Pak Yedid lalu bercerita, kalau seorang loper yang biasa mengantarkan majalah dan koran ke tempatnya, seorang Georgia, mampir ke kantor Iveria untuk mengambil majalah dan mengedarkannya seperti biasa. Di sana, katanya, Pangeran Ilia Chavchavadze bercerita tentang siswa seminari yang dididik secara Rusia, tapi masih punya kecintaan pada sastra, sastra Georgia pula. Si loper itu membaca puisi dan ia juga menyukainya, lalu berjanji pada Pangeran Ilia akan mengantarkan satu edisi kepada penulisnya langsung. Tapi Pangeran Ilia melarangnya, karena anak itu berada di seminari, dan itu bisa jadi masalah. "Si loper bercerita padaku, dan ketika kulihat nama penulisnya, meski kau samarkan sedikit, aku yakin, itu pasti kamu!"
"Terus?" tanya Soso.
"Kuceritakan sama dia kalau aku mengenal penulis puisi itu. Jadi dia menitipkannya satu eksemplar majalah ini untukmu..." jawab Pak Yedid. "Dia juga titip pesan, katanya kau di suruh ke sana lagi untuk mengambil honormu. Pangeran Ilia juga ingin kamu membawakannya puisi yang lain..."
Soso tersenyum sumringah. "Makasih Pak... nanti saya traktir kalau honornya sudah saya ambil!" katanya.
"Honor apaan So?" sebuah suara muncul dari belakang Soso. Si Lado.
"Puisinya dimuat Iveria..." Pak Yedid yang tampaknya sudah mengenal Lado yang menjawab.
"Wiih keren dong, mana kulihat..." Lado mengambil majalah dari tangan Soso yang halamannya masih terbuka. "Boleh juga temanku ini, selain calon pendeta, calon sastrawan juga rupanya!" Lado menepuk-nepuk pundak Soso sambil tersenyum. "Kau buatlah satu, temanya soal apalah, pekerja, buruh, atau apa. Nanti kuminta si Nunu mrenerbitkannya di Kvali..." kata Lado.
"Wah, boleh juga tuh..." kata Soso. "Nantilah kubuat kalau ada ide..."
Lado mengajaknya ngobrol di luar. Tadinya Soso pengen nyari bacaan, tapi nggak enak juga menolak ajakan si Lado.
"Kudengar kau pernah kerja di pabrik?" tanya Lado.
"Siapa yang cerita?" tanya Soso.