Mohon tunggu...
Aletheia
Aletheia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar di SMP Alam Planet Nufo, Rembang, Jawa Tengah

Pelajar ingusan yang tengah bersengketa dengan kegabutan duniawi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mayday on Unexpected Day

20 Agustus 2022   23:39 Diperbarui: 21 Agustus 2022   16:59 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

           Tiba-tiba, Pak Solikin menghampiriku yang tercenung di depan.

           "Mas, nanti pas orasi di depan mereka, kamu baca puisi saja. Hehehehe," celetuk beliau dengan tawanya yang ramah. Ah, ide bagus!

           Lantas, Ezy menyampaikan visi dan misinya, kemudian segera menutupnya, tak payah berpanjang-panjang, pungkasnya. Ia pun turun dari podium, dengan senyum khasnya. Tubuhku bergoncang tak karuan.

           "Selanjutnya, Erdila Intan dari kelas X-7, silakan maju ke depan," Pak Aris kembali bersuara, kini, giliran Intan.

           Im speechless, kala mengetahui ada sedikit kemiripan di antara visi dan misi kami yang menyinggung soal pengoptimalan profil pelajar pancasila dalam lingkup Smalang. Ah, tak mengapa. Kubiarkan saja, wacanaku terlalu rahasia, sehingga percaya tak akan ada yang hendak meniru gagasan yang lebih menyeluruh soal itu. Intan pun turun dari podium. Ya, sekarang giliranku.

           "Yang terakhir, Mas Aletheia dari kelas X-3, silakan maju ke depan, Mas," Pak Aris menoleh kepadaku. Saatnya aku beraksi.

           "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaaatuh!" pekikku sedikit keras, sehingga semuanya menjawab salamku. Orasi dimulai.

***

           "To the moon, Zy!" pekikku kala pemungutan suara berlangsung, rasio suara Ezy stagnan naik di dalam kotak kelas 12, melebihi aku dan Intan.

Harus tersenyum, meski terenyuhkan karena peluang suara Ezy yang lebih besar. Pun ia hanya memberikan, tidak meberikan respon yang berarti, terus terpaku pada cahaya handphonenya yang menyala terang. Tidak sepertiku, pertambahan suara Intan dan Ezy terus balap membalap, satu sama lain, sedang suaraku tertinggal sedikit jauh. Pada akhirnya, rasa bosan menarik penglihatanku dari papan perhitungan suara itu.

Ya sudahlah, pun aku sudah melakukan yang terbaik. Sisanya, biarlah kotak suara, dan para penmungut yang bekerja. Mas Pras, salah satu kandidat ketua OSIS masih santai dengan obrolannya. Entah ilham macam apa yang membuatnya percaya diri, keluar sebagai pemenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun