* * *
Yah, kira-kira begitulah ceritanya. Dan sekarang aku masih berada di salah satu toilet yang ada. Aku malas untuk masuk ke kelas dan menghadapi semua orang.
Aku yakin semuanya akan membicarakanku sekarang. Ke mana pun aku melangkah, orang-orang pasti akan berbisik-bisik di belakangku. Dan kalaupun ada yang lebih parah, cewek-cewek yang sok berlagak model itu pasti akan menghinaku secara terang-terangan. Bagai lampu yang terus terang.
Aku segera berjalan menyusuri lorong sekolah dan melangkahkan kakiku ke arah perpustakaan tempatku untuk bolos dan bersembunyi, kalau aku sedang tidak ingin berada di kelas.
Segera aku melangkah ke rak buku cerita. Biarpun memakai bahasa Inggris, aku tetap suka membaca buku cerita di sekolahku ini. Semuanya menarik! Aku segera duduk di tempat biasa, tempat yang agak tersudut, dekat dengan jendela yang menghadap ke lapangan.
Kulihat anak-anak kelas 3 SMA sedang berlari keliling lapangan. Kenapa aku tahu itu kelas 3? Sebab pakaian olahraga kami itu berbeda tiap tingkatannya. Aneh kan? Tapi keren juga sih, hehehe. Ya, itulah sekolahku.
Sekilas Brian terlihat oleh mataku. Dia sedang berlari santai. Wajar sebenarnya mengetahui dia anak yang ikut ekskul sepak bola. Nggak heran dia nggak terlihat begitu lelah seperti yang lainnya. Sebenarnya, kalau kelakuan dia ngga minus, aku rasa aku sendiri mungkin bisa jatuh hati juga padanya, as all my friends do. Tapi sayang, dia terlanjur mendapat inilai minus itu dariku.
Brian terlihat tersenyum ke arahku. Dia memandangku dan tersenyum dengan lembut. Tangannya sedikit melambai padaku tadi. Aku segera duduk agak menjauh dari jendela. Takut cewek-cewek lain yang mungkin juga sedang memperhatikan Brian akan melihatku. Aku bisa mampus!
Dasar cowok gila! Tapi, apa bener dia cinta sama aku?
Sejujur-jujurnya, aku juga suka sama dia. Suka, bukan cinta. Atau mungkin lebih tepatnya belum. Mungkin karena aku tidak begitu dekat dengannya. Aku belum begitu mengenal dirinya.
Aku kembali sibuk dengan buku cerita yang ada di tanganku sekarang ini. Namun, tidak ada gunanya. Entah kenapa, terus terbayang senyum lembut yang tadi kuterima dari Brian. Aku segera menggeleng-geleng kepalaku. Cleora, jangan mudah percaya! Sudah banyak cewek yang jatuh ke pelukannya. Kamu jangan mau jadi seperti mereka semua!