Unsur-unsur yang dihitung tersebut antara lain intensitas kesenangan/kesakitan, durasi/lamanya, kepastian atau ketidakpastiannya, jarak waktu terjadinya, kesuburan (productivity), kemurnian, dan luas dampak yang ditimbulkannya.
Dengan kata lain, Hedonistic Calculus berusaha memberi bobot kuantitatif dan mengukur secara matematis tingkat kebahagiaan individu maupun sosial dari suatu perbuatan. Inilah mengapa konsep ini dinamakan "perhitungan hedonistik".
Jadi Hedonistic Calculus merupakan model analisis kesenangan-kepedihan yang menjadi landasan pemikiran etika Bentham.
Lalu bagaimana Jeremy Bentham dapat mengetahui kebahagiaan atau kepedihan seseorang?
Menurut Bentham, manusia memiliki kecenderungan alamiah untuk mengejar kebahagiaan (happiness) dan menghindari rasa sakit (pain). Oleh karena itu, ia berusaha mengukur atau menghitung (to calculate) kesenangan (hedone) dan kepedihan setiap tindakan manusia. Inilah asal muasal konsep Hedonistic Calculus.
Melalui Hedonistic Calculus, Bentham ingin memberikan kerangka kerja kuantitatif untuk menentukan apakah suatu tindakan itu baik/buruk secara moral. Ia mengidentifikasi 7 faktor yang memengaruhi kebahagiaan maupun kepedihan, yaitu:
intensitas
- Durasi
- Kecertian atau ketidakpastian
- Kedekatan
- Kesuburan
- Kemurnian
- Luas jangkauan
Dengan menjumlahkan dan mengurangi elemen-elemen ini, maka utilitas atau kegunaan suatu tindakan bagi kebahagiaan secara keseluruhan dapat dihitung secara kuantitatif. Inilah inti Hedonistic Calculus menurut Bentham.
Apa Peran penting dari konsep Hedonistic Calculus dalam bidang hukum?
Penerapan Hedonistic Calculus dalam Bidang Hukum memiliki peran penting dalam menganalisis fenomena kejahatan korupsi di Indonesia. Penerapan ini melibatkan pengukuran dan perhitungan kebahagiaan atau kenikmatan dalam konteks hukum. Dalam kasus kejahatan korupsi, Hedonistic Calculus dapat digunakan untuk menganalisis motivasi dan dampak dari tindakan korupsi terhadap masyarakat. Namun, ada keterbatasan dalam memahami kejahatan korupsi dengan menggunakan Hedonistic Calculus yang berfokus pada aspek hedonistik semata. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan alternatif seperti pendekatan pragmatis, etis, dan hukum dalam menangani kejahatan korupsi agar masalah ini dapat diselesaikan secara komprehensif dan efektif.
Aapa Hubungan konsep Hedonistic Calculus dengan Fenomena Kejahatan Korupsi di Indonesia?