Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (24) Libur yang Berakhir Cepat

20 Desember 2020   07:07 Diperbarui: 23 Desember 2020   03:07 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Iya, ntar saya ngerampok bank dulu di Tiflis!” jawab Soso asal.

“Jangan sampe ketangkep lho ya…” kata Mak Keke, nggak kalah asal.

Soso buru-buru kabur. Nggak rampung-rampung kalau ngomong terus sama ibunya itu. Ia pun bergegas menuju rumah Yuri yang berada di bagian selatan Gori, dekat jalur ke Tiflis. Rumah itu sudah dijadikan losmen juga sama Pak Koba, tapi nggak seramai losmennya yang berada di tengah kota.

Sampai di sana, Peta, Seva, dan Yuri sudah menunggu. Dua kereta kuda juga sudah tampak di depan losmen yang masih sepi, maklum hari masih lumayan gelap. Siapa pula mau bangun pagi di kala cuaca di luar sedingin itu.

Begitu Soso datang, Yuri langsung ngomong, “Udah, langsung aja, mumpung masih sepi…” katanya. Ia juga mendekati Soso dan menyodorkan sebuah bungkusan kecil. “Nih dari si Bonia. Dia marah-marah karena kamu nggak pamit dulu!”

Soso menerimanya. Iya juga, dia nggak sempat pamitan sama anak itu. Lah jangankan pamit, inget aja enggak. “Ya udah, bilang makasih ya Yur…” kata Soso. Ia segera melemparkan buntelan pakaiannya ke atas kereta kuda.

“Keretanya bukan yang itu dodol…” kata Yuri.

Soso celingukan, ternyata Peta dan Seva sudah naik di kereta satunya lagi. Soso cengar-cengir, “Kirain dua kereta!”

“Enak aja, satu aja biayanya dah mahal tuh…” kata si Yuri. “Udah sono buruan!”

Soso segera bergabung dengan Peta dan Seva. Kusir diberi perintah oleh Yuri. Kereta pun mulai bergerak ke arah timur.

*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun