Mohon tunggu...
Alin Nur
Alin Nur Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hobi Bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Teori Belajar Sibernetik dan Penerapannya dalam Pembelajaran

10 Juni 2024   11:08 Diperbarui: 10 Juni 2024   12:04 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran Yang dibimbing oleh: Bahrul Munib, S.H.I., M.Pd.I.

Alin Nur Indahsari

Nim: 231101030045

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI Achmad Siddiq JEMBER

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

MEI 2024

KATA PENGANTAR 

   

 Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga, dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran yang diampu oleh bapak Bahrul Munib, S.H.I., M.Pd.I., dengan judul "Teori Belajar Sibernetik Dan Penerapannya Dalam Pembelajaran". 

 Dengan membuat tugas ini, diharapkan mampu mengenal dan memahami tentang teori belajar sibernetik dan penerapannya dalam pembelajaran, yang telah kami sajikan. Makalah ini kami buat sebagian mengambil dari beberapa sumber yang ada dan kemudian diambil hal-hal yang penting dan sesuai. 

A. Definisi Teori Belajar Sibernetik

Teori Belajar Sibernetik muncul sebagai hasil dari evolusi konsep 'Cyber netic', yang awalnya mengacu pada sistem kontrol dan komunikasi yang memungkinkan adanya umpan balik. Terminologi ini, berakar dari bahasa Yunani, menekankan peran pengendali dalam proses komunikasi. Awalnya digunakan dalam konteks pengendalian mesin komputer pada tahun 1958 oleh Louis, istilah 'sibernetik' kini merambah ke berbagai aspek yang berkaitan dengan internet, kecerdasan buatan, dan jaringan computer.

Uno tobroni (2015:153) menjelaskan bahwa Teori Belajar Sibernetik merupakan salah satu konsep paling mutakhir dalam studi pembelajaran, yang berkembang seiring dengan perkembangan ilmu informasi. Teori ini menggambarkan proses belajar sebagai pengolahan informasi, serupa dengan pendekatan kognitif yang menekankan pentingnya proses. Namun, dalam teori sibernetik, fokus utama adalah pada sistem informasi yang diproses, karena informasi memainkan peran kunci dalam menentukan proses belajar.

Menurut Ridwan Abdullah Sani (2013: 35), Teori Sibernetik merupakan konsep belajar yang relatif baru dibandingkan dengan paradigma belajar lainnya seperti behavioristik, konstruksi, humanistik, dan kognitif. Teori ini tumbuh sejalan dengan kemajuan teknologi dan ilmu informasi, dengan fokus utama pada proses belajar daripada hasil akhirnya. Perbedaannya dengan pendekatan kognitif terletak pada penekanan yang lebih besar pada bagaimana sistem informasi yang dipelajari memengaruhi proses belajar.

Abdul Hamid (2009: 47) menegaskan bahwa dalam Teori Belajar Sibernetik, sistem informasi yang dipelajari menjadi elemen kunci dalam proses belajar. Bagaimana proses belajar terjadi sangat dipengaruhi oleh struktur dan konten dari sistem informasi tersebut. 

Oleh karena itu, teori ini menegaskan bahwa tidak ada satu metode belajar yang ideal untuk setiap situasi, karena setiap pembelajar akan merespons informasi dengan cara yang berbeda sesuai dengan sistem informasi yang mereka hadapi Teori belajar sibernetik, yang merupakan konsep relatif baru dalam bidang pembelajaran, terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu informasi.

 Menurut teori ini, belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi. Meskipun proses belajar memiliki peran penting, namun yang lebih krusial adalah sistem informasi yang diproses oleh siswa. Sistem informasi ini menjadi penentu utama dalam proses belajar, mengatur bagaimana proses belajar akan terjadi berdasarkan informasi yang diterima. 

Salah satu asumsi kunci dalam teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu metode belajar yang ideal untuk setiap situasi, dan setiap siswa akan merespons informasi dengan cara yang berbeda sesuai dengan sistem informasi yang mereka hadapi. Sebagai contoh, informasi yang sama mungkin akan dipelajari oleh siswa dengan cara yang berbeda, tergantung pada bagaimana mereka memproses informasi tersebut.

Hakekat dari manajemen pembelajaran teori belajar sibernetik adalah upaya guru dalam membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran mereka secara efektif dengan memanfaatkan unsur kognitif siswa, terutama pikiran, untuk memahami stimulus luar melalui proses pengolahan informasi. Proses ini menekankan pentingnya memori yang berfungsi dengan baik dalam pembelajaran, menggambarkannya seperti fungsi komputer yang mengambil, mengelola, menyimpan, dan mengembalikan informasi sesuai kebutuhan.

B. Tujuan Belajar Menurut Aliran Teori Belajar Sibernetik

Menurut aliran teori belajar sibernetik, tujuan belajar adalah mengolah informasi (pesan pembelajaran) dan proses belajar sangat di atur oleh sistem informasi. Dalam konteks ini, tidak hanya fokus pada hasil belajar, tetapi juga pada bagaimana siswa memproses informasi yang diterima. 

Teori belajar sibernetik memandang bagaimana proses pengolahan informasi, di mana siswa dapat memproses informasi dari lingkungan melalui memori dan kemampuan berpikir yang dikembangkan. Dalam teori belajar sibernetik, proses pembelajaran memiliki peran penting, tetapi manajemen sistem informasi juga memiliki kepentingan yang sama besar. 

Dalam konteks ini, sistem informasi dianggap krusial untuk menyediakan materi pembelajaran secara efesien kepada siswa. Proses pembelajaran akan optimal jika materi yang dia ajarkan, yang disebut sebagai sistem informasi dalam teori sibernetika, dan masalah yang akan di selesaikan, memiliki karakteristik yang jelas dan dikenal. 

Teori belajar sibernetik juga menekankan pentingnya memanfaatkan kesalahan untuk kembali ke arah yang seharusnya. Dengan demikian, siswa dapat belajar dari kesalahan dan meningkatkan kemampuan mereka dalam memecah masalah.

Dalam konteks pembelajaran sibernetik, peran guru mencakup perencanaan, persiapan, dan penyediaan stimulus pentingnya input simbolik seperti informasi verbal, angka, dan kata-kata tidak dapat di abaikan serta input referensial (objek dan peristiwa). Guru berfungsi sebagai panduan untuk memastikan pemahaman peserta didik terhadap informasi yang disampaikan, serta untuk membimbing mereka dalam mengolah konsep dan merespons pembelajaran, guru memperhatikan sembilan langkah pengajaran yang sesuai dengan teori sibernetik, mulai dari menarik perhatian peserta didik hingga memberikan kesempatan bagi mereka untuk menggunakan hasil pembelajaran.

Menerapkan teori belajar dalam proses belajar memerlukan beberapa langkah, termasuk menentukan tujuan, materi belajar, dan menyesuaikan pendekatan belajar dengan sistem informasi yang ada. Dalam konteks pengajaran Bahasa Inggris dan penerapan teknologi informasi, penting bagi guru untuk memahami baik materi pelajaran maupun pola pikir siswa. Penerapan teknologi informasi seperti video call atau aplikasi berbasis video internet memungkinkan guru untuk beradaptasi dengan siswa di luar lingkungan kelas.

Penerapan teknologi informasi dalam pembelajaran juga dapat melibatkan tugas analisis video praktik lapangan sebagai stimulasi untuk masukan simbolik dan referensial. 

Sebagai contoh, penggunaan video praktik lapangan dalam pembelajaran Bahasa Inggris memungkinkan mahasiswa untuk menganalisis proses pengajaran dan penggunaan bahasa. Guru dapat mengarahkan siswa untuk berpikir algoritma atau heuristik dalam menghadapi informasi yang diberikan. 

Dengan demikian, langkah-langkah dalam penerapan teori sibernetik dalam pembelajaran mencakup menentukan pembelajaran, materi belajar, dan menyusun materi pelajaran sesuai dengan urutan yang sesuai dengan sistem informasi yang ada.

