Anita gugup ingin berkata jujur. Ditatap Fairuz, bola mata Anita malah meredup.Â
"Apa kau tidak merindukan keluargamu di sana? Bicaralah aku ingin mendengarnya," sekali lagi Fairuz bertanya.
"Aku tak ingin pulang, jika pada akhirnya papah bersikeras menjodohkan aku dengan pria itu."
"Lantas, kau akan terus sembunyi dari masalah ini. Mau sampai kapan Anita?" Fairuz terpaksa ikut campur dalam masalah ini.
"Aku tak mencintainya, aku hanya ingin menikah dengan orang yang kucintai, Mas..." Dan, orang itu adalah kamu, Anita melanjutkan ucapannya di dalam hati.
Fairuz dengan hati getar memberikan solusi.
"Kalau begitu aku akan membantumu, asal kamu bisa pulang bersamaku Minggu ini."
Anita tersentak mendengar ucapannya.
"Mas, mau mengantarkan Anita pulang. Bukankah tujuan Mas datang ke Jogja untuk mencari seseorang. Apa sudah bertemu?"
Yah, aku sudah menemukannya di hadapanku--Kalimat ini tertahan di tenggorokannya. Berulang kali Fairuz ingin berkata jujur, ia tak mampu.
"Sudah dari kemarin, maka dari itu tak ada alasan lagi untuk tetap tinggal. Selain mengantarkan kamu pulang ke Jakarta. Menjadi salah satu tujuanku sekarang, Anita."