"Jangan-jangan kamu yang mereka sebut sebagai tukang cerita itu ya?"
Soso tersenyum, "Ya.. begitulah..."
"Nama kamu masih sering disebut-sebut. Mereka kehilangan kamu. Tapi katanya kamu memang tak layak di pabrik, kamu sekolah di seminari situ kan?"
Soso mengangguk lagi. "Mau nggak kamu menemaniku ngobrol? Mungkin sambil ngopi..."
"Boleh... aku juga belum pernah minum kopi!" jawabnya.
*****
Soso mengajak si Petros ke toko bukunya Gege Imedashvili yang menyediakan kopi dan tembakau. Bukan untuk membaca buku. Dia hanya ingin melupakan pikirannya yang terganggu karena obrolannya dengan si Lado soal Natasha. Ia juga teringat nasib kawan-kawan lamanya di pabrik itu.
"Kamu dekat dengan mereka?" tanya Soso pada si Petros, setelah menyeruput kopinya di sore itu. Ia juga meminjam cangklong dan membeli tembakaunya sekalian.
"Sangat dekat. Aku bahkan tidak lagi merasa kalau aku ini anak pendatang...." jawabnya. "Udah lama kita nggak ngomongin soal asal-usul lagi. Upah juga sama sekarang, dibedakan tugannya aja, bukan karena asal-usul..."
"Berapa banyak yang ditahan polisi?"
"Delapan..."