C. Kelebihan teori belajar sibernetik 

strategi pembelajaran yang berdasarkan teori sibernetik mencakup berbagai aspek yang signifikan yaitu:

1. Fokus pada cara berpikir yang berorientasi pada proses membuat pemahaman materi lebih jelas. 

2. Penyajian pengetahuan mengikuti aspek ekonomis sehingga lebih efisien.

3. Kapabilitas belajar dapat disajikan secara lebih komprehensif, menghasilkan pemahaman yang lebih dalam.

4. Keseluruhan kegiatan belajar dapat diarahkan secara jelas menuju tujuan yang ingin dicapai.

5. Adanya transfer belajar yang memungkinkan siswa menerapkan pengetahuan dalam kehidupan nyata.

6. Kontrol belajar yang memungkinkan adaptasi belajar sesuai dengan ritme individu masing-masing. 

7. Umpan balik memberikan paduan yang jelas tentang sejauh mana pencapaian yang telah tercapai dibandingkan dengan yang diharapkan adalah aspek informatif yang penting.

8. Teori sibernetik memungkinkan siswa untuk memiliki kapabilitas belajar yang lebih lengkap, dengan kemampuan untuk berpikir kritis dan berimajinasi.

D. kelemahan dalam teori sibernetik yang patut diperhatikan yaitu:

1. Terlalu menekankan pada sistem informasi yang dipelajari tanpa memperhatikan proses belajar secara menyeluruh menjadi kelemahan utamanya.

2. Teori ini sering memperoleh kritik karena lebih berpusat pada sistem informasi yang akan dipelajari, bukan pada proses belajar.

3. Keterbatasan pengetahuan dan pemahaman akan mekanisme kerja otak membuat kemampuan untuk menerapkan teori ini terbatas.

4. Teori ini tidak cocok untuk semua situasi dan siswa sehingga tidak ideal untuk digunakan secara umum.

5. Teori ini tidak langsung mengulas proses pembelajaran, yang membuat sulit untuk diimplementasikan.

6. Teori ini lebih fokus pada sistem informasi yang di pelajari dari pada memperhatikan proses pelajaran itu sendiri.

7. Keterbatasan aplikasi teori sibernetik dalam situasi yang kompleks: Teori sibernetik dapat berfungsi efektif dalam situasi yang relatif sederhana, namun dalam situasi yang kompleks, teori ini dapat mengalami keterbatasan dalam menjelaskan dan memprediksi perilaku siswa.

E. Prinsip-prinsip pembelajaran menurut aliran sibernetik 

mencakup serangkaian tahapan dalam pemrosesan informasi, yang melibatkan penerimaan, penyandian, penyimpanan, dan pengambilan kembali informasi dari ingatan. Teori ini didasarkan pada tiga asumsi utama, yakni adanya tahapan pemrosesan informasi antara stimulus dan respons, perubahan stimulus dalam bentuk dan isi, serta keterbatasan kapasitas pada tahapan tertentu dalam proses tersebut. 

Dari asumsi tersebut, muncul teori tentang struktur dan pengaturan komponen pemrosesan informasi, yang dikenal sebagai proses kontrol. Komponen tersebut termasuk Sensory Receptor , Working Memory, dan Long Term Memory, yang memiliki peran khusus dalam pemrosesan informasi. 

Selain itu, sibernetika dilihat sebagai teori sistem kontrol yang berkembang dari interaksi antara sistem dan lingkungan serta antar sistem itu sendiri. Pengontrol dari sistem beroperasi dengan memperhatikan perubahan lingkungan sekitarnya. 

Prinsip dasar dari teori sibernetik adalah pengakuan terhadap perbedaan, yaitu pemahaman bahwa setiap entitas memiliki karakteristik yang unik atau mengalami perubahan seiring waktu. Kemajuan teknologi informasi, terutama setelah tahun 1966, telah mempercepat penggunaan komputer sebagai media penyampaian informasi.

