Mohon tunggu...
ALIFATUR ROHMAH AGUSTIN
ALIFATUR ROHMAH AGUSTIN Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meningkatkan Kemampuan Siswa Menulis Descriptive Text Melalui Model Pembelajaran Problem-Based Learning

29 September 2022   14:25 Diperbarui: 29 September 2022   15:01 2727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BAB I

A. Latar Belakang

Di era abad 21 ini Bahasa Inggris merupakan suatu kebutuhan, dimana di era ini dituntut untuk bersaing secara global dengan negara --negara lain untuk mencapai kemajuan terutama di bidang ekonomi, pendidikan dan juga teknologi. Pendidikan hendaknya mampu mengadapi tantangan abad ke-21.

Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 ditegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Saat ini bahasa Inggris telah menjadi mata pelajaran yang wajib diikuti mulai dari tingkat SMP, SMA sampai dengan Perguruan Tinggi. Dengan adanya Bahasa Inggris di tingkat SMP diharapkan generasi muda Indonesia mampu berbahasa Inggris dengan baik sejak di tingkat dasar sehingga diharapkan bangsa Indonesia mampu bersaing di dunia Internasional.

Namun pada kenyataannya, pembelajaran Bahasa Inggris pada tingkat SMP di sekolah kami merupakan hal baru bagi sebagian besar siswa kelas VII, karena tidak semua sekolah di jenjang SD memberikan pembelajaran Bahasa Inggris.

Pada mata pelajaran Bahasa Inggris ada 4 skill yang harus dikuasai yaitu listening (mendengarkan), speaking (berbicara), reading (membaca) dan writing (menulis). Dimana 4 skill tersebut saling berkaitan, sehingga satu kegiatan pembelajaran bisa digunakan untuk mempelajari satu atau lebih kompetensi yang ingin dikuasai. Namun pada pelaksanaannya masih banyak ditemukan beberapa kendala yang kami alami khususnya pada skill writing yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam menulis descriptive text, diantaranya :

1. Pembelajaran masih bersifat teacher-centered

2. Minimnya penguasaan kosakata yang dimiliki siswa

3. Belum maksimalnya penggunaan media pembelajaran

Dari ketiga poin diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan peserta didik dalam menulis Descriptive Text masih rendah disebabkan oleh beberapa faktor; pertama guru masih mendominasi dalam proses pembelajaran atau masih bersifat (teacher centered) sehingga kompetensi peserta didik tidak sepenuhnya tergali. 

Kedua, kurangnya penguasaan kosakata peserta didik, peserta didik kurang terbiasa membaca teks yang berbahasa Inggris sehingga kurang sekali perbendaharaan kosakata yang  dimiliki. 

Penguasaan kosakata mutlak diperlukan dalam penguasaan 4 skill dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Ketiga, penggunaan media pembelajaran yang belum maksimal dalam pembelajaran.

Dimana media merupakan salah satu sarana penyampai pesan pembelajaran / materi serta mempermudah peserta didik untuk lebih memahami materi yang sedang dipelajari.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan praktik baik ini adalah untuk berbagi pengalaman khususnya dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menulis Descriptive Text Melalui Model Pembelajaran Problem-Based Learning.

Praktik pembelajaran menggunakan model  pembelajaran Problem-Based Learning ini penting untuk penulis bagikan sebagai motivasi bagi diri penulis sendiri , yaitu sebagai upaya perbaikan proses pembelajaran di kelas. Dimana model pembelajaran PBL ini merupakan model pembelajaran yang bersifat student-centered yaitu melibatkan peserta didik dalam sebuah kelompok diskusi untuk berkolaborasi belajar memecahkan masalah, melatih berpikir kritis dan lebih memahami /menguasai materi pembelajaran serta berani mengkomunikasikan hasil diskusi masalah.

Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Nadhira Rhiyana (2021),  Problem-Based Learning (PBL) adalah pendekatan paedagogis yang memungkinkan peserta didik untuk belajar sambil terlibat aktif dalam masalah terbuka yang diberikan. 

Peserta didik diberikan kesempatan untuk memecahkan masalah di dalam situasi yang kolaboratif. Berbeda dengan pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru dan lebih berfokus pada menghafal. Problem-Based Learning berpusat pada peserta didik. Pada metode ini peserta didik terjun langsung pada proses pemecahan masalah sehingga membentuk kebiasaan belajar mandiri melalui latihan dan refleksi.

Adapun sintaks dari model pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) adalah :

a. Orientasi siswa pada masalah

b. Mengorganisasi siswa untuk belajar

c. Membimbing penyelidikan individu atau     kelompok

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Selain itu praktik pembelajaran ini juga diharapkan bisa menjadi referensi atau inspirasi bagi rekan guru lain yang penulis rasa mungkin mempunyai permasalahan yang sama dalam pembelajaran.

Adapun peran dan tanggung jawab penulis dalam praktik pembelajaran ini adalah sebagai guru yang bertanggung jawab dalam mendesain/menyusun pembelajaran yang kreatif, inovatif dan menyenangkan menggunakan model, metode dan media pembelajaran yang tepat dan inovatif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan bisa meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi menulis Descriptive Text.

BAB II

TANTANGAN

 

Berdasarkann analisis hasil kajian literature dan juga wawancara dengan teman sejawat dan juga pakar, penulis menemukan beberap tantangan yaitu penyebab dari rendahnya kemampuan peserta didik dalam menulis Descriptive Text antara lain :

1. Pembelajaran masih bersifat teacher-centered, guru masih mendominasi dalam pembelajaran, terkesan monoton. 

Menurut ( Chandra:2022) Teacher Centered Learning, berasal dari kata Teacher yang berarti "Pengajar", Centered artinya "Pusat" dan Learning artinya "Pembelajaran". Maksudnya adalah suatu system pembelajaran dimana guru menjadi pusat dari kegiatan belajar mengajar sehingga terjadi komunikasi satu arah. Di sini ilmu di transfer secara cepat dari guru kepada siswa secara drill sehingga daya serap dari siswa lemah karena hanya mendengarkan dari guru.

Sedangkan pengertian Student Centered Learning Student Centered Learning, berasal dari kata Student yang berarti "Pelajar", Centered artinya "Pusat" dan Learning artinya "Pembelajaran". Maksudnya adalah strategi pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai subyek/peserta didik yang aktif dan mandiri, dengan kondisi psikologik sebagai adult learner, bertanggung jawab sepenuhnya atas pembelajarannya, serta mampu belajar beyond the classroom.

 

2. Minimnya penguasaan kosakata yang dimiliki siswa

Berdasarkan pernyataan dari teman sejawat dan juga pakar yang kami wawancarai, beliau berpendapat bahwa : Penguasaan kosakata mutlak diperlukan dalam pembelajaran teks deskriptif karena kita dibawa untuk membayangkan sebuah obyek sesuai persepsi kita. Sehingga jika kurang tepat kosakatanya akan terjadi gap antara penulis dan pembaca.

Pemahaman terhadap sebuah teks descriptif tentu saja juga perlu dibantu dengan pengalaman dan prior knowledgenya terkait sesuatu. Sehingga ketika teks menceritakan suatu benda atau tempat yang sudah familiar, akan membantunya untuk lebih memahami teks tersebut. 

Untuk menambahkosakata siswa, biasanya kita urutkan pembelajaran teks desktiptif dengan memberikan vocabulary list sesuai dengan tema bacaan, kemudian membuat soal dengan bentuk matching words atau filling the gap dengan kata tertentu yang sesuai konteks.

Senada dengan pendapat (Mardiani : 2021) bahwa; Keberhasilan dalam pembelajaran membaca dan memahami text adalah penguasaan dalam kosakata. Kosakata mempunyai hubungan yang sangat erat dengan membaca, sehingga terjadi pemahaman dalam membaca sebuah teks.

3. Belum maksimalnya penggunaan media pembelajaran inovatif 

Menurut pendapat Arsyad (2017:74) yang dikutip oleh Novita dalam Jurnal berjudul "Penggunaan Media Pembelajaran Video Terhadap hasil Belajar Siswa SD" diseebutkan bahwa : Dalam memilih media, guru perlu menganalisis kriteria-kriteria media pembelajaran. 

Kriteria yang harus diperhatikan dalam pemilihan media yaitu harus sesuai dengan tujuan atau kompetensi pembelajaran yang akan dicapai pada saat pembelajaran yang akan dilaksanakan. Arsyad (2017:74) menyatakan kriteria pemilihan media sumber dari konsep bahwa media merupakanbagian dari system isntruksional secara keseluruhan. 

Ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau generalisasi, praktis, luwes, dan bertahan, guru terampil menggunakan.

 

Berdasarkan beberapa tantangan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tantangan yang penulis hadapi sebagai pendidik dari segi kompetensi paedagogik dan juga profesional. Sedangkan tantangan dari sisi peserta didik adalah penguasaan kosakata yang dimiliki peserta didik.

Dalam praktik pembelajaran ini adalah penulis sendiri sebagai pendidik serta semua peserta didik khususnya kelas VII D di SMP Negeri 1 Paiton terlibat. Terdiri dari 10 siswa putri dan 14 siswa putra .

BAB III

AKSI

 Untuk menjawab tantangan yang penulis hadapi yaitu rendahnya kemampuan peserta didik dalam menulis Descritive Text (Person-Animal) diantaranya adalah :

1. Berkaitan dengan pembelajaran yang masih bersifat teacher-centered, guru menerapkan model pembelajaran yang bersifat student centered , yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Problem-Based Learning yang dituangkan ke dalam RPP dari kegiatan pendahuluan-inti-penutup.

Nadhira Rhiyana (2021) Problem-Based Learning (PBL) adalah pendekatan paedagogis yang memungkinkan peserta didik untuk belajar sambil terlibat aktif dalam masalah terbuka yang diberikan. Peserta didik diberikan kesempatan untuk memecahkan masalah di dalam situasi yang kolaboratif. Berbeda dengan pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru dan lebih berfokus pada menghafal. Problem Based Learning berpusat pada peserta didik. Pada metode ini peserta didik terjun langsung pada proses pemecahan masalah sehingga membentuk kebiasaan belajar mandiri melalui latihan dan refleksi.

Adapun sintaks dari model pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) adalah :

a. Orientasi siswa pada masalah

b. Mengorganisasi siswa untuk belajar

c. Membimbing penyelidikan individu atau     kelompok

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Adapun langkah-langkah model pembelajaran Problem-Based Learning  dalam RPP adalah sebagai berikut :

Sebelum masuk pada tahap kegiatan inti, guru melakukan apersepsi dengan memperagakan sebuah gerakan dan suara beberapa hewan yang akan ditebak siswa. Setelah siswa bisa menebak, penulis memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu

1. Mengidentifikasi fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan teks deskripsi (orang -- hewan)

2. Menyusun teks deskripsi (orang-hewan) dengan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang tepat.

1. Orientasi peserta didik pada masalah

Pada langkah pertama ini, guru meminta peserta didik untuk mengamati video tentang descriptive text, lalu mengidentifikasi fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan tentang Descriptive Text Animal dan saling

bertanya jawab antara guru dan peserta didik terkait materi.

  • Guru mengarahkan peserta didik untuk mengamati video tentang descriptive text (animals) (literasi) https://www.youtube.com/watch?v=ify_Hj9DySo
  • Peserta didik menanya materi terkait (guru berusaha memberi umpan kepada peserta didik untuk berpikir kritis)
  • Dengan pengarahan guru, peserta didik mempertanyakan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan tentang Descriptive Text Animal
  • Dengan bimbingan guru, peserta didik mengidentifikasi fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan tentang Descriptive Text Animal dari video tersebut

2. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar.

Pada langkah kedua ini, guru membagi peserta didik ke dalam 5 kelompok untuk mendiskusikan masalah yang diberikan guru melalui tayangan video pembelajaran berkenaan dengan describing animal.

  • Guru membentuk siswa dalam beberapa kelompok
  • Guru menampilkan video berkenaan dengan describing animal pada link https://www.youtube.com/watch?v=Py94LTCIQM8
  • Guru memberi penjelasan tugas peserta didik
  • Peserta didik diminta menuliskan nama-nama beserta ciri-ciri fisik dan sifat binatang yang dilihat dari video pada kolom LKPD yang diberikan oleh guru

3. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok.

Pada langkah ketiga ini, peserta didik melakukan penyelidikan masalah secara berkelompok, saling berdiskusi untuk mencari solusi.

  • Secara berkelompok, peserta didik berdiskusi dan melakukan penyelidikan terhadap video tersebut.
  • Peserta didik menuliskan nama-nama beserta ciri-ciri fisik dan sifat binatang yang dilihat dari video pada kolom LKPD yang diberikan oleh guru
  • Dengan menggunakan kamus, peserta didik  mencari tahu kata-kata yang sulit.
  • Guru memantau keterlibatan siswa dalam kelompok

    

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Pada langkah keempat ini, guru membimbing peserta didik untuk mengembangkan dan meyajikan hasil diskusi kelompok mereka

  • Guru memberikan beberapa contoh kalimat descriptive text; seperti :
  • It is a cat
  • Cat is a smart animal
  • It eats fish
  • Giraffe has long neck
  • It has long tail
  • It has stripped skin
  • Guru membimbing peserta didik untuk mengembangkan informasi yang didapat oleh peserta didik yaitu nama, ciri fisik dan sifat binatang berupa adjective,noun,  noun phrase menjadi sebuah kalimat yang mengarah pada pembentukan teks deskriptif binatang
  • Peserta didik diminta untuk membacakan hasil diskusi kelompok dengan percaya diri

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Dan pada langkah berikutnya, guru memberikan tanggapan pada hasil diskusi kelompok, serta memberikan rangkuman / kesimpulan hasil presentasi.

 

  • Guru memberi tanggapan pada hasil presentasi beberapa kelompok, dan bersama-sama membuat rangkuman/kesimpulan dari hasil presentasi.
  • Kemudian peserta didik diminta mengerjakan beberapa soal Pilihan Ganda dan essay terkait materi Descriptive Text pada LKPD yang disediakan oleh guru.

Dalam menerapkan sintaks tersebut, peserta didik merasa senang dan termotivasi ketika berkolaborasi dengan kelompok dan merasa lebih percaya diri serta keberanian mereka mulai nampak ketika mempresentasikan hasil diskusi.

2. Berkaitan dengan minimnya penguasaan kosakata yang dimiliki peserta didik, guru mengorganisasi peserta didik untuk belajar, melalui tayangan video pembelajaran yang diamati oleh peserta didik. Kemudian secara berkelompok, peserta didik mengidentifikasi kosakata baru terkait nama-nama beserta ciri-ciri fisik dan sifat binatang yang mereka temukan dari tayangan video pembelajaran dan menuliskannya dalam kolom LKPD yang disediakan oleh guru. Dan mereka diberi kesempatan untuk saling berdiskusi dan bertanya jawab dalam kelompok. Dan guru sebagai fasilitator memantau dan memberi arahan pada peserta didik.

3. Berkaitan dengan kurang maksimalnya penggunaam media, guru menggunakan media artist picture -- animal picture yang berkaitan dengan descriptive text. Serta menggunakan media video pembelajaran berupa video animal yang nantinya akan didiskusikan oleh siswa sebagai modal untuk menyusun sebuah descriptive text sederhana.

 

BAB IV

REFLEKSI HASIL DAN DAMPAK

 

A. Hasil dan dampak

Setelah penulis menerapkan model pembelajaran Problem--Based Learning dalam aksi ini ada beberapa dampak yang penulis temukan. Dengan langkah penerapan PBL dimulai dari tahap orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individu atau     kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah tersebut terbukti efektif dalam:

1.Model pembelajaran Problem--Based Learning menantang peserta didik untuk belajar berkolaborasi / berkelompok untuk memecahkan masalah.

2. Model pembelajaran Problem--Based Learning memotivasi peserta didik untuk belajar lebih semangat, tekun, untuk mendapatkan jawaban dari masalah yang diberikan guru.

3. Model pembelajaran Problem--Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis / menyusun descriptive. Terbukti dengan mereka sudah mampu menyusun / menulis teks deskriptif (person-animal) sederhana

4. Bertambahnya kosakata yang dimiliki siswa, terbukti dengan adanya hasil diskusi kelompok dalam mengidentifikasi dan menuliskan kosakata baru terkait nama, ciri fisik, karakteristik (person-animal) yang mereka dapat dari tayangan video pembelajaran.

5. Peserta didik juga terlihat lebih fokus dan aktif dalam bertanya jawab dengan guru dan juga kepada Peserta didik lain dalam kelompok serta berani mengkomunikasikan hasil diskusi mereka dengan lebih percaya diri.

B. Tanggapan Kolega (teman sejawat)

Respons rekan sejawat terkait penerapan model pembelajaran PBL rata-rata sangat positif, dan mendukung pelaksanaan model PBL dengan kontinyu.

Menurut Ibu Hj.anik Fadmwati, M.Pd sebagai rekan sejawat dan juga fasilitator GMT bahwa penerapan model pembelajaran Problem--Based Learning  bisa merangsang peserta didik untuk lebih greget dan antusias mencari tahu solusi dari masalah yang diberikan guru.

Begitu juga dengan pendapat Ibu Nur Holifa, S.Pd sebagai teman sejawat dan trainer GMT mengemukakan pendapat senada, bahwa model pembelajaran Problem--Based Learning  dapat membantu mengaktifkan pembelajaran yang sebelumnya pasif dan monoton menjadi aktif dengan adanya kolaborasi dalam kelompok dan presentasi hasil diskusi peserta didik.

C. Faktor Pendukung

 

Faktor keberhasilan terkait penerapan model pembelajaran PBL yaitu peserta didik terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Dimana PBL merupakan model pembelajaran berbasis peserta didik, yaitu melibatkan peserta didik dalam sebuah kelompok diskusi untuk berkolaborasi belajar memecahkan masalah, melatih berpikir kritis dan lebih memahami /menguasai materi pembelajaran serta berani mengkomunikasikan hasil diskusi masalah. Dan juga pemanfaatan media dalam hal ini video pembelajaran serta picture (artist-animal) juga sangat membantu dalam mengeksplore kemampuan siswa dalam mengidentifikasi masalah yang akan dibahas atau didiskusikan.

Selain itu ketersediaan prasarana seperti LCD, internet LAN , serta kondisi kelas (terkait pencahayaan ruang kelas) juga menjadi faktor pendukung praktik pembelajaran ini.

D. Faktor Penghambat

Selama proses pembelajaran berlangsung ada sedikit penghambat komunikasi secara interaktif antara guru dan peserta didik karena masih ada beberapa peserta didik yang pemalu dan cenderung pendiam yang masih canggung untuk bertanya dan mengemukakan pendapat mereka karena merasa takut salah dalam pelafalan berbahasa Inggris. Namun faktor penghambat tersebut tidak terlalu signifikan. Dan penulis bersyukur bahwa peserta didik yang lain terlibat secara aktif dalam pembelajaran.

 

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan praktik pembelajaran tersebut diatas, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dengan penerapan  Model pembelajaran Problem--Based Learning, ada beberapa dampak yang terjadi pada peserta didik diantaranya, peserta didik lebih fokus pada pelajaran , terlihat lebih aktif, semangat , antusias dalam berkolaborasi dalam diskusi berkelompok menemukan solusi jawaban dari masalah yang diberikan oleh guru, serta lebih berani dan percaya diri dalam mengkomunikasikan hasil diskusi mereka.

2. Dengan pemilihan media pembelajaran yang digunakan, dalam hal ini video pembelajaran dan picture (artist-animal) , peserta didik lebih fokus dan kosakata yang mereka kuasai makin bertambah.

3. Secara keseluruhan, dengan penerapan Model pembelajaran Problem--Based Learning, dan penggunaan media video pembelajaran dan picture (artist-animal) dampaknya kemampuan peserta didik dalam menulis descriptive (person-animal) meningkat dapat dibuktikan dengan hasil belajar mereka pada skill writing. Sekitar 80% siswa sudah dapat menyusun teks deskripsi dengan baik. Dari 24 siswa, hanya sekitar 5 siswa yang masih belum mencapai nilai KKM.

Pembelajaran yang diperoleh dari keseluruhan proses aksi ini adalah penulis mendapatkan feedback positif dari peserta didik, rekan sejawat dan juga kepala sekolah dengan adanya penerapan model pembelajaran PBL. Selain itu dengan aksi ini semakin memotivasi diri penulis sendiri untuk menambah wawasan sehingga bisa lebih mengembangkan metode, model dan juga media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Semoga dengan berbagi pengalaman praktik baik ini bisa meningkatkan kualitas pendidikan di lembaga kita masing-masing khususnya dan juga pendidikan di Indonesia pada umunya.

REFERENSI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun