"Lihat ini! Kok bisa ada anjing berwajah manusia sih?"
"Ada wayang merah, t-rex, Cleopatra, dan pacuan kuda!"
"Wah! Ini bukannya Harry Potter dan Dumbledore?"
Rasa bersyukur tebersit dalam hati. Kala hobi tersendiri mereka ketahui, bahkan diantusiasi, merupakan satu tingkat keberhasilan dalam mengimplementasikan konsep riil dari berbagi. Ya, berbagi itu indah bukan? Menjadi motif besar bagiku untuk turut serta dalam kepengurusan OSIS SMAN 1 Sulang tahun ini.
"Ayo! Siapa lagi?" lanjut Bu Eko.
BETT!
Sekonyong-konyong, Ezy, temanku yang sedari tadi merenung di sebelahku, mulai unjuk aksi. Rentetan applause kembali memainkan perannya. Musala kembali riuh. Lantas ia jalan beringsut menuju Ibuk, lalu menorehkan nama lengkapnya yang panjang, tepat di bawah namaku.
"Kamu harus bisa, Nang!" tukas Ibuk menyemangatinya.
Wajar saja jikalau seorang wali kelas yang berjiwa keibuan, menyemangati anak asuhnya kala mengetahui ia memunyai nyali untuk menjadi seorang pemimpin. Sedikit menyudutkanku sebagai siswa yang kurang pembela, selain nurani dan semangat si penyeru barusan. Ezy pun kembali duduk di sebelahku.
"Kamu beneran mau nyalon, Zy?" bisikku serius, walau tersenyum sumringah.
"Hah? Cuma numpang nama doang, Rak," celetuknya sembari terkekeh, menular tawanya.