Implementasi teori sibernetik telah terjadi dalam berbagai pendekatan pembelajaran dan metode, termasuk di Indonesia, seperti pembelajaran virtual dan e-learning. Keunggulan teori sibernetik meliputi kemampuan individu untuk memilih model pembelajaran yang sesuai untuk mereka, dengan aksesibilitas melalui internet dan modul-modul dari berbagai sumber.

F.Pembelajaran Menurut L Nev Landa

 L Nev Landa, seorang psikolog yang mengadopsi aliran sibernetik, mengidentifikasi dua proses berpikir yang berbeda: proses berpikir algoritmik dan cara berpikir heuristik. Proses berpikir algoritmik adalah proses yang terstruktur secara sistematis, bergerak secara bertahap, konvergen, dan lurus menuju satu tujuan tertentu. 

Misalnya, saat seseorang menjalankan mesin mobil, langkah-langkahnya diikuti secara berurutan. Sementara itu, cara berpikir heuristik melibatkan pendekatan yang lebih divergen, menuju beberapa tujuan sekaligus. Sebagai contoh, memahami konsep yang memiliki makna ganda atau multitafsir. 

Ridwan Abdillah Sani (2013: 36) sependapat dengan Landa bahwa pendekatan sibernetik melibatkan kedua model berpikir ini. Menurutnya, proses belajar yang efektif terjadi ketika materi yang dipelajari atau masalah yang ingin dipecahkan dipahami dengan baik, entah itu melalui sistem informasi atau pengetahuan yang dimiliki oleh guru. Guru yang baik adalah yang memahami baik informasi materi dan sistem berpikir dari siswa, serta dapat menghubungkan keduanya secara efektif.

Abdul Hamid (2009: 48) juga mengamini pandangan Landa tentang proses berpikir ini. Dia menegaskan bahwa belajar adalah pengolahan informasi, dan untuk memastikan proses pembelajaran yang sukses, penting bagi guru untuk memahami dengan jelas karakteristik materi yang diajarkan serta kemampuan berpikir siswa. Dalam konteks ini, pendekatan yang kombinasi antara berpikir algoritmik dan heuristik dapat menjadi kunci untuk mengoptimalkan proses pembelajaran.

Dalam teori pembelajaran sibernetik, proses pembelajaran tergantung pada strategi yang digunakan oleh peserta didik. Tujuannya adalah memecah pembelajaran menjadi bagian-bagian yang lebih kecil agar peserta didik dapat fokus pada setiap bagian tersebut proses pembelajaran memiliki peran yang penting, tetapi pengolahan sistem informasi juga sangat pentingnya dalam konteks ini, sistem informasi dianggap sangat penting karena memudahkan penyampaian materi pembelajaran kepada siswa. 

Teori belajar sibernetik juga menekankan pentingnya mengorganisasi pembelajaran dengan mempertimbangkan kebebasan siswa dalam berpikir dan berimajinasi. Materi yang lebih terstruktur dan teratur lebih baik disajikan dalam pendekatan linear dan sekuen sial. Namun, materi yang lebih abstrak dan berpotensi memiliki beragam interpretasi lebih baik disajikan dalam pendekatan "terbuka".

Teori belajar sibernetik menurut Landa dapat diaplikasikan dalam pembelajaran dengan cara mengintegrasikan teknologi informasi yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan menggunakan sistem informasi yang efektif untuk memproses informasi yang diterima. 

Dalam aplikasinya, Landa menekankan pentingnya memahami bagaimana siswa memproses informasi dan menggunakan berbagai jenis memori yang berbeda untuk memahami konsep yang berbeda-beda. Landa juga menekankan bahwa proses belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari, sehingga guru harus memahami bagaimana siswa memproses informasi dan menggunakan teknologi yang sesuai untuk memperoleh hasil belajar yang optimal.

