Mohon tunggu...
Alfina Fadilatul Mabruroh
Alfina Fadilatul Mabruroh Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya menjadi guru tamu untuk mata pelajaran Sosiologi di kurikulum merdeka. Saya guru Sosiologi kelas X yang memiliki kemampuan mengajar materi Sosiologi, merancang dan menyelenggarakan kegiatan pameran Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) program yang dirancang Kemendikbudristek.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori dari Sosiolog Klasik

11 Agustus 2024   21:31 Diperbarui: 11 Agustus 2024   21:48 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Fatalistic suicide merupakan bunuh diri yang terjadi karena meningkatnya aturan-aturan yang ada dalam masyarakat. Aturan yang kuat ini terlalu kuat dan dirasa berlebihan. Individu yang tidak siap akan tertekan oleh norma dan tatanan nilai yang ada. Faktor-faktor sosial, seperti ketidaksetaraan ekonomi, dukungan sosial, tekanan budaya, dan perubahan sosial, juga dapat memengaruhi berbagai tipe bunuh diri. Oleh karena itu, analisis kajian bunuh diri harus mempertimbangkan faktor-faktor sosial ini dan mengidentifikasi tipe bunuh diri yang paling relevan dalam situasi tertentu .

  • Pada buku yang ketiga The Division of Labor in Society, dia menganalisa ikatan-ikatan sosial pada masyarakat primitif dan masyarakat modern. Dalam masyarakat primitif ikatan sosial itu adalah moralitas bersama atau kesadaran kolektif yang disebut solidaritas mekanik. Sedangkan dalam masyarakat modern yang ditandai oleh patologi akibat pembagian kerja yang sangat ketat hampir tidak ditemukan kesadaran kolektif seperti pada masyarakat primitif. Guna menjaga kestabilan masyarakat tidak perlu ada revolusi tetapi hukum-hukum atau norma-norma (solidaritas mekanik) yang mengatur kehidupan bersama.

  • Pada buku yang terakhir The Elementary Forms of Religious Life, Durkheim melaporkan hasil penelitiannya tentang masyarakat primitif untuk mencaritahu asal-usul kehidupan agama. Dalam penelitiannya itu, dia menemukan bahwa asal-usul atau sumber dari agama adalah masyarakat itu sendiri. Masyarakat itu sendiri mendefinisikan hal-hal tertentu sebagai sakral dan hal-hal lainnya sebagai profan. Dalam kasus yang diselidikinya, klan atau suku adalah sumber dari agama primitif yang disebut totemisme. Dalam totemisme binatang-binatang atau tumbuhan-tumbuhan tertentu disakralkan atau dianggap semacam dewa. Karena itu, totem dapat dianggap sebagai salah satu bentuk khusus dari fakta sosial yang bersifat non-material atau salah satu bentuk kesadaran kolektif.

  • Pada akhirnya Durkheim berpendapat bahwa masyarakat dan agama atau kesadaran kolektif adalah satu dan sama. Agama merupakan satu cara di dalamnya masyarakat mengungkapkan dirinya dalam salah satu bentuk fakta sosial yang bersifat non-material.

    Max Weber

    Max Weber mengartikan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha memahami sebuah tindakan sosial. Menurut Max Weber, ada dua macam tindakan sosial, yakni tindakan sosial yang rasional dan disebut tindakan rasional dan ada tindakan sosial yang non rasional dan disebut tindakan non rasional. Tindakan rasional dalam pemahaman Weber selalu berkaitan dengan pertimbangan sadar sebelum seseorang melakukan sebuah tindakan. Tindakan rasional itu dibagi atas dua yakni tindakan rasional instrumental (rationalitas instrumental) dan tindakan rasional yang berorientasi pada nilai (rasionalitas berorientasi nilai). Sedangkan tindakan non-rasional juga dibagi atas dua yakni tindakan tradional dan tindakan afektif. Dengan demikian ada empat tindakan sosial yakni tindakan rasional instrumental, tindakan rasional berorientasi nilai, tindakan non-rasional tradisional, dan tindakan non-rasional afektif (Doyle Paul Johnson, jilid 1: 220-222). Penjelasan lebih lanjut tentang keempat tindakan sosial itu adalah sebagai berikut:

    • Pertama, tindakan rasional instrumental adalah tindakan yang ditujukan pada pencapaian tujuan-tujuan yang secara rasional telah diperhitungkan si aktor bersangkutan. Di dalam tindakan ini si aktor telah mendefinisikan apa yang mau dicapai melalui tindakan itu dan apa instrumen, alat, atau means untuk mencapai tujuan tersebut. Tindakan rasional instumental nampak dalam sistem pasar yang impersonal. Di dalam sistem pasar yang impersonal kita melakukan transaksi melalui mesin-mesin atau mediamedia online dan tidak perlu melakukan transaksi langsung atau tatap muka dengan pihak lain. Tindakan rasional instrumental ini juga nampak dalam organisasi birokratis di dalamnya orang-orang diperlakukan sebagai instrumen atau bagian dari birokrasi dan bukannya sebagai seorang pribadi yang mempunyai perasaan, kehendak, ataupun kerinduan. 

    • Kedua, tindakan rasional yang berorientasi nilai. Tindakan jenis ini berkaitan pertimbangan-pertimbangan yang didasarkan pada nilai-nilai. Contoh dari tindakan rasional yang berorientasi pada nilai adalah tingkahlakutingkahlaku keagamaan seperti beribadat para hari Minggu atau sholat pada hari Jumat, berdoa, meditasi, menyanyikan lagu puji-pujian. Dalam tindakan ini, orang melakukan sesuatu karena percaya pada nilai-nilai tertentu seperti keselamatan, kebahagiaan, keberhasilan dalam hidup di dunia dan di akhirat. Mereka percaya bahwa kalau mereka pergi berdoa pada hari Minggu atau sholat pada hari Jumat, maka mereka akan memperoleh keselamatan atau kebahagiaan dalam hidup. 

    • Ketiga, tindakan non-rasional yang bersifat tradisional. Dalam tindakan non-rasional yang bersifat tradisional, orang melakukan sesuatu hanya karena kebiasaan atau sudah terwarisi dalam tradisi. Pertimbangan utamanya adalah kebiasaan atau tradisi walaupun tindakan tersebut tidak mempunyai nilai ekonomis atau tidak menguntungkan. Seorang individu melakukan sesuatu yang pernah dilakukan sebelumnya. Misalnya, orang tidak berani membuka kebun di tanah rawa-rawa karena ada kepercayaan bahwa orang akan jatuh sakit atau mungkin meninggal sebagai akibat kemarahan roh-roh halus yang tinggal di sekitar mata air itu. 

    • Keempat, tindakan non-rasional afektif. Tindakan ini ditandai oleh dominasi perasaan atau afeksi tanpa terlalu banyak melakukan pertimbangan-pertimbangan rasional. Misalnya, mengapa seseorang membantu para korban yang terdampak bencana alam. Alasan seseorang membantu para korban terdampak bencana alam adalah rasa iba, belaskasih, dan solider. Dalam tindakan non-rasional afektif (Selengkapkanya: Dalam tindakan non-rasional afektif) orang mungkin tidak lagi memperhitungkan untung-rugi dari segi ekonomis dari tindakan tersebut. Mungkin secara ekonomis dia rugi tetapi hal itu tidak menjadi alasan bagi dia untuk tidak membantu karena dia memiliki nilai belaskasih atau solidaritas. Keempat tindakan sosial tersebut di atas merupakan tipetipe ideal. Tipe ideal adalah terminologi yang digunakan oleh ilmuwan sosial untuk menangkap karakteristik-karakteristik penting dari sebuah fenomena. Dengan kata lain, tipe-tipe ideal adalah unsur-unsur konstitutif dari sebuah fenomena atau ciri-ciri utama dari sebuah fenomena. Kata ideal di sini tidak ada hubungan dengan nilai kebaikan atau sesuatu yang positif melainkan ciri-ciri dari sebuah fenomena. Contoh-contoh dari tipe-tipe ideal adalah keempat jenis tindakan sosial tersebut di atas masing-masing dengan karakteristik mengapa suatu fenomena itu disebut tindakan rasional istrumental, sedangkan lainnya disebut tindakan rasional berorientasi nilai. 

    Tipe-tipe ideal yang diuraikan oleh Max Weber sering kali berbeda dengan realitas di lapangan. Contoh, seorang sosiolog bisa saja mengatakan bahwa penggunaan salib atau rosario oleh seorang Katolik merupakan tindakan rasional yang berorientasi nilai karena tindakan tersebut didasarkan pada nilai-nilai keagamaan. Tetapi ketika orang Katolik itu ditanyai mengapa dia memakai salib atau rosario, boleh jadi orang itu menjawab bahwa ia menggunakan salib atau rosario semata-mata karena tradisi saja sebagai orang katolik. Di dalam hal ini orang itu tidak melakukan sebuah tindakan sosial yang berorientasi nilai, melainkan tindakan nonrasional tradisional. 

    Kemudian Max Weber mengelaborasi lebih jauh masalah rasionalitas atau rasionalisasi. Persoalan yang menjadi pertanyaan pokok untuk Max Weber adalah mengapa institusi-institusi di dunia Barat berkembang pesat sedangkan di belahan dunia lain berjalan secara perlahan. Menurut Max Weber, hal itu disebabkan oleh rasionalitas atau rasionalisasi. Dunia Barat lebih rasional ketimbang dunia Timur. Bagi Weber, rationalitas berarti pertimbangan-pertimbangan yang dibuat sebelum orang melakukan sesuatu. Pertimbangan-pertimbangan itu menyangkut tujuan sebuah tindakan dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan itu (rasionalinstrumental). Weber melihat bahwa birokrasi adalah contoh dari rationalitas. Dalam sistem birokrasi orang mencari caracara yang rasional untuk mencapai tujuan. 

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    6. 6
    7. 7
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun