"Aku cari seseorang yang penting, melihat kamu aku jadi teringat kepadanya. Untuk itu bolehkah aku menjadi Bodyguard-mu. Kamu pasti membutuhkannya, kamu nggak perlu kuatir. Aku tak membutuhkan bayaran." Fairuz berkata dengan nada serius.
"Apa Mas yakin dengan ucapan tadi?"
"Ya, saya berkata jujur. Saya hanya ingin kamu baik-baik saja."
"Oke, kalau begitu Mas besok bisa datang ke sini. Pada jam 7 pagi."
**
Alih-alih menjadi Bodyguard, Fairuz justru menikmati perannya sebagai kawan paling dekat. Selain Anita cantik, keramahannya mampu membuat hatinya gugup. Pria itu hampir lupa alasan dia berada di kota ini.Â
Getar cinta mulai tumbuh sedikit demi sedikit sepanjang pertemuan. Toko bunga menjadi tempat kenangan jika nantinya mereka kembali membungkus cerita.
"Diminum, Mas. Kopinya." Gadis itu menaruh segelas kopi di meja pengunjung.
Anita rikuh sebenarnya. Seharian ini toko sepi tanpa pengunjung. Berdua saja membuat dirinya salah tingkah.
Fairuz menjadi seperti patung berdiri di teras toko layaknya seorang satpam. Pria itu juga menyadari adanya dirinya di sini. Wanita di hadapannya seolah butuh teman mengobrol.
"Kapan kau akan kembali ke Jakarta?" Tanya Fairuz segera membuka pembahasan.