Kedai yang disebutkan Pak Beso tak terlalu jauh dari tempat kerjanya. Cukup ramai. Orang-orang antri membeli daging bakar yang dijualnya. Mereka pun terpaksa menunggu.
"Kenapa kakinya Pak?" tanya Soso.
"Oleh-oleh dari Rustavi!" jawabnya singkat.
"Maksudnya?"
"Siapa anak ini?" Pak Beso malah balik bertanya pada Soso soal si Ararat.
Soso menceritakannya seperlunya, tentu saja tak menceritakan kalau anak itu copet di Bazaar Armenia. "Cerita saja, nggak apa-apa kok..." kata Soso, seolah Pak Beso enggan memulai cerita karena adanya si Ararat.
"Aku dihajar centeng-centeng orang Rusia di pabrik baja itu..." kata Pak Beso dengan setengah enggan.
"Bapak mencuri sesuatu?" tanya Soso.
Pak Beso menggeleng, "Tapi aku dituduh mencuri. Aku memang tidur di gudang penyimpanan lempengan baja karena belum punya tempat tinggal, dan aku tak mau tinggal di tempatnya Pak Devdariani itu. Malam sebelumnya memang kudengar pabrik banyak kehilangan barang-barang yang akan dikirim ke Poti untuk pembangunan pelabuhan di sana. Tapi aku sama sekali tak terlibat...."
"Terus?"
"Aku dihajar, disuruh mengaku. Tapi apa yang harus diakui? Aku memang tak mencuri apa-apa. Sebiji baut pun tidak, buat apa! Kalaupun aku mencuri, kenapa pula aku masih tinggal di situ..." jawab Pak Beso.