"Di jurusan teknik!" Teriak si anak IPA sambil melotot ke arah si penjaga.
"Wow, oke silahkan masuk!" Jawab si penjaga kaget. Lantas ia langsung membuka pintu dan kembali berjaga.
Begitu kira-kira. Sebuah reka adegan aneh tapi semoga anda paham maksudnya. Percayalah bahwa disudut-sudut sekolah yang sepi, masih ada pemikiran usang macam itu.
Semakin ke sini saya semakin merasa beruntung karena dulu tidak lolos di jurusan teknik. Selain karena susah, menurut saya berkuliah di fakultas pendidikan itu menyenangkan dan agak-agak menantang.
Sebagai mahasiswa pendidikan, saya paham bahwa memang saya dicetak sebagai calon guru. Mulai dari penampilan, sampai pemikiran. Saya dirancang supaya setelah lulus bisa jadi orang yang digugu dan ditiru.
Kuliah pendidikan membuat saya sadar bahwa semua orang , bisa jadi orang cerdas. Tapi tidak semua orang cerdas bisa melakukan transfer ilmu.
Alasannya sederhana: mengajar itu sulit. Butuh kesabaran ekstra dan tekniknya rumit. Jangankan mengajar. Wong meniup gelembung saja perlu teknik, kok.
Dalam hal ini kampus juga gak main-main. Karena mengajar itu sulit, kampus juga serius mempersiapkan mahasiswanya agar siap mengajar.
Pertama-tama kampus memberikan setumpuk teori mengenai pendidikan. Mulai dari teori mengenai psikologi sampai perancangan kurikulum.Â
Setelah lolos di teori, kampus juga membuat praktik mengajar kecil-kecilan. Semacam magang, tapi magang jadi guru. Magang mengajar di salah satu sekolah gitu deh. Kami menyebutnya PPKT (Praktik Profesi Keguruan Terpadu) atau PLP (Pranata Laboratorium Pendidikan).
Sampai dengan tulisan ini anda baca, saya masih dalam tahap pematangan teori. Belum sampai pada tataran praksis.