G. Pembelajaran Menurut Paks dan Scott

Paks dan Scott, dua tokoh sibernetik lainnya, mengenalkan konsep tentang peserta didik yang holistik memulai pembelajaran dari konsep umum ke yang lebih spesifik, sementara peserta didik tipe serial menggunakan pendekatan berpikir algoritmik, seperti yang dijelaskan oleh Ridwan Abdullah Sani (2013:36)

Pembelajaran dalam kerangka sibernetik sering kali dikaitkan dengan konsep (feedback) dalam konteks pendidikan. Umpan balik dari siswa memungkinkan guru mengevaluasi pemahaman materi yang telah disampaikan dan mengidentifikasi kesulitan yang mungkin dihadapi oleh peserta didik dalam memproses informasi. Berdasarkan umpan balik ini, peserta didik dapat menilai hasil pembelajaran mereka dan mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan.

Di sisi lain, pendekatan yang diusulkan oleh Paks dan Scott memiliki kesamaan dengan pendekatan algoritmik. Namun, cara berpikir holistik tidak identik dengan heuristik. 

Berpikir holistik melibatkan pengamatan sistem informasi secara menyeluruh, tanpa terlalu terpaku pada detail-detail spesifik. Sebagai contoh, saat melihat sebuah lukisan, pendekatan holistik akan melibatkan pengamatan keseluruhan lukisan sebelum memerhatikan detail-detail tertentu.

Pendekatan yang berfokus pada pengelolaan informasi menyoroti aspek-aspek seperti ingatan jarak panjang Long Time Memory yang terkait proses pengolahan informasi dalam otak. Menurut teori sibernetik, agar proses pembelajaran berlangsung secara optimal, kita perlu memahami tidak hanya bagaimana otak bekerja, tetapi juga bagaimana lingkungan memengaruhi mekanisme tersebut.

Pengikut teori sibernetik lainnya termasuk Paks dan Scott, yang mengidentifikasi dua gaya berpikir: serialis dan holistik. Sementara pendekatan serialis mirip dengan algoritma, gaya holistik melibatkan melompat ke gambaran lengkap sistem informasi. Ini berbeda dengan pendekatan heuristik yang menggabungkan beberapa aspek sekaligus. Siswa dengan gaya holistik cenderung memahami dari yang umum ke detail, sementara siswa serialis menggunakan pendekatan algoritma.

Teori sibernetik sering dikritik karena lebih memperhatikan sistem informasi yang dipelajari daripada proses belajar siswa. Namun, teori ini menganggap manusia sebagai pengolah informasi yang mampu mengorganisir informasi dengan baik.

Asumsi ini tercermin dalam model belajar yang menekankan proses mental yang terstruktur dalam membentuk sistem kegiatan mental. Prinsip-prinsip belajar seperti fokus pada pengetahuan bermakna, penyandian informasi bermakna, dan pengorganisasian informasi dikembangkan berdasarkan model tersebut.

H. Penerapan teori sibernetik dalam pembelajaran

Implikasi dari diskusi tersebut adalah memperkuat teori belajar sibernetik secara teoritis maupun praktis. Meskipun relatif baru, teori ini berkembang seiring dengan kemajuan tekhnologi dan informasi , memengaruhi cara belajar sibernetik dengan peserta didik mengolah , memonitor, dan merencanakan strategi terkait informasi. 

Pentingnya "Sistem Informasi" dalam menentukan proses belajar juga ditekankan. Pembahasan juga menyoroti bahwa tidak hanya ada satu cara belajar yg ideal untuk semua situasi , dengan peserta didik mungkin menggunakan proses belajar yang berbeda untuk memahami informasi yang sama. Hasilnya menunjukkan adanya beragam cara berpikir dalam teori sibernetik seperti algoritmik, heuristik, holistik, dan serialis, yang dapat diterapkan oleh guru dan siswa di pelajaran.

Teori pengolahan informasi pembelajaran adalah bagian dari pembelajaran proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung adalah perubahan dalam kemampuan yang terjadi dalam situasi khusu. Kapasitas memori kerja manusia memiliki batasannya. Menyoroti tiga aspek utama dalam pembelajaran: Kapabilitas belajar, peristiwa pembelajaran, dan pengorganisasian pembelajaran. 

