Mohon tunggu...
Alfina Fadilatul Mabruroh
Alfina Fadilatul Mabruroh Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya menjadi guru tamu untuk mata pelajaran Sosiologi di kurikulum merdeka. Saya guru Sosiologi kelas X yang memiliki kemampuan mengajar materi Sosiologi, merancang dan menyelenggarakan kegiatan pameran Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) program yang dirancang Kemendikbudristek.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori dari Sosiolog Klasik

11 Agustus 2024   21:31 Diperbarui: 11 Agustus 2024   21:48 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Marx bukanlah seorang sosiolog dan tidak pernah menganggap dirinya sebagai sosiolog. Dia adalah seorang ahli ekonomi ketimbang seorang ahli sosiologi. Berbeda dengan sosiolog-sosiolog lain yang mengembangkan teori untuk menciptakan keteraturan di dalam masyarakat, Marx malah tertarik kepada fenomena penindasan yang dilakukan oleh kaum kapitalis terhadap kaum buruh. Dia ingin mengembangkan sebuah teori yang menjelaskan fenomena itu dengan maksud untuk menghilangkan sistem itu. Pokok perhatian Marx adalah terciptanya revolusi dan hal itu sangat bertolak belakang dengan pandangan Saint-Simon, Comte, ataupun Durkheim. 

Kunci untuk memahami Marx adalah idenya tentang konflik sosial. Konflik sosial adalah pertentangan antara segmen-segmen masyarakat untuk merebut aset-aset bernilai. Bentuk dari konflik sosial itu bisa bermacam-macam, yakni konflik antara individu, kelompok, atau bangsa. Tetapi bentuk yang paling menonjol menurut Marx nampak dalam cara produksi barang-barang material. Menurut Marx ada dua kelompok yang terlibat dalam proses produksi itu. Kelompok pertama adalah kaum kapitalis, yakni mereka yang mempunyai dan menguasai alat-alat produksi. Kekhasan mereka ialah menjual hasil-hasil produksi dengan harga yang jauh lebih tinggi dari biaya produksi sehingga mereka mendapat keuntungan sebesar-besarnya. Kelompok yang kedua adalah kaum proletariat. Mereka adalah orang yang menyerahkan tenaganya untuk menjalankan alat-alat produksi kaum kapitalis dan sebagai imbalannya mereka mendapat upah dan bukannya barang yang mereka hasilkan.

Proses produksi yang demikian menyebabkan dua hal. Pertama, kaum proletariat mengalami alienasi dalam empat bidang, yaitu alinenasi dari pekerjaannya (mereka diperlakukan sebagai bagian dari alat produksi), alienasi dari hasil pekerjaannya (mereka tidak mendapatkan apa yang mereka hasilkan), alienasi dari pekerja lainnya (mereka terasing dan bersaing dengan pekerja lainnya), dan alienasi dari kemampuan manusiawi mereka (terasing dari kemampuan manusiawi mereka sendiri). Kedua, mereka mengalami konflik dengan kaum kapitalis. Konflik itu menjadi tak terhindarkan karena di satu pihak kaum kapitalis ingin mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan menekan upah buruh serendah-rendahnya. Di pihak lain kaum buruh juga menuntut upah setinggi-tingginya dengan resiko mengurangi keuntungan kaum kapitalis. Oleh karena keuntungan dan upah berasal dari sumber yang sama, maka konflik menjadi tak terelakkan. 

Marx berpendapat satu-satunya cara untuk keluar dari sistem kapitalis yang tidak adil itu ialah dengan melakukan revolusi. Tetapi ada syarat yang harus dipenuhi supaya revolusi bisa terjadi. Pertama, kaum proletariat harus menyadari diri bahwa mereka adalah orang yang tertindas. Kesadaran menjadi sangat penting untuk menciptakan perubahan. Kedua, mereka harus mengelompokkan diri dalam satu wadah atau organisasi. Secara individual buruh sulit memperjuangkan kepentingannya tetapi lewat organisasi mereka menjadi lebih kuat dalam memperjuangkan aspirasinya. Marx mengakui betapa sulitnya menciptakan kesadaran itu. Tetapi dia yakin pada suatu waktu dengan penyebaran informasi yang terus menerus (propaganda) mereka menyadari bahwa merekalah yang menentukan masa depannya sendiri.

Emile Durkheim

Durkheim juga cemas melihat ketidak-teraturan yang terjadi sesudah revolusi Perancis. Karena itu Dukrheim mencurahkan perhatiannya pada masalah keteraturan sosial (social order). Menurut dia, ketidak-teraturan sosial tidak harus menjadi bagian dari dunia modern dan dapat dikurangi dengan adanya reformasi sosial. Dalam hal ini ia berbeda dengan Marx yang menyarankan adanya revolusi untuk menciptakan perubahan di dalam masyarakat. Durkheim menulis banyak buku. Berikut merupakan beberapa bukunya:

  • Pada buku yang pertama The Rules of Sociological Method (1895/1964) dia mengemukakan bahwa tugas utama sosiologi adalah mempelajari fakta-fakta sosial. Fakta-fakta sosial ini adalah kekuatan-kekuatan (hukum, norma, kepercayaan, agama) dan struktur-struktur yang bersifat eksternal terhadap individu tetapi mempengaruhi individu-individu. 

  • Bukunya kedua berjudul Suicide. Dalam buku itu ia menjelaskan pengaruh fakta sosial terhadap prilaku individu yang bunuh diri. Dalam mempelajari tingkataan bunuh diri pada kelompok, negara, wilayah, agama yang berbeda dia menemukan bahwa solidaritas yang terlalu lemah atau kuat dapat menyebabkan orang bunuh diri. Solidaritas yang terlalu lemah menyebabkan anomic suicide, sedangkan solidaritas yang terlalu kuat akan menimbulkan fatalistic suicide.  

  • Emile Durkheim, lebih lanjut membagi bunuh diri menjadi empat tipe tindakan bunuh diri, yaitu egoistic suicide, altruism suicide, anomie suicide, dan fatalistic suicide. 


    • Egoistic suicide merupakan tindakan bunuh diri yang terjadi karena integrasi sosial yang lemah. Hal tersebut terjadi karena tekanan berlebihan pada individu tetapi kurang dalam ikatan sosial pada kelompok sosialnya. Individu-individu ini berjalan terpisah sehingga tidak ada kerjasama atau kolektivitas dalam masyarakat. 

    • Altruism suicide merupakan bunuh diri yang terjadi karena integrasi sosial yang terlalu kuat. Solidaritas yang ada pada kelompok sosial tertentu sangat tinggi, sehingga manusia yang tergabung di dalamnya dituntut untuk mematuhi lingkungan. 

    • Anomie suicide merupakan bunuh diri yang terjadi karena tidak adanya pengaturan terhadap aspirasi dan tujuan individu. Maksudnya, perubahan-perubahan yang mendadak dalam masyarakat, seperti krisis ekonomi yang parah atau periode ekspansi menyebabkan norma yang berlaku sebelumnya dilepaskan. Durkheim, menjelaskan keinginan dan kebutuhan manusia tidak akan pernah ada habisnya. Kedua hal tersebut dihambat oleh adanya norma-noema yang ada dalam masyarakat. Ketika hambatan ini hilang, maka keinginan manusia akan menjadi lepas kendali. 

    • HALAMAN :
      1. 1
      2. 2
      3. 3
      4. 4
      5. 5
      6. 6
      7. 7
      Mohon tunggu...

      Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
      Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
      Beri Komentar
      Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

      Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun