Diam menyelimuti.
Alright, kata Brian dengan begitu putus asa sebelum aku menyelesaikan kalimatku. Aku juga ngga bisa maksa kamu, tapi at least kamu bisa ngebiarin aku tetep berada di dekat kamu kan? Ada di sekitar kamu?
Heh! Kalimat aku belum selesai, kamu udah main motong aja! Ya udah! Aku pura-pura ngembek.
Loh? Tapi intinya kan kamu nolak aku juga kan?
Aku nggak bisa nolak kamu, Yan. Aku sadar, sepertinya kamu udah berhasil ngebuat aku jatuh cinta sama kamu. Tapi, karena kamu udah berasumsi lain, apa daya. Aku cuek aja, deh! Aku segera berdiri untuk melangkah pergi tapi dia langsung menahanku. Dia meraih pergelangan tanganku dan menarikku duduk ke pangkuannya. Spontan wajahku memerah. Aku duduk di pangkuannya! Wajahnya berada tidak sampai lima senti dariku!
Tanpa ba-bi-bu lagi, dia langsung menciumku! Ugh! Biarpun aku cinta sama dia, bukan berarti dia boleh selalu nyium aku sesuka hati dia, kan?!
Tangannya yang lebar memelukku dengan begitu erat. Takut-takut tanganku juga meluk dia. Aku bener-bener pengen meluk dia, sejak aku naik motor dia. Badannya sungguh bidang.
Bukannya merenggangkan pelukannya, eh dia malah semakin menguatkannya. Bisa-bisa tulangku remuk, nih!
Lima detik sudah berlalu. Tapi, dia belum melepaskan bibirku. Barulah setelah sekitar delapan detik terlewati, dia melepaskan bibirku dari bibirnya. Sekilas kulihat wajahnya yang memerah, tapi dia segera menutupinya dengan memelukku, sehingga aku tak bisa melihat wajahnya yang kini bertengger di bahuku.
Sorry, tapi aku bener-bener nggak bisa nahan diri, ucapnya pelan di telingaku. Aku hanya tersenyum kecil mendengarnya.
Biarpun kesal, aku tetap tak bisa marah padanya. Ternyata pepatah itu selalu benar. Kalau udah jatuh cinta, waktu paling lama untuk kita marah sama orang yang kita cintai cuman satu menit! Nggak lebih!