Tahap-tahap pembelajaran, yang mengacu pada peristiwa pembelajaran, dapat membantu mendukung proses internal belajar, seperti menarik perhatian, menetapkan tujuan, merangsang ingatan, menyajikan materi, memberikan bimbingan, mendorong untuk kerja, memberikan umpan balik, menilai kinerja, dan meningkatkan retensi dan transfer pembelajaran. 

Dalam mengorganisir pembelajaran, penting untuk mempertimbangkan siswa telah memenuhi syarat belajar yang di perlukan. Ada syarat belajar utama yg harus di kuasai siswa, serta syarat belajar yg mendukung fasilitasi pembelajaran. Pengorganisasian pembelajaran untuk berbagai kemampuan belajar dapat dilakukan dengan mengelompokkan pembelajaran ke dalam ranah keterampilan intelektual, informasi verbal, strategi kognitif, sikap dan keterampilan motorik. 

Keunggulan strategi belajar yang berbasis pada teori pengolahan informasi meliputi penekanan pada proses berpikir, penyajian pengetahuan yang ekonomis, kapabilitas belajar yang lengkap, terarah kegiatan belajar pada tujuan, transfer pembelajaran ke dalam kehidupan nyata, kontrol belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan individu, dan umpan balik yang jelas tentang kinerja belajar. 

Dengan menerapkan pendekatan sibernetik dalam pembelajaran, langkah-langkah seperti menentukan tujuan, materi, sistem informasi, pendekatan belajar yang sesuai, serta menyusun dan menyajikan materi pembelajaran dengan tepat dapat diimplementasikan.

BAB III PENUTUP 

A.Kesimpulan 

Teori Belajar Sibernetik adalah konsep belajar yang relatif baru dan terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu informasi. Dalam teori ini, belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi, dengan fokus utama pada sistem informasi yang diproses oleh siswa. 

Sistem informasi ini menjadi penentu utama dalam proses belajar, mengatur bagaimana proses belajar akan terjadi berdasarkan informasi yang diterima. Teori ini memiliki kesamaan dengan teori kognitif dalam memperhatikan proses belajar, tetapi teori sibernetika lebih mementingkan sistem informasi yang sedang diproses. 

Informasi itu sendiri menentukan prosesnya. Asumsi lain dari teori ini adalah tidak ada satu pun proses pembelajaran ideal yang cocok untuk semua situasi dan siswa. Oleh karena itu, suatu informasi mungkin dipelajari oleh seorang siswa melalui satu jenis proses pembelajaran, sedangkan informasi yang 

sama dapat dipelajari oleh siswa lain melalui proses yang berbeda.

Teori Belajar Sibernetik memandang belajar sebagai proses pengolahan informasi, di mana siswa memproses informasi dari lingkungan melalui memori dan kemampuan berpikir yang dikembangkan. Dalam konteks ini, proses belajar memegang peranan penting, namun tidak kalah penting juga pengolahan sistem informasi. Guru berfungsi sebagai panduan bagi siswa dalam memahami informasi yang diberikan dan membimbing mereka dalam memanipulasi konsep dan menyusun umpan balik dari latihan atau pembelajaran yang diberikan.

Strategi pembelajaran yang berdasarkan teori pemrosesan informasi memiliki kelebihan yang signifikan, termasuk fokus pada cara berpikir yang berorientasi pada proses, penyajian pengetahuan yang lebih efisien, kapabilitas belajar yang lebih komprehensif, dan transfer belajar yang lebih efektif. 

Teori sibernetik memungkinkan siswa untuk memiliki kapabilitas belajar yang lebih lengkap, dengan kemampuan untuk berpikir kritis dan berimajinasi. Namun, terdapat kelemahan yang perlu diperhatikan, seperti terlalu menekankan pada sistem informasi yang dipelajari tanpa memperhatikan proses belajar secara menyeluruh, keterbatasan pengetahuan dan pemahaman akan mekanisme kerja otak, dan tidak cocok untuk semua situasi dan siswa.

Prinsip-prinsip belajar menurut aliran sibernetik melibatkan proses penerimaan, penyandian, penyimpanan, dan pengambilan kembali informasi dari ingatan. Teori-teori pemrosesan informasi yang dikembangkan oleh para ahli didasarkan pada tiga asumsi utama, yaitu adanya serangkaian tahapan pemrosesan informasi, perubahan bentuk dan isi informasi, dan kapasitas terbatas pada salah satu tahapan. Dari asumsi-asumsi tersebut, muncul teori tentang komponen struktur dan pengaturan alur pemrosesan informasi (proses kontrol), yang meliputi sensory receptor, working memory, dan long-term memory.

Teori belajar sibernetik menurut Landa mengidentifikasi dua proses berpikir yang berbeda: algoritmik dan heuristik. Proses algoritmik 

adalah berpikir secara sistematis, tahap demi tahap, dan lurus menuju tujuan tertentu, seperti saat menelpon atau mengoperasikan mesin mobil. Sementara itu, proses heuristik adalah berpikir divergen yang menuju beberapa tujuan sekaligus, seperti dalam memahami konsep dengan makna ganda seperti keadilan atau demokrasi.

Teori sibernetik menurut Pask dan Scott mengenalkan konsep tentang tipe peserta didik yang holistik dan tipe serial. Peserta didik tipe holistik cenderung memulai pembelajaran dari konsep yang umum ke yang lebih khusus, sementara peserta didik tipe serial cenderung menggunakan pendekatan berpikir algoritmik.

Implikasi dari diskusi tersebut adalah memperkuat teori belajar sibernetik secara teoritis maupun praktis. Teori ini berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu informasi, memengaruhi cara belajar sibernetik dengan peserta didik mengolah, memonitor, dan merencanakan strategi terkait informasi. Pentingnya "Sistem Informasi" dalam menentukan proses belajar juga ditekankan.

B. SARAN

Dengan terselesaikannya makalah ini, diharapkan pembaca bisa memahami dan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari atau dalam lingkungan tertentu yang membutuhkan akan teori belajar sibernetik

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Muhammad, Ayu Puspita Sari, and Adriawan Maulana Tama. "Implikasi Teori Belajar Sibernetik dalam Proses Pembelajaran dan Penerapan IT di Era Modern." Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Berkemajuan dan Menggembirakan (The Progressive & Fun Education Seminar) ke-2, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara 2017. Hal 241-253

Abdurakhman, Omon, and Radit Khotamir Rusli. "Teori Belajar dan Pembelajaran." DIDAKTIKA TAUHIDI: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar vol 2.1 IAIN Kudus(2015).hal 18-20

Bakti, Surya, and Halimatus Sakdiah. "Pengaruh Penerapan Teori Belajar Sibernetik terhadap Efektivitas Pembelajaran PAI di SMP Putra Jaya Stabat Kabupaten Langkat." Wahana Inovasi: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UISU Sumatera Utara vol 10.1 (2021): 86-110.

Dr. Herpratiwi, M.Pd.Teori Belajar dan Pembelajaran, 2016 media akademi

Ruko Jamhusan 7A Yogyakarta hal 35-40

Etty, Ratnawati. "Karakteristik teori-teori belajar dalam proses pendidikan (perkembangan psikologis dan aplikasi)." Edukasi Jurnal Pendidikan Sosial & Ekonomi vol 4.2 Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon (2016). Hal 20

Ina, Pratama. Implementasi teori belajar sibernetik dalam pembelajaran pai untuk membentuk kemampuan memecahkan masalah pada peserta didik kelas xii di sma n 3 bandar lampung. Disc. Uin raden intan lampung, 2023. Hal 14-25

Maman Rachman, "Penataran dan Lokakarya Peningkatan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional", (2015) Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Profesi Universitas Negeri Semarang hal 29-37

Rumaf, Nouval. "Implementasi Prinsip-Prinsip Pembelajaran Bahasa Indonesia Dan Pemerolehan Bahasa Melalui Metode Pembiasaan Di Sekolah."Universitas Muhammadiyah Surakarta, (2015). Hal 6

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun