Mohon tunggu...
Alfina Fadilatul Mabruroh
Alfina Fadilatul Mabruroh Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya menjadi guru tamu untuk mata pelajaran Sosiologi di kurikulum merdeka. Saya guru Sosiologi kelas X yang memiliki kemampuan mengajar materi Sosiologi, merancang dan menyelenggarakan kegiatan pameran Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) program yang dirancang Kemendikbudristek.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori dari Sosiolog Klasik

11 Agustus 2024   21:31 Diperbarui: 11 Agustus 2024   21:48 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Selanjutnya, Weber memperluas diskusi tentang birokrasi itu ke dalam institusi-institusi politik. Dia membedakan tiga macam otoritas di dalam institusi politik, yakni otoritas tradisional, otoritas kharismatik, otoritas rasional-legal. Menurut dia, otoritas rasional-legal memacu pertumbuhan birokrasi. Sedangkan otoritas tradisional dan karismatik menghambat pertumbuhan birokrasi. Berdasarkan studi perbandingan yang dibuatnya di Eropa, India, dan Cina dia menemukan bahwa otoritas tradisional dan karismatik sangat dominan di India dan Cina sedangkan otoritas rasional-legal sangat dominan di Eropa sehingga birokrasi bertumbuh dengan subur di Eropa. Dalam otoritas yang rasional-legal seorang pemimpin dipilih berdasarkan undang-undang yang dibuat berdasarkan pertimbangan-pertimbangan rasional. 

Selain membuat analisa tentang hubungan antara rationalisasi dan birokrasi, Weber juga mendiskusikan hubungan antara agama dan kapitalisme. Dalam penelitiannya, Weber mencaritahu mengapa sistem ekonomi yang rational seperti kapitalisme bertumbuh subur di Eropa Barat daripada di bagian-bagian dunia lainnya. Dalam studinya dia menemukan bahwa sistem kapitalisme yang rasional itu mempunyai hubungan dengan sistem kepercayaan Calvinisme. Dia menjelaskan argumentasinya itu di dalam bukunya yang berjudul The Protestant Ethic and the Spirit of Capitilism. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun