Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (67) Kisah Pilu Sang Bapak

2 Februari 2021   19:29 Diperbarui: 3 Februari 2021   19:46 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedai yang disebutkan Pak Beso tak terlalu jauh dari tempat kerjanya. Cukup ramai. Orang-orang antri membeli daging bakar yang dijualnya. Mereka pun terpaksa menunggu.

"Kenapa kakinya Pak?" tanya Soso.

"Oleh-oleh dari Rustavi!" jawabnya singkat.

"Maksudnya?"

"Siapa anak ini?" Pak Beso malah balik bertanya pada Soso soal si Ararat.

Soso menceritakannya seperlunya, tentu saja tak menceritakan kalau anak itu copet di Bazaar Armenia. "Cerita saja, nggak apa-apa kok..." kata Soso, seolah Pak Beso enggan memulai cerita karena adanya si Ararat.

"Aku dihajar centeng-centeng orang Rusia di pabrik baja itu..." kata Pak Beso dengan setengah enggan.

"Bapak mencuri sesuatu?" tanya Soso.

Pak Beso menggeleng, "Tapi aku dituduh mencuri. Aku memang tidur di gudang penyimpanan lempengan baja karena belum punya tempat tinggal, dan aku tak mau tinggal di tempatnya Pak Devdariani itu. Malam sebelumnya memang kudengar pabrik banyak kehilangan barang-barang yang akan dikirim ke Poti untuk pembangunan pelabuhan di sana. Tapi aku sama sekali tak terlibat...."

"Terus?"

"Aku dihajar, disuruh mengaku. Tapi apa yang harus diakui? Aku memang tak mencuri apa-apa. Sebiji baut pun tidak, buat apa! Kalaupun aku mencuri, kenapa pula aku masih tinggal di situ..." jawab Pak Beso.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun