L Nev Landa, seorang psikolog yang mengadopsi aliran sibernetik, mengidentifikasi dua proses berpikir yang berbeda: proses berpikir algoritmik dan cara berpikir heuristik. Proses berpikir algoritmik adalah proses yang terstruktur secara sistematis, bergerak secara bertahap, konvergen, dan lurus menuju satu tujuan tertentu.Â
Misalnya, saat seseorang menjalankan mesin mobil, langkah-langkahnya diikuti secara berurutan. Sementara itu, cara berpikir heuristik melibatkan pendekatan yang lebih divergen, menuju beberapa tujuan sekaligus. Sebagai contoh, memahami konsep yang memiliki makna ganda atau multitafsir.Â
Ridwan Abdillah Sani (2013: 36) sependapat dengan Landa bahwa pendekatan sibernetik melibatkan kedua model berpikir ini. Menurutnya, proses belajar yang efektif terjadi ketika materi yang dipelajari atau masalah yang ingin dipecahkan dipahami dengan baik, entah itu melalui sistem informasi atau pengetahuan yang dimiliki oleh guru. Guru yang baik adalah yang memahami baik informasi materi dan sistem berpikir dari siswa, serta dapat menghubungkan keduanya secara efektif.
Abdul Hamid (2009: 48) juga mengamini pandangan Landa tentang proses berpikir ini. Dia menegaskan bahwa belajar adalah pengolahan informasi, dan untuk memastikan proses pembelajaran yang sukses, penting bagi guru untuk memahami dengan jelas karakteristik materi yang diajarkan serta kemampuan berpikir siswa. Dalam konteks ini, pendekatan yang kombinasi antara berpikir algoritmik dan heuristik dapat menjadi kunci untuk mengoptimalkan proses pembelajaran.
Dalam teori pembelajaran sibernetik, proses pembelajaran tergantung pada strategi yang digunakan oleh peserta didik. Tujuannya adalah memecah pembelajaran menjadi bagian-bagian yang lebih kecil agar peserta didik dapat fokus pada setiap bagian tersebut proses pembelajaran memiliki peran yang penting, tetapi pengolahan sistem informasi juga sangat pentingnya dalam konteks ini, sistem informasi dianggap sangat penting karena memudahkan penyampaian materi pembelajaran kepada siswa.Â
Teori belajar sibernetik juga menekankan pentingnya mengorganisasi pembelajaran dengan mempertimbangkan kebebasan siswa dalam berpikir dan berimajinasi. Materi yang lebih terstruktur dan teratur lebih baik disajikan dalam pendekatan linear dan sekuen sial. Namun, materi yang lebih abstrak dan berpotensi memiliki beragam interpretasi lebih baik disajikan dalam pendekatan "terbuka".
Teori belajar sibernetik menurut Landa dapat diaplikasikan dalam pembelajaran dengan cara mengintegrasikan teknologi informasi yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan menggunakan sistem informasi yang efektif untuk memproses informasi yang diterima.Â
Dalam aplikasinya, Landa menekankan pentingnya memahami bagaimana siswa memproses informasi dan menggunakan berbagai jenis memori yang berbeda untuk memahami konsep yang berbeda-beda. Landa juga menekankan bahwa proses belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari, sehingga guru harus memahami bagaimana siswa memproses informasi dan menggunakan teknologi yang sesuai untuk memperoleh hasil belajar yang optimal.
G. Pembelajaran Menurut Paks dan Scott
Paks dan Scott, dua tokoh sibernetik lainnya, mengenalkan konsep tentang peserta didik yang holistik memulai pembelajaran dari konsep umum ke yang lebih spesifik, sementara peserta didik tipe serial menggunakan pendekatan berpikir algoritmik, seperti yang dijelaskan oleh Ridwan Abdullah Sani (2013:36)
Pembelajaran dalam kerangka sibernetik sering kali dikaitkan dengan konsep (feedback) dalam konteks pendidikan. Umpan balik dari siswa memungkinkan guru mengevaluasi pemahaman materi yang telah disampaikan dan mengidentifikasi kesulitan yang mungkin dihadapi oleh peserta didik dalam memproses informasi. Berdasarkan umpan balik ini, peserta didik dapat menilai hasil pembelajaran mereka dan mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan.