Mohon tunggu...
ALAND PANCANUGRAHA
ALAND PANCANUGRAHA Mohon Tunggu... Konsultan - Mahasiawa

Mahasiswanya Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Peran Teknologi Dalam Meningkatkan Kehidupan Sosial dan Ekonomi di Desa

21 Desember 2024   09:08 Diperbarui: 21 Desember 2024   09:08 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) tidak hanya mengubah cara 

manusia berinteraksi, tetapi juga membawa dampak mendalam pada berbagai aspek kehidupan, 

terutama di wilayah pedesaan. Teknologi telah menjadi motor penggerak utama dalam 

mempercepat transformasi sosial, ekonomi, dan budaya. Dengan pemanfaatan yang strategis, 

teknologi mampu menjawab berbagai persoalan mendasar di desa, seperti keterbatasan akses 

terhadap informasi, layanan pendidikan dan kesehatan, serta membuka konektivitas menuju 

pasar yang lebih luas. Di Indonesia, peranan desa tidak dapat diabaikan. Dengan lebih dari 

separuh populasi yang tinggal di kawasan ini, desa memegang peran strategis dalam 

perekonomian nasional. Namun, tantangan struktural seperti kemiskinan, keterisolasian, dan 

kesenjangan akses terhadap sumber daya masih menjadi hambatan utama dalam meningkatkan 

kualitas hidup masyarakat desa. Dalam konteks ini, integrasi teknologi menjadi salah satu 

solusi kunci untuk menciptakan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. Artikel ini 

bertujuan untuk mengeksplorasi kontribusi teknologi dalam meningkatkan kualitas hidup 

masyarakat desa melalui analisis terhadap potensi yang ditawarkan, implementasi aplikasi 

praktis, serta tantangan yang dihadapi dalam penerapannya. Dengan pendekatan ini, kita akan 

melihat bagaimana teknologi dapat menjadi katalisator perubahan menuju pembangunan desa 

yang lebih maju dan mandiri.

I. Teknologi dan Kehidupan Sosial di Desa

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah membawa perubahan signifikan 

dalam kehidupan sosial masyarakat desa, mengatasi berbagai keterbatasan yang 

sebelumnya ada. Akses terhadap informasi global, pendidikan, dan layanan kesehatan kini 

lebih mudah berkat internet. Platform pembelajaran daring seperti Google Classroom dan 

Ruangguru, serta inisiatif Desa Digital yang digagas pemerintah, membantu meningkatkan 

literasi digital dan pendidikan di pedesaan (Putra & Dewi, 2020; Susanti et al., 2021). Di 

sektor kesehatan, teknologi seperti telemedicine melalui aplikasi Halodoc dan SehatQ 

memungkinkan masyarakat desa berkonsultasi dengan tenaga medis tanpa harus bepergian 

jauh (Haryanto, 2021). Selain itu, media sosial juga memperkuat solidaritas sosial, 

memungkinkan masyarakat desa berkomunikasi, berbagi informasi, dan mengorganisir 

kegiatan kolektif yang mempererat hubungan antaranggota komunitas (Rahmawati et al., 

2020; Saputri & Nugroho, 2021). Meskipun demikian, tantangan seperti keterbatasan 

infrastruktur dan rendahnya literasi digital perlu diatasi agar potensi teknologi dapat 

dimanfaatkan secara maksimal di desa.

1. Akses Informasi dan Pendidikan

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah membawa perubahan 

signifikan pada kehidupan masyarakat desa, menciptakan peluang baru untuk 

mengatasi berbagai keterbatasan yang selama ini menjadi hambatan dalam 

pembangunan desa. Internet, sebagai pilar utama transformasi ini, membuka akses 

terhadap sumber daya informasi global. Melalui internet, masyarakat desa dapat 

memperoleh berita terkini, mempelajari teknik pertanian modern, hingga mengikuti 

kursus daring untuk mengasah keterampilan baru (Putra & Dewi, 2020).

Dalam konteks Indonesia, inisiatif Desa Digital yang dicanangkan pemerintah 

memainkan peran strategis dalam memperluas akses internet ke daerah-daerah 

terpencil. Program ini bertujuan meningkatkan literasi digital dan membuka jalan bagi 

masyarakat desa untuk terhubung dengan berbagai peluang di dunia digital. Teknologi 

juga menawarkan solusi terhadap tantangan mendasar di sektor pendidikan, terutama 

di wilayah pedesaan yang sering terkendala oleh keterbatasan geografis. Platform 

seperti Google Classroom, Ruangguru, dan Zoom memungkinkan siswa di daerah 

terpencil untuk mengikuti pendidikan jarak jauh, memberikan akses yang lebih inklusif 

terhadap pembelajaran (Susanti et al., 2021).

Dengan demikian, teknologi tidak hanya menjadi alat untuk meningkatkan 

akses informasi, tetapi juga berfungsi sebagai katalisator bagi inklusi pendidikan dan 

pengembangan keterampilan masyarakat desa. Pendekatan berbasis teknologi ini 

berpotensi menciptakan dampak jangka panjang terhadap kualitas hidup masyarakat

desa, menjadikannya salah satu elemen kunci dalam pembangunan yang inklusif dan 

berkelanjutan.

2. Layanan Kesehatan yang Inklusif

Di sektor kesehatan, teknologi telah menjadi instrumen penting dalam 

mengurangi kesenjangan layanan kesehatan antara masyarakat perkotaan dan pedesaan. 

Dengan keterbatasan infrastruktur kesehatan di desa, teknologi informasi membuka 

akses yang sebelumnya sulit dijangkau. Salah satu solusi yang menonjol adalah 

telemedicine, sebuah inovasi yang memungkinkan masyarakat di daerah terpencil 

untuk berkonsultasi dengan tenaga medis profesional tanpa harus melakukan perjalanan 

jauh ke fasilitas kesehatan terdekat.

Haryanto (2021) mengungkapkan bahwa aplikasi seperti Halodoc dan SehatQ 

telah memberikan kontribusi besar dalam menyediakan layanan kesehatan berbasis 

digital. Halodoc, misalnya, memungkinkan pengguna untuk berkonsultasi secara daring 

dengan dokter umum maupun spesialis, mendapatkan resep obat, hingga memesan 

pengiriman obat langsung ke rumah. Sementara itu, SehatQ menyediakan informasi 

kesehatan yang mudah diakses, termasuk panduan medis dan layanan konsultasi.

Pandemi COVID-19 mempercepat adopsi teknologi kesehatan, memaksa masyarakat 

untuk mencari alternatif konsultasi kesehatan yang aman dan efisien. Studi oleh 

Andriani et al. (2022) menunjukkan bahwa implementasi telemedicine selama pandemi 

tidak hanya membantu masyarakat desa mendapatkan akses kesehatan yang lebih baik, 

tetapi juga meningkatkan literasi kesehatan digital mereka. Selain itu, inovasi seperti 

pencatatan rekam medis digital dan aplikasi berbasis kecerdasan buatan (AI) mulai 

diadopsi untuk memantau kesehatan individu di wilayah pedesaan, memberikan solusi 

jangka panjang dalam manajemen kesehatan masyarakat (Putri & Rahmat, 2020).

Namun, penerapan teknologi kesehatan di desa tidak lepas dari tantangan. Hambatan 

seperti keterbatasan akses internet, kurangnya literasi digital, dan kekhawatiran 

terhadap privasi data masih menjadi isu utama yang perlu diatasi untuk memastikan 

teknologi kesehatan dapat diakses secara merata.

Dengan demikian, teknologi kesehatan tidak hanya menjadi solusi praktis untuk 

permasalahan akses layanan, tetapi juga mendorong transformasi paradigma pelayanan 

kesehatan di wilayah pedesaan menuju era yang lebih modern dan inklusif.

3. Penguatan Solidaritas Komunitas

Selain dampaknya terhadap individu, teknologi informasi dan komunikasi 

(TIK) telah memainkan peran penting dalam memperkuat solidaritas komunitas di 

pedesaan. Media sosial seperti WhatsApp, Facebook, dan Instagram telah menjadi alat 

utama bagi masyarakat desa untuk membangun komunikasi, berbagi informasi, dan 

mengorganisasi berbagai kegiatan kolektif. Platform ini memungkinkan komunitas 

untuk tetap terhubung, meskipun secara geografis tersebar, sehingga menciptakan 

jaringan sosial yang lebih erat dan responsif.

Rahmawati et al. (2020) mencatat bahwa media sosial kerap dimanfaatkan 

untuk kegiatan kolektif, seperti penggalangan dana, pengelolaan acara budaya, atau 

penyebaran informasi darurat. Sebagai contoh, grup WhatsApp komunitas sering 

digunakan untuk mengkoordinasikan gotong-royong, mengorganisasi acara perayaan 

hari besar, hingga mendistribusikan bantuan sosial bagi warga yang membutuhkan. 

Media sosial juga berperan sebagai ruang diskusi virtual, memungkinkan anggota 

komunitas untuk saling bertukar ide dan pendapat, yang pada akhirnya meningkatkan 

partisipasi dalam kegiatan lokal.

Lebih jauh lagi, teknologi digital tidak hanya mendukung solidaritas lokal, tetapi juga 

memungkinkan komunitas desa terhubung dengan jaringan yang lebih luas. Studi oleh 

Saputri & Nugroho (2021) menunjukkan bahwa kampanye berbasis media sosial telah 

membantu komunitas desa mempromosikan produk lokal dan memperkenalkan tradisi 

budaya mereka ke tingkat nasional dan internasional. Selain itu, platform crowdfunding 

seperti Kitabisa.com memungkinkan masyarakat desa mengakses sumber pendanaan 

baru untuk proyek-proyek kolektif, seperti pembangunan fasilitas umum atau 

penyelenggaraan acara budaya.

Namun, pemanfaatan teknologi ini juga menghadapi tantangan, seperti 

kesenjangan literasi digital dan risiko penyebaran informasi palsu (hoaks) yang dapat 

merusak solidaritas komunitas. Oleh karena itu, upaya penguatan literasi digital 

menjadi langkah penting untuk memastikan teknologi digunakan secara bijak dan 

produktif dalam mendukung harmoni komunitas. Dengan memanfaatkan teknologi 

secara optimal, desa dapat membangun solidaritas komunitas yang lebih kuat, adaptif, 

dan inklusif, menjadikannya fondasi untuk pertumbuhan sosial dan ekonomi yang 

berkelanjutan

II. Teknologi dan Kehidupan Ekonomi di Desa

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah membawa perubahan besar dalam 

kehidupan ekonomi masyarakat desa. Sebelumnya, masyarakat desa menghadapi tantangan 

besar terkait akses pasar, informasi harga, dan kemampuan untuk memasarkan produk 

mereka. Namun, dengan adanya teknologi, terutama internet, peluang ekonomi bagi 

masyarakat desa kini semakin terbuka lebar. Platform digital seperti Tokopedia, 

Bukalapak, dan Shopee memungkinkan produk lokal dari desa untuk dijual ke pasar yang 

lebih luas, bahkan ke luar negeri. Hal ini membuka peluang besar bagi produk-produk desa, 

mulai dari kerajinan tangan hingga hasil pertanian, untuk menjangkau konsumen yang lebih 

banyak, tanpa terbatas oleh hambatan geografis (Saputri & Nugroho, 2021).

Selain itu, di sektor pertanian, teknologi telah mengubah cara petani mengelola hasil 

pertanian mereka. Penggunaan aplikasi prediksi cuaca, alat pengelola irigasi cerdas, dan 

drone untuk pemantauan tanaman membantu petani meningkatkan efisiensi dan hasil 

pertanian mereka. Platform e-commerce pertanian seperti TaniHub juga memainkan peran 

penting dengan menghubungkan petani langsung ke pembeli, mengurangi peran perantara 

yang sering kali mengurangi keuntungan petani (Putra & Dewi, 2020). Dengan cara ini, 

teknologi tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga memungkinkan petani untuk 

mendapatkan harga yang lebih baik untuk hasil pertanian mereka.

Teknologi juga memberikan dampak besar dalam pengembangan usaha mikro, kecil, 

dan menengah (UMKM) di desa. Platform digital memungkinkan para pelaku UMKM 

untuk memasarkan produk mereka secara online dan mendapatkan pelatihan mengenai 

manajemen usaha, pemasaran digital, serta pengelolaan keuangan. Inovasi ini mendorong 

pengembangan ekonomi kreatif di desa, di mana masyarakat dapat memanfaatkan 

keterampilan baru yang mereka pelajari melalui pelatihan daring, seperti desain grafis dan 

pembuatan website, untuk membuka peluang usaha baru (Susanti et al., 2021). Namun, 

meskipun teknologi menawarkan banyak peluang, penerapannya di desa juga dihadapkan 

pada beberapa tantangan. Infrastruktur digital yang terbatas, seperti jaringan internet yang 

belum merata, menjadi hambatan utama dalam memanfaatkan teknologi secara maksimal. 

Selain itu, rendahnya literasi digital di kalangan sebagian besar masyarakat desa juga 

menghambat adopsi teknologi secara efektif (Haryanto, 2021). Untuk itu, perlu ada upaya 

lebih dalam membangun infrastruktur dan meningkatkan keterampilan digital masyarakat 

desa agar mereka dapat memanfaatkan teknologi dalam menunjang perekonomian mereka 

secara maksimal.

Dengan demikian, meskipun tantangan infrastruktur dan literasi digital masih ada, 

teknologi memberikan dampak positif yang signifikan dalam meningkatkan kehidupan 

ekonomi di desa. Dari peningkatan akses pasar, pengelolaan usaha pertanian yang lebih 

efisien, hingga pengembangan UMKM dan ekonomi kreatif, teknologi memberikan 

peluang besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif di pedesaan.

1. Revolusi Pertanian melalui Teknologi Cerdas

Sektor pertanian di desa telah mengalami transformasi signifikan berkat adopsi 

teknologi cerdas (smart farming), yang memungkinkan petani untuk meningkatkan 

efisiensi dan produktivitas mereka. Teknologi seperti drone, sensor tanah, dan aplikasi 

berbasis Internet of Things (IoT) kini digunakan untuk memantau kondisi tanaman 

secara real-time. Dengan menggunakan sensor tanah, petani dapat memperoleh data 

akurat tentang kelembaban tanah, suhu, dan kualitas tanah, yang memungkinkan 

mereka untuk membuat keputusan yang lebih tepat mengenai irigasi dan pemupukan 

(Kurniawan & Prasetyo, 2022). Penggunaan teknologi ini mengoptimalkan 

pemanfaatan sumber daya dan mengurangi pemborosan, yang pada akhirnya 

meningkatkan hasil pertanian dan mengurangi biaya operasional.

Selain itu, teknologi cerdas juga membantu dalam memprediksi hasil panen 

dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi, yang memungkinkan petani untuk 

merencanakan produksi dan distribusi lebih efektif. Sistem prediksi berbasis data ini 

memungkinkan petani untuk menghadapi tantangan cuaca dan perubahan iklim dengan 

lebih baik. Di Indonesia, berbagai startup telah memainkan peran penting dalam 

membawa teknologi cerdas ke sektor pertanian. Misalnya, eFishery menawarkan solusi 

otomatisasi pemberian pakan ikan, yang memungkinkan petani ikan untuk 

mengoptimalkan produksi dengan mengurangi pemborosan pakan dan meningkatkan 

efisiensi operasional (Putra & Dewi, 2020). Sementara itu, TaniHub memfasilitasi 

petani dalam mengakses pasar yang lebih luas dengan menyediakan platform ecommerce yang menghubungkan petani langsung dengan konsumen atau pengepul, 

sehingga mengurangi perantara dan meningkatkan keuntungan bagi petani (Kurniawan 

& Prasetyo, 2022).

Adopsi teknologi ini tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga 

membantu memperbaiki kualitas hidup petani di desa. Dengan adanya teknologi cerdas, 

petani dapat bekerja lebih efisien, mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja 

manual, dan mengakses informasi yang sebelumnya sulit dijangkau. Namun, tantangan 

tetap ada dalam hal adopsi teknologi, seperti keterbatasan infrastruktur dan akses 

internet di daerah pedesaan yang perlu diatasi agar manfaat teknologi ini dapat 

dirasakan secara maksimal oleh seluruh lapisan masyarakat petani.

2. Digitalisasi UMKM Desa

Digitalisasi telah membuka berbagai peluang baru bagi usaha mikro, kecil, dan 

menengah (UMKM) di pedesaan, memperkuat integrasi mereka dalam ekonomi global. 

Teknologi, terutama melalui platform e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, dan 

Bukalapak, memungkinkan pelaku UMKM untuk menjangkau konsumen tidak hanya 

di seluruh Indonesia, tetapi juga di pasar internasional. Sebelumnya, UMKM di desa 

sering terhambat oleh keterbatasan akses pasar dan distribusi yang terbatas. Namun, 

dengan adanya platform-platform ini, mereka kini dapat memasarkan produk mereka 

secara online, mengatasi hambatan geografis, dan memperluas jangkauan pasar mereka 

secara signifikan.

Menurut data dari Kementerian Koperasi dan UKM, sekitar 20% UMKM di 

Indonesia telah memanfaatkan teknologi digital untuk memperluas pasar mereka, 

menunjukkan bahwa adopsi teknologi telah menjadi pendorong utama dalam 

pertumbuhan ekonomi desa (Mulyani, 2021). Digitalisasi tidak hanya memungkinkan 

pelaku UMKM untuk menjual produk mereka lebih luas, tetapi juga memberikan akses 

kepada berbagai alat dan layanan yang sebelumnya sulit diakses oleh mereka. Misalnya, 

UMKM kini dapat memanfaatkan layanan pembayaran digital, sistem manajemen 

inventaris berbasis cloud, dan pemasaran digital untuk mengelola bisnis mereka secara 

lebih efisien.

Salah satu manfaat utama dari digitalisasi UMKM adalah peningkatan efisiensi 

operasional. Dengan menggunakan perangkat lunak manajemen bisnis dan aplikasi 

keuangan, pelaku UMKM dapat melacak pemasukan dan pengeluaran dengan lebih 

mudah, merencanakan strategi pemasaran yang lebih terarah, dan mengelola rantai 

pasokan dengan lebih baik. Selain itu, melalui platform e-commerce, UMKM dapat 

memperkenalkan produk mereka kepada pasar yang lebih luas, memperluas jangkauan 

mereka baik secara nasional maupun internasional. Sebagai contoh, banyak produk 

lokal khas desa, seperti kerajinan tangan, produk pertanian, dan makanan khas, kini 

dapat diakses oleh konsumen di berbagai wilayah melalui berbagai platform digital.

Namun, meskipun digitalisasi memberikan peluang besar, tantangan tetap ada, 

terutama terkait dengan infrastruktur dan literasi digital di pedesaan. Tidak semua 

pelaku UMKM di desa memiliki akses internet yang stabil atau keterampilan digital 

yang memadai untuk memanfaatkan teknologi ini secara maksimal. Oleh karena itu, 

perlu ada upaya lebih lanjut dari pemerintah dan sektor swasta untuk menyediakan 

pelatihan digital dan memperkuat infrastruktur teknologi di daerah pedesaan agar 

manfaat digitalisasi dapat dirasakan lebih luas.

Digitalisasi UMKM desa merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh 

dalam meningkatkan daya saing ekonomi pedesaan. Dengan memanfaatkan teknologi 

digital, UMKM di desa tidak hanya dapat bertahan, tetapi juga berkembang dan 

berkompetisi di pasar global. Oleh karena itu, penting untuk terus mendorong dan 

mendukung penerapan teknologi ini melalui kebijakan yang mendukung 

pengembangan UMKM dan infrastruktur digital di pedesaan.

3. Digitalisasi UMKM

DesaDigitalisasi telah membuka berbagai peluang baru bagi usaha mikro, kecil, dan 

menengah (UMKM) di pedesaan, memperkuat integrasi mereka dalam ekonomi global. 

Teknologi, terutama melalui platform e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, dan 

Bukalapak, memungkinkan pelaku UMKM untuk menjangkau konsumen tidak hanya 

di seluruh Indonesia, tetapi juga di pasar internasional. Sebelumnya, UMKM di desa 

sering terhambat oleh keterbatasan akses pasar dan distribusi yang terbatas. Namun, 

dengan adanya platform-platform ini, mereka kini dapat memasarkan produk mereka 

secara online, mengatasi hambatan geografis, dan memperluas jangkauan pasar mereka 

secara signifikan.

Menurut data dari Kementerian Koperasi dan UKM, sekitar 20% UMKM di 

Indonesia telah memanfaatkan teknologi digital untuk memperluas pasar mereka, 

menunjukkan bahwa adopsi teknologi telah menjadi pendorong utama dalam 

pertumbuhan ekonomi desa (Mulyani, 2021). Digitalisasi tidak hanya memungkinkan 

pelaku UMKM untuk menjual produk mereka lebih luas, tetapi juga memberikan akses 

kepada berbagai alat dan layanan yang sebelumnya sulit diakses oleh mereka. Misalnya, 

UMKM kini dapat memanfaatkan layanan pembayaran digital, sistem manajemen 

inventaris berbasis cloud, dan pemasaran digital untuk mengelola bisnis mereka secara 

lebih efisien.

Salah satu manfaat utama dari digitalisasi UMKM adalah peningkatan efisiensi 

operasional. Dengan menggunakan perangkat lunak manajemen bisnis dan aplikasi 

keuangan, pelaku UMKM dapat melacak pemasukan dan pengeluaran dengan lebih 

mudah, merencanakan strategi pemasaran yang lebih terarah, dan mengelola rantai 

pasokan dengan lebih baik. Selain itu, melalui platform e-commerce, UMKM dapat 

memperkenalkan produk mereka kepada pasar yang lebih luas, memperluas jangkauan 

mereka baik secara nasional maupun internasional. Sebagai contoh, banyak produk 

lokal khas desa, seperti kerajinan tangan, produk pertanian, dan makanan khas, kini 

dapat diakses oleh konsumen di berbagai wilayah melalui berbagai platform digital.

Namun, meskipun digitalisasi memberikan peluang besar, tantangan tetap ada, terutama 

terkait dengan infrastruktur dan literasi digital di pedesaan. Tidak semua pelaku 

UMKM di desa memiliki akses internet yang stabil atau keterampilan digital yang 

memadai untuk memanfaatkan teknologi ini secara maksimal. Oleh karena itu, perlu 

ada upaya lebih lanjut dari pemerintah dan sektor swasta untuk menyediakan pelatihan 

digital dan memperkuat infrastruktur teknologi di daerah pedesaan agar manfaat 

digitalisasi dapat dirasakan lebih luas.

Digitalisasi UMKM desa merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh 

dalam meningkatkan daya saing ekonomi pedesaan. Dengan memanfaatkan teknologi 

digital, UMKM di desa tidak hanya dapat bertahan, tetapi juga berkembang dan 

berkompetisi di pasar global. Oleh karena itu, penting untuk terus mendorong dan 

mendukung penerapan teknologi ini melalui kebijakan yang mendukung 

pengembangan UMKM dan infrastruktur digital di pedesaan.

III. Implementasi dan Tantangan

Meskipun teknologi memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan di pedesaan, 

penggunaannya masih menghadapi sejumlah hambatan yang memerlukan perhatian serius. 

Tantangan ini mencakup keterbatasan infrastruktur, rendahnya literasi digital, hingga 

kendala ekonomi yang saling terkait dan memengaruhi keberhasilan adopsi teknologi di 

desa.

1. Keterbatasan Infrastruktur

Salah satu kendala utama dalam penerapan teknologi di desa adalah kurangnya 

infrastruktur yang memadai. Banyak daerah pedesaan di Indonesia masih memiliki 

akses internet yang tidak stabil atau bahkan tidak tersedia sama sekali. Setiawan (2020) 

mencatat bahwa konektivitas digital yang buruk menjadi penghalang bagi masyarakat 

desa untuk memanfaatkan layanan teknologi dengan optimal. Selain itu, keterbatasan 

pasokan listrik di beberapa desa menambah kesulitan bagi masyarakat dalam 

menggunakan perangkat teknologi yang membutuhkan daya listrik yang stabil.

2. Rendahnya Literasi Digital

Rendahnya kemampuan masyarakat desa dalam memahami dan menggunakan 

teknologi menjadi salah satu kendala signifikan. Sebagian besar masyarakat pedesaan 

belum terbiasa menggunakan perangkat digital atau aplikasi teknologi. Menurut 

Rahmatullah (2021), kurangnya pendidikan teknologi sejak dini berkontribusi pada 

kesenjangan digital antara masyarakat perkotaan dan pedesaan. Akibatnya, teknologi 

yang tersedia sering kali hanya digunakan untuk kebutuhan dasar, tanpa pemanfaatan 

maksimal untuk tujuan produktif.

3. Kendala Finansial

Aspek finansial juga menjadi tantangan besar bagi masyarakat desa dalam 

mengakses teknologi. Biaya perangkat digital seperti smartphone, laptop, atau modem 

internet, ditambah dengan biaya layanan internet, masih dirasa mahal oleh banyak 

keluarga di desa. Wahyuni (2022) menunjukkan bahwa keterbatasan ekonomi membuat 

masyarakat lebih memprioritaskan kebutuhan dasar dibandingkan alokasi dana untuk 

teknologi, sehingga terjadi kesenjangan akses yang semakin lebar antara desa dan kota.

4. Ketidaksetaraan Gender dalam Akses Teknologi

Ketimpangan gender juga memengaruhi pemanfaatan teknologi di pedesaan. 

Perempuan sering kali menghadapi hambatan sosial dan budaya yang membatasi akses 

mereka terhadap teknologi. Sari dan Hidayat (2021) menemukan bahwa laki-laki 

cenderung lebih banyak mendapatkan pelatihan teknologi dibandingkan perempuan, 

yang pada akhirnya mempersempit peluang perempuan untuk memanfaatkan teknologi 

secara optimal dalam mendukung kehidupan ekonomi maupun sosial mereka.

5. Kurangnya Program Pelatihan Teknologi

Minimnya program pelatihan yang relevan dan berkelanjutan di desa menjadi 

hambatan lain yang signifikan. Meskipun perangkat teknologi tersedia, masyarakat 

sering kali tidak memiliki pengetahuan yang memadai untuk menggunakannya secara 

produktif, seperti untuk bisnis daring atau pendidikan digital. Widodo (2020) menyoroti 

pentingnya pelatihan berbasis kebutuhan lokal untuk memastikan teknologi dapat 

digunakan secara tepat sesuai dengan konteks masyarakat desa.

6. Hambatan Sosial dan Budaya terhadap Teknologi

Di beberapa desa, terdapat hambatan sosial dan budaya yang memperlambat 

adopsi teknologi. Misalnya, anggapan bahwa teknologi modern dapat mengancam 

nilai-nilai tradisional atau persepsi bahwa teknologi hanya cocok untuk generasi muda. 

Prasetyo et al. (2022) mencatat bahwa pandangan semacam ini sering kali menjadi 

penghalang bagi kelompok usia lanjut untuk memanfaatkan teknologi, meskipun 

sebenarnya mereka juga bisa mendapatkan manfaat besar dari teknologi digital.

IV. Strategi Mengatasi Tantangan

Mengatasi tantangan teknologi di desa memerlukan pendekatan yang komprehensif dan 

kolaboratif dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sektor swasta, 

masyarakat, dan lembaga pendidikan. Strategi ini harus dirancang untuk mengatasi akar 

masalah, seperti keterbatasan infrastruktur, literasi digital yang rendah, dan kendala 

finansial, sekaligus membuka peluang baru yang inklusif bagi masyarakat desa.

1. Peningkatan Infrastruktur Teknologi

Pemerintah harus memprioritaskan investasi pada infrastruktur teknologi, 

seperti jaringan internet berkecepatan tinggi dan pasokan listrik yang stabil, di wilayah 

pedesaan. Kolaborasi dengan sektor swasta juga sangat penting untuk mempercepat 

pembangunan infrastruktur ini. Misalnya, perusahaan telekomunikasi dapat diperluas 

cakupannya ke wilayah pedesaan dengan skema insentif pajak. Studi dari Santoso dan 

Widodo (2021) menunjukkan bahwa ketersediaan infrastruktur digital memiliki 

korelasi langsung dengan peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat desa. Selain itu, 

pembangunan pusat teknologi desa, seperti digital hub atau ruang kerja bersama 

(coworking space), dapat menjadi solusi dalam menyediakan fasilitas teknologi bagi 

masyarakat lokal.

2. Program Pendidikan dan Literasi Digital

Rendahnya literasi digital di desa memerlukan program pendidikan dan 

pelatihan yang berfokus pada kemampuan teknologi dasar dan lanjutan. Pemerintah 

dapat bermitra dengan lembaga pendidikan, perusahaan teknologi, dan organisasi nonpemerintah untuk menyelenggarakan pelatihan literasi digital yang mencakup semua 

kelompok usia, terutama perempuan dan anak-anak. Selain itu, pelatihan ini harus 

dirancang untuk relevan dengan kebutuhan lokal, seperti pelatihan penggunaan aplikasi 

e-commerce untuk UMKM atau teknik agrikultur berbasis IoT. Rahmatullah (2021) 

menggarisbawahi pentingnya pelatihan berbasis kebutuhan komunitas untuk 

memastikan teknologi dapat diadopsi dengan efektif di lingkungan pedesaan.

3. Dukungan Finansial untuk Akses Teknologi

Subsidi pemerintah untuk perangkat teknologi seperti smartphone, laptop, atau 

modem internet, serta pengurangan biaya akses internet, perlu ditingkatkan agar 

teknologi lebih terjangkau bagi masyarakat desa. Program kredit berbunga rendah atau 

hibah perangkat teknologi juga bisa menjadi solusi bagi UMKM dan kelompok rentan 

untuk mengadopsi teknologi. Wahyuni (2022) mencatat bahwa subsidi akses teknologi 

telah berhasil meningkatkan penetrasi teknologi hingga 25% di beberapa wilayah 

percontohan di Indonesia. Selain itu, lembaga keuangan mikro berbasis komunitas 

dapat difasilitasi untuk menyediakan pinjaman guna mendukung kebutuhan teknologi 

masyarakat.

4. Penguatan Kemitraan Multi-Stakeholder

Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat harus diperkuat 

melalui program-program berbasis kolaborasi. Perusahaan teknologi dapat melibatkan 

masyarakat desa dalam proyek tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) untuk 

memperkenalkan teknologi baru, seperti aplikasi pertanian atau layanan kesehatan 

daring. Di sisi lain, masyarakat lokal harus dilibatkan aktif dalam pengambilan 

keputusan, sehingga teknologi yang diterapkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan 

mereka.

5. Penyesuaian Budaya dan Sosial terhadap Teknologi

Pendekatan budaya dan sosial harus diterapkan untuk mengatasi resistensi 

masyarakat terhadap teknologi. Edukasi mengenai manfaat teknologi, baik melalui 

media lokal maupun tokoh masyarakat, dapat membantu mengubah persepsi bahwa 

teknologi mengancam nilai-nilai tradisional. Menurut Prasetyo et al. (2022), 

pendekatan berbasis budaya lokal sangat efektif dalam mempercepat adopsi teknologi 

di desa.

6. Monitoring dan Evaluasi Program Teknologi

Program yang diluncurkan untuk mendukung penerapan teknologi di desa harus 

diiringi dengan sistem monitoring dan evaluasi yang komprehensif. Evaluasi ini 

bertujuan untuk memastikan bahwa setiap program mencapai sasaran, seperti 

peningkatan produktivitas UMKM atau peningkatan literasi digital masyarakat. Selain 

itu, hasil evaluasi dapat digunakan untuk memperbaiki program-program berikutnya, 

sehingga dampaknya semakin signifikan.

KESIMPULAN

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memiliki peran strategis dalam 

mengakselerasi pembangunan desa melalui perubahan signifikan dalam aspek sosial dan 

ekonomi. Dengan teknologi, masyarakat desa dapat mengakses informasi global, layanan 

kesehatan modern, dan berbagai peluang ekonomi yang sebelumnya sulit dijangkau akibat 

keterbatasan geografis dan infrastruktur. Contohnya, akses internet memungkinkan petani 

untuk mendapatkan data cuaca terkini, teknik pertanian modern, atau bahkan menjual hasil 

panen melalui platform digital. Selain itu, teknologi kesehatan seperti telemedicine telah 

membantu masyarakat pedesaan mendapatkan konsultasi medis tanpa harus melakukan 

perjalanan jauh, sehingga meningkatkan kualitas hidup mereka. Namun, pemanfaatan TIK di 

desa tidak tanpa tantangan. Keterbatasan infrastruktur digital seperti konektivitas internet yang 

belum merata, terutama di wilayah terpencil, masih menjadi penghambat utama. Selain itu, 

rendahnya literasi digital masyarakat desa menghambat pemanfaatan teknologi secara optimal. 

Tidak hanya itu, keterbatasan finansial juga membuat banyak masyarakat desa kesulitan 

mengakses perangkat teknologi dan layanan internet. Tantangan-tantangan ini memerlukan 

solusi yang terintegrasi dan kolaboratif.

Pendekatan strategis yang mencakup pembangunan infrastruktur digital secara 

menyeluruh, program literasi digital berkelanjutan, serta subsidi finansial untuk perangkat 

teknologi dan layanan internet sangat penting untuk mendukung adopsi teknologi di desa. 

Pemerintah dapat berperan sebagai inisiator dengan menggandeng sektor swasta dan organisasi 

masyarakat untuk mengembangkan program-program pemberdayaan berbasis teknologi. 

Selain itu, pendekatan berbasis budaya lokal diperlukan untuk memastikan teknologi diterima 

secara luas oleh masyarakat desa tanpa mengabaikan nilai-nilai tradisional mereka.

Dengan strategi yang komprehensif dan implementasi yang inklusif, TIK dapat menjadi 

alat transformasi yang signifikan dalam mendorong pembangunan desa yang berkelanjutan. 

Teknologi tidak hanya membuka akses ke peluang baru tetapi juga memperkuat partisipasi 

masyarakat dalam pembangunan, sehingga menciptakan desa yang mandiri, produktif, dan 

terintegrasi secara global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun