Mohon tunggu...
Damara Puteri S
Damara Puteri S Mohon Tunggu... Penulis - Self healing by writing

Seorang ibu yang suka menulis sebagai sarana mencurahkan isi hati dan kepala.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Selamatkan Diri dari Jurang Quarter Life Crisis!

11 April 2022   15:51 Diperbarui: 13 April 2022   12:42 1045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang perempuan memiliki fitrah atau bawaan lahir. Salah satunya adalah kepekaan perasaan yang tinggi. Setidaknya lebih peka terhadap perasaan dibandingkan laki-laki. Perempuan memiliki emosi yang terkadang menjadi pendasaran mengapa ia melakukan sesuatu.

Pernahkah teman-teman mengalami kejadian membeli suatu barang hanya karena barang itu imut/lucu? Sekarang bayangkan jika kita merasa bahwa hidup ini sangat tidak adil dan kita tidak bisa merubahnya. Maka kira-kira, apa yang akan dilakukan?

Perempuan yang kesulitan mengendalikan perasaan atau emosinya, cenderung berperilaku mengikuti perasaannya. Jika perasaannya mengarah pada hal yang benar, maka beruntung. Jika perasaannya justru mengarah pada hal yang salah, maka celakalah. 

Ibarat telur yang jika diberikan tekanan dari luar yang akan hancur, namun tekanan dari dalam oleh usaha anak ayam itu sendiri justru akan menghasilkan kehidupan baru.

Dari sini kita bisa mengambil pelajaran, bahwa seharusnya kita bisa memberikan pengaruh yang lebih kuat dari dalam ke luar untuk menghidupkan sebuah kehidupan yang meredup sehingga bisa ke arah yang lebih menyegarkan.

Pengaruh dari dalam yang saya maksud di sini adalah kekuatan pikiran dan mental dalam mengatasi tekanan dari luar yang menjadikan kita mengalami quarter life criris. Kekuatan itu saya bagi menjadi empat: hati yang ikhlas, hati yang bersabar, hati yang bersyukur, dan meyakini janji Tuhan.

Hati yang Ikhlas

Istilah bahasa Jawa dikenal dengan legowo. Hati yang legowo. Yakni penerimaan diri kita seutuhnya. Apa adanya. Saat ini. Lengkap dengan segala kelemahan dan kekuatan. Kekurangan dan kelebihan yang kita miliki. Termasuk menerima keberadaan luka masa lalu yang mungkin masih membekas. Menerima dan memaafkan masa lalu mungkin tak semudah ucapan di lidah. Tapi itulah cara terbaik demi bisa menerima dan mencintai diri kita seutuhnya.

Kalau bukan kita yang mencintai diri kita sendiri, lantas siapa lagi? Betapapun banyaknya orang yang mencintai, namun jika hati sendiri tidak mencintai diri kita, maka cinta dari pihak luar tak akan pernah ada artinya. Hidup kita akan tetap merasa tidak diterima oleh siapapun.

Maka, terimalah diri kita yang sekarang ini. Peluklah jiwa dalam diri. Agar tidak merasa sepi dan sendiri. Agar cinta menjadi arti. Agar kita semakin menerima diri. Setelah itu, barulah berusaha legowo pada keadaan eksternal.

Hidup itu dinamis. Hidup itu menyimpan misteri. Yang terkadang kita tak memiliki kuasa untuk mengendalikannya. Dalam hidup, berlaku hukum alam yang meniscayakan bahwa tak semua harapan menjadi kenyataan. Bukan sama sekali tidak bisa. Namun, tidak semuanya menjadi kenyataan. Sadari dan terimalah hukum tersebut. Itu sudah menjadi ketetapan alam.

Legowo atau ikhlaslah pada diri dan ketetapan alam bahwa hidup tak selalu berjalan sesuai dengan harapan. Bahwa hidup penuh misteri namun, juga ada kejutan. Kita bisa berusaha mengikuti jalan-jalan kesuksesan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun