Soso menghela nafas, angka yang cukup besar. "Terus, Bapak beneran ke Gori?"
Pak Beso mengangguk, "Tadinya aku mau ambil barang-barang, alat-alat kerjaku. Tapi ternyata ibumu.. ah sudahlah.. aku ditolong Pak Damian Davrichewy, polisi di Gori itu. Aku diongkosi ke sini. Untungnya aku dapat kerjaan. Tapi belum bisa menabung untuk membayar utang pada Pak Devdariani itu..."
"Nanti kita beresi itu Pak..." kata Soso. Ia yakin bapaknya bercerita yang sesungguhnya, atau setidaknya sebagian besarnya benar. "Nanti saya carikan uang untuk melunasinya..."
"Jangan pakai uang dari bapak tirimu. Aku tak mau!" kata Pak Beso lagi.
"Enggak... nanti saya kumpul-kumpul honor sama yang lain-lain..." kata Soso. Ia paham soal itu. Biar bagaimanapun, Pak Beso mungkin masih merasa punya harga diri.
"Ya sudah..." katanya. "Tolong antar aku kembali ke kiosku..."
Setelah membayar makanan, bersama si Ararat, Soso mengantarkan Pak Beso kembali ke tempat kerjanya. Soso memberinya uang satu rubel, lalu pamitan, karena sudah harus kembali ke sekolah.
"Jaga diri baik-baik Pak, jangan bikin masalah lagi..." kata Soso.
Pak Beso mengangguk.
Soso meninggalkannya bersama si Ararat yang akan kembali ke tempat mangkalnya di Bazaar Armenia.
"Kasihan ya bapakmu..." katanya.