman, dan pengenalan motorik. Seiring waktu, bayi mulai menggunakan keterampilan ini lebih dari sekadar makan. Keinginan untuk belajar memulai eksplorasi tambahan (Piaget, 1952). Misalnya, dorongan untuk menemukan sesuatu mungkin akan segera membuat bayi menemukan tangannya. Mereka mulai menghisap puting ini alih-alih puting yang mengakomodir pengetahuan mereka sebelumnya -- "Saya juga bisa menghisap ini. Puting bukanlah satu-satunya hal yang bisa saya hisap." -- (Piaget, 1952). Proses penggunaan informasi baru untuk menyesuaikan pemahaman seseorang terhadap apa yang sudah diketahui disebut "akomodasi" (Bringuier, 1980).

Piaget percaya bahwa anak bungsu pun adalah ilmuwan yang terdorong untuk menyelidiki dunia di sekitar mereka. Oleh karena itu, baik RIE maupun Piaget memandang peran pendidik sebagai pendukung dorongan bawaan yang dimiliki anak untuk menciptakan dan berinovasi ide-ide baru (Gerber 1998; Geneser, 2022). RIE dan Piaget menganjurkan lingkungan yang memperkaya (dan aman) di mana orang dewasa memberikan kebebasan bereksplorasi dan dapat memercayai kemampuan anak mereka serta selera intrinsik akan wawasan. (Gerber 1998; Geneser, 2022). Jika hal ini terjadi, kami memahami bahwa peran orang dewasa adalah untuk mendukung dan menghargai kemampuan alami anak dalam memulai pembelajarannya. Ini adalah salah satu keunggulan Pendekatan Mendidik dan merupakan aplikasi praktis dari teori Piaget.

Belajar adalah suatu proses adaptasi terhadap rangsangan lingkungan, yang melibatkan periode-periode berturut-turut yang disebut Piaget sebagai asimilasi, akomodasi, dan keseimbangan. Dalam mengasimilasi pengetahuan, siswa memasukkan pengalaman dan pengamatan mereka ke dalam logika pemahaman mereka yang sudah ada atau yang sedang berkembang. Misalnya, anak mungkin memahami fenomena siklus hidup kupu-kupu dari segi pemahamannya terhadap siklus hidup manusia. Akomodasi terjadi ketika ada konflik atau ketidaksesuaian antara informasi baru dan model internal siswa, yang menyebabkan siswa menyesuaikan pemahaman dan harapan mereka yang ada untuk memasukkan persepsi dan pengalaman baru mereka.

Jean Piaget dalam teorinya mengemukakan bahwa sejak balita manusia sudah bisa berinteraksi dengan benda-benda disekitarnya. Namun kemampuan tersebut masih sangat sederhana berupa kemampuan sensor motor.   Untuk memahami dunianya, anak menggunakan skema, asimilasi, akomodasi dan juga keseimbangan (Adams, 2015).   Kemampuan inilah yang membawa balita berani mengeksplorasi lingkungannya dan menjadikannya sebagai pengetahuan dasar serta dapat menjelma menjadi kemampuan yang lebih maju dan rumit. Piaget menyatakan perkembangan kognitif dalam teorinya bahwa kemampuan anak dalam melakukan analisis baru dimulai ketika mereka memasuki usia tersebut. dari 10. Seiring bertambahnya usia, perkembangan kognitif anak akan semakin kompleks seiring dengan semakin bervariasinya informasi yang diperoleh (Shibley et al., 2003). Teori perkembangan kognitif Piaget merupakan salah satu teori yang dapat menjelaskan cara anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek dengan kejadian di sekitarnya.

2.2. Tahapan Perkembangan Kognitif Menurut Piaget

Tahap-tahap perkembangan kemampuan kognitif manusia terbagi dalam beberapa fase. Piaget membagi perkembangan kemampuan kognitif manusia menurut usia menjadi 4 tahapan, Yaitu:

1. Tahap sensori (sensori motor).  Perkembangan kognitif tahap ini terjadi pada usia 0-2 tahun. Kata kunci perkembangan kognitif tahap ini adalah proses "decentracion". Artinya, pada usia ini bayi tidak bisa memisahkan diri dengan lingkungannya. Ia "centered" pada dirinya sendiri. Baru pada tahap berikutnya dia mengalami decentered pada dirinya sendiri. Pada tahap sensori ini, bayi bergerak dari tindakan reflex instinktif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun pemahaman tentang dunia melalui pengoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik.

Tahap ini pemikiran anak mulai melibatkan penglihatan, pendengaran, pergeseran dan persentuhan serta selera. Artinya anak memiliki kemampuan untuk menangkap segala sesuatu melalui inderanya. Bagi Piaget masa ini sangat penting untuk pembinaan perkembangan pemikiran sebagai dasar untuk mengembangkan intelegensinya. Pemikiran anak bersifat praktis dan sesuai dengan apa yang diperbuatnya. Sehingga sangat bermanfaat bagi anak untuk belajar dengan lingkungannya. Jika seorang anak telah mulai memiliki kemampuan untuk merespon perkataan verbal orang dewasa, menurut teori ini hal tersebut lebih bersifat kebiasaan, belum memasuki tahapan berfirkir.

2. Tahap praoperasional (preoperational). Fase perkembangan kemampuan kognitif ini terjadi para rentang usia 2-7 tahun. Pada tahap ini, anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Kata-kata dan gambar-gambar ini menunjukkan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi inderawi dan tindakan fisik.

Cara berpikir anak pada pertingkat ini bersifat tidak sistematis, tidak konsisten, dan tidak logis. Hal ini ditandai dengan ciri-ciri:

  • Transductive reasoning, yaitu cara berfikir yang bukan induktif atau deduktif tetapi tidak logis
  • Ketidak jelasan hubungan sebab-akibat, yaitu anak mengenal hubungan sebabakibat secara tidak logis
  • Animisme, yaitu menganggap bahwa semua benda itu hidup seperti dirinya
  • Artificialism, yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu di lingkungan itu mempunyai jiwa seperti manusia
  • Perceptually bound, yaitu anak menilai sesuatu berdasarkan apa yang dilihat atau di dengar
  • Mental experiment yaitu anak mencoba melakukan sesuatu untuk menemukan jawaban dari persoalan yang dihadapinya
  • Centration, yaitu anak memusatkan perhatiannya kepada sesuatu ciri yang paling menarik dan mengabaikan ciri yang lainnya
  • Egosentrisme, yaitu anak melihat dunia lingkungannya menurut kehendak dirinya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun