"Yo'i, Kak." Jawabnya dengan gaul.
"Wuih, yo'i? Belajar darimana bro?" jawabku tak kalah gaul.
"Hehehe, teman Mamet suka pake kata-kata itu."
"Asalkan jangan kata yang kasar dan tidak sopan, yang Mamet tiru. Ok?"
"Ya, Kak."
"Ok bocah, biar tambah pintar kita makan siang dulu." Ajakku sembari menaruh handuk dan baskom yang telah kupakai, hingga mimisan yang mereda.
"Ok bro. Hehehe." Jawab ia dengan candanya.
***
Tok. Tok. Tok.
Disaat aku sedang menyetrika pakaian, terdengar suara pintu. Rahmat dengan segera membukakan pintu. Saat dibuka, berdiri seorang wanita yang anggun dan berkarisma dengan senyum yang merekah serta rambut yang terurai indah. Ia adalah Ratih sang Bunga Desa.
Ratih membawa rantang tertutup, kemungkinan isi dari nampan itu adalah makanan untukku dan Rahmat.