Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (19) Gadis Manis dalam Kereta

15 Desember 2020   08:08 Diperbarui: 19 Desember 2020   07:28 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Soso mengangguk, “Iya Mbak…”

Ia tertawa, “Jangan panggil Mbak dong, aku Natalia Kirtava, panggil aja Natasha…” katanya sambil menyodorkan tangannya. Soso menerima uluran tangannya, lalu menyebutkan namanya.

“Joseph Djugashvili, panggil saja Soselo…” katanya. Ia mendadak suka dengan nama samaran untuk puisinya itu.

“Soselo… kirain Othello, orang Moor di cerita Shakespeare itu…” kata Natasha.

Soso tersenyum, “Baca juga ya?” tanyanya, kagum.

“Cuma tau aja. Males baca Shakespeare, kisahnya berakhir tragedi semua…” katanya.

“Tapi kan romantis…” kata Soso. “Justru karena selalu berujung tragedi orang terus mengingatnya dan berandai-andai, coba kalau Romeo ngopi dulu nggak langsung minum racun, coba Juliet bangun lebih cepat…, coba kalau…kan asyik…” katanya lagi. “Kalau kisahnya selalu happy ending kayak cerita-cerita H.C. Andersen, orang mungkin suka, tapi tidak berkesan. Baca, tamat, tidur, lupa….” lanjutnya.

Natasha tertawa, “Mmm mungkin juga sih, aku juga baca Romeo Juliet dan kepikiran terus…” katanya. “Kamu sekolah di mana? Calon adminstratur ya?”

Soso menggeleng, “Aku di seminari Tiflis…” jawabnya.

“Oooow… calon pendeta rupanya… kamu pake arkhalukhi sih, nggak pake podrjaznik, jadi nggak ketahuan…” katanya.

Soso tersenyum, “Masak mau liburan masih pake itu, malu lah. Kan masih siswa, belum jadi pendeta…” katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun