Setelah 16 jam perjalanan dengan pesawat dari Moscow aku beristirahat di flat. Keesokan harinya aku menelefon Hermawan dengan harapan mendengarkan suaranya yang selalu ingin aku dengar, tidak ada yang mengangkat. Maka pagi itu juga aku menuju ke flat Hermawan, kuketuk pintunya.
“Her!.... Hermawan, open the door please” ada yang aneh megapa aku teriak tidak ada yang protes.
“Violet..”aku langsung menengok ke sumber suara, Animawati, perempuan yang sempat aku kenal dari Hermawan, dia adalah teman sekampusnya.
“Dimana Hermawan?”
Tanyaku panik kuguncang-guncang tubuh Ani. Tapi dia diam saja tidak bereaksi, “Where is she?”
“Masuklah dulu. Nanti aku jelaskan” Setelah dia menengok kanan kiri dia menutup pintun flatnya begitu lembut. Flat itu berseberangan dengan milik Hermawan, mungkin agak miring.
“Ani, aku kan sudah bilang akan kembali ke Indonesia, mengapa dia tidak mau mengerti”
“Ya, dia telah mengatakannya padaku” lalu Ani diam, dari anak matanya keluar dua butir air mata bening membuat aku tampakk panik.
“What happen?” tanyaku tidak sabar.
“Pagi itu aku tahu kamu meneleponnya bahwa kamu akan kembali ke Jakarta dalam waktu dekat namun dia tidak mengatakannya padaku kapan kamu kesini”
“Violet akan datang minggu ini ke Indonesia, lukisanku belum sempat kuberikan untuknya, namun dia sudah berjanji padaku untuk kembali ke Indonesia. Aku akan pergi ke Bandung karena Jakarta sudah tidak aman menjadi tempat aktifis kampus sepertiku, tolong berikan lukisan ini untuknya”