"Gak ada apa-apa, Kak. Kalau dilihat-lihat, Kak Arkan sama Mba Ratih cocok, loh." Sindirnya.
"Cocok dalam arti apa tuh? Sebagai teman? Tetangga? Atau.."
"Istri." Jawab Rahmat dengan singkat memotong perkataanku.
"Huss." Balasku.
"Kenapa huss?" tanya Rahmat.
"Belum waktunya." Jawabku sekenanya.
"Kapan waktunya, Kak?"
"Kapan-kapan."
"Jadi beneran donk, Kak Arkan mau istri seperti Mba Ratih."
"Menurut Rahmat?" tanyaku perlahan mendekati Rahmat.
"Cocok." Jawab Rahmat singkat sembari menaruh rantang pemberian Ratih.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!