Mohon tunggu...
Damara Puteri S
Damara Puteri S Mohon Tunggu... Penulis - Self healing by writing

Seorang ibu yang suka menulis sebagai sarana mencurahkan isi hati dan kepala.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Selamatkan Diri dari Jurang Quarter Life Crisis!

11 April 2022   15:51 Diperbarui: 13 April 2022   12:42 1045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saking tidak nyamannya, perasaan itu akan membuatnya terjerumus dalam pikiran-pikiran atau persepsi-persepsi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya dan berujung perasaan tertekan. Stres. Depresi. Jiwanya semakin rapuh digerogoti pemikiran materialisme. Bahkan, jika sampai terjadi bullying, bisa berujung pada bunuh diri.

Akhirnya, yang menjadi fokus adalah ketika berbagai standar hidup yang dianggap benar, padahal tak berdasar rasionalitas seperti yang dijabarkan di atas. Kemudian, standar hidup yang dianggap benar tersebut seolah berubah menjadi senjata yang ditodongkan ke arah perempuan masa kini.

Lantas, kita sebagai salah satu perempuan itu, justru dengan suka dan rela menyengaja untuk menyerahkan diri di hadapan senjata itu.

Membiarkan pikiran kita dirasuki oleh nilai-nilai yang justru membuat hidup kita tidak tenang. Membuat kita berada pada kondisi hobi membandingkan diri sendiri dengan orang lain yang kita anggap ideal untuk dijadikan panutan hidup dari segi materi belaka.

Ujung-ujungnya, membuat kita merasa jauh rendah di bawah garis standar hidup yang kita buat sendiri tanpa pendasaran logis. Krisis. Ya. Saat itu semua terjadi, kita berada pada pusaran krisis diri. 

Kita mulai mempertanyakan dan menggugat kepada entah siapa. Atas kehidupan yang kini kita jalani. Mulai bertanya-tanya dalam diri. Siapa aku? Kenapa aku di sini? Kenapa aku diberi fisik yang begini? Kenapa hidupku tak seperti si dia? Kenapa hidupku tak sesuai dengan harapanku? Andaikan aku menjadi dia. Pasti aku bisa begini dan begitu. Betapa enaknya.

Pinterest/Miss Günsur
Pinterest/Miss Günsur

Saudariku, segeralah sadari bahwa itu adalah gejala krisis. Yang dikenal dengan istilah Quarter Life Crisis. Sejalan dengan pendapat Dr Oliver Robinson (Amelia Hill, 2011), bahwa quarter life crisis sering terjadi pada rentang usia 25 tahun ke atas. Batas umumnya sekitar usia 35 tahun dan krisis ini paling sering dirasakan oleh seseorang yang usianya sekitar 30 tahun.

Pendapat dari seorang psikolog klinis Dr Alex Fowke menerangkan lebih lanjut tentang quarter life crisis sebagai masa dimana seseorang mengalami keraguan maupun kekecewaan pada bidang karir yang akan/sedang/akan dijalani, hubungan interpersonal maupun hubungan sosial yang terjalin, serta masalah kondisi keuangan yang dialami.

Rachel Hosie (2017) menyebutkan beberapa gejala yang sedikit banyak menggambarkan tentang kondisi seseorang sedang berada pada masa krisis ini. Di antaranya:

  • Menanyakan tentang apakah yang menjadi tujuan hidup manusia.
  • Khawatir dan merasa diri telah gagal dalam banyak hal dan belum mampu mewujudkan keinginan-keinginan di masa remaja.
  • Terpengaruh sehingga membanding-bandingkan nasib diri dengan nasib orang lain yang senantiasa disaksikan melalui media sosial.

Semakin dibiarkan kondisi pikiran yang tak menentu dan merutuki nasib, maka semakin kita berjalan pada kehampaan yang berujung pada kehancuran. Kehancuran pikiran, mental, bahkan bisa melemahkan fisik kita. Sadarilah gejala krisisnya. Kenalilah penyebabnya, dan bersiaplah untuk menghadapinya. Segera. Ini darurat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun