Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (17) Buku di Bawah Kasur

13 Desember 2020   08:08 Diperbarui: 16 Desember 2020   15:52 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Pak Yedid lalu bercerita, kalau seorang loper yang biasa mengantarkan majalah dan koran ke tempatnya, seorang Georgia, mampir ke kantor Iveria untuk mengambil majalah dan mengedarkannya seperti biasa. Di sana, katanya, Pangeran Ilia Chavchavadze bercerita tentang siswa seminari yang dididik secara Rusia, tapi masih punya kecintaan pada sastra, sastra Georgia pula. Si loper itu membaca puisi dan ia juga menyukainya, lalu berjanji pada Pangeran Ilia akan mengantarkan satu edisi kepada penulisnya langsung. Tapi Pangeran Ilia melarangnya, karena anak itu berada di seminari, dan itu bisa jadi masalah. "Si loper bercerita padaku, dan ketika kulihat nama penulisnya, meski kau samarkan sedikit, aku yakin, itu pasti kamu!"

"Terus?" tanya Soso.

"Kuceritakan sama dia kalau aku mengenal penulis puisi itu. Jadi dia menitipkannya satu eksemplar majalah ini untukmu..." jawab Pak Yedid. "Dia juga titip pesan, katanya kau di suruh ke sana lagi untuk mengambil honormu. Pangeran Ilia juga ingin kamu membawakannya puisi yang lain..."

Soso tersenyum sumringah. "Makasih Pak... nanti saya traktir kalau honornya sudah saya ambil!" katanya.

"Honor apaan So?" sebuah suara muncul dari belakang Soso. Si Lado.

"Puisinya dimuat Iveria..." Pak Yedid yang tampaknya sudah mengenal Lado yang menjawab.

"Wiih keren dong, mana kulihat..." Lado mengambil majalah dari tangan Soso yang halamannya masih terbuka. "Boleh juga temanku ini, selain calon pendeta, calon sastrawan juga rupanya!" Lado menepuk-nepuk pundak Soso sambil tersenyum. "Kau buatlah satu, temanya soal apalah, pekerja, buruh, atau apa. Nanti kuminta si Nunu mrenerbitkannya di Kvali..." kata Lado.

"Wah, boleh juga tuh..." kata Soso. "Nantilah kubuat kalau ada ide..."

Lado mengajaknya ngobrol di luar. Tadinya Soso pengen nyari bacaan, tapi nggak enak juga menolak ajakan si Lado.

"Kudengar kau pernah kerja di pabrik?" tanya Lado.

"Siapa yang cerita?" tanya Soso.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun