"Sergei Kustov!"
Soso mendelik, "Serius? Kenapa kau bilang begitu?"
"Ada seorang anak yang pernah mendengarnya berbincang dengan salah satu pekerja asal Armenia. Mereka bicara soal harga sepatu di Sharur[1] katanya harga sepatu di sana tinggi...."Â
"Apa salahnya mereka ngomongin harga sepatu di sana?" tanya Soso.
"Pabrik kan nggak pernah ngomongin harga. Di situ cuma membuat. Biar namanya manajer, Sergei Kustov juga nggak ngurusin penjualan. Apalagi yang hilang itu sepatu boots buat tentara. Semua produknya kan pesanan kekaisaran, bukan untuk dijual umum!" jawab si Petros.
"Jadi kau pikir, Kustov mencuri sepatu itu untuk dijual ke sana?"
Petros mengangguk. "Semua orang di pabrik juga tahu kalau dia sedang ada masalah. Dia punya banyak utang karena judi!"
Soso mengangguk-angguk. "Masuk akal juga. Kalau bener dia punya banyak utang, mungkin saja dia mencuri sepatu-sepatu yang dibuat di pabrik yang dia awasi lalu dijual ke sana!"
"Aku cuma bingung kenapa polisi tidak mencurigainya, dan malah menuduh anak-anak itu!" kata si Petros.
Soso menyeringai, "Kau kayak nggak tau aja polisi Gori. Apalagi kalau yang dihadapinya adalah orang Rusia, pasti nggak mau ribet. Ada kambing hitam lebih bagus lagi.."
"Makanya aku nggak mau ngomong sama siapa-siapa, cuma di antara anak-anak aja. Ngomong pada orang tua juga percuma..." kata si Petros.