Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (67) Kisah Pilu Sang Bapak

2 Februari 2021   19:29 Diperbarui: 3 Februari 2021   19:46 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Soso menghela nafas, angka yang cukup besar. "Terus, Bapak beneran ke Gori?"

Pak Beso mengangguk, "Tadinya aku mau ambil barang-barang, alat-alat kerjaku. Tapi ternyata ibumu.. ah sudahlah.. aku ditolong Pak Damian Davrichewy, polisi di Gori itu. Aku diongkosi ke sini. Untungnya aku dapat kerjaan. Tapi belum bisa menabung untuk membayar utang pada Pak Devdariani itu..."

"Nanti kita beresi itu Pak..." kata Soso. Ia yakin bapaknya bercerita yang sesungguhnya, atau setidaknya sebagian besarnya benar. "Nanti saya carikan uang untuk melunasinya..."

"Jangan pakai uang dari bapak tirimu. Aku tak mau!" kata Pak Beso lagi.

"Enggak... nanti saya kumpul-kumpul honor sama yang lain-lain..." kata Soso. Ia paham soal itu. Biar bagaimanapun, Pak Beso mungkin masih merasa punya harga diri.

"Ya sudah..." katanya. "Tolong antar aku kembali ke kiosku..."

Setelah membayar makanan, bersama si Ararat, Soso mengantarkan Pak Beso kembali ke tempat kerjanya. Soso memberinya uang satu rubel, lalu pamitan, karena sudah harus kembali ke sekolah.

"Jaga diri baik-baik Pak, jangan bikin masalah lagi..." kata Soso.

Pak Beso mengangguk.

Soso meninggalkannya bersama si Ararat yang akan kembali ke tempat mangkalnya di Bazaar Armenia.

"Kasihan ya bapakmu..." katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun