"Yang sabar, Pah. Jangan berhenti untuk mencari Pak Wahyono! Mamah yakin papah akan diberikan kesempatan kedua untuk bertemu kembali dengannya. Dan, memperbaiki semuanya."
Sang istri selalu menguatkan. Bi Irma, Asisten rumah tangganya mendadak mengundurkan diri dari pekerjaan, dengan alasan saudara di kampung ada yang meninggal.
Gerik gerik Bi Irma tampak mencurigakan, istri Sultan Thamrin menugaskan suruhannya untuk mengikuti kemanapun Bi Irma pergi, secara diam-diam.
Bi Irma menaiki sebuah Bus dengan membawa beberapa perbekalan baju dalam sebuah dus.Â
Wanita paruh baya yang sudah lama bekerja di rumah mewah, memilih pulang ke kampung halamannya.
"Ibu.... "
Sebuah kecupan mendarat di kening Bi Irma sambil mendekap erat dalam pelukan bersama anak perempuannya. Seorang pria yang sedari tadi mengikuti Bi Irma memotret dari kejauhan. Memberi informasi kepada majikannya lewat gadget. Usai itu dimasukan kembali ke dalam kantong celana.
Rumah sederhana, yang berdiri di pelosok desa terpampang bendera kuning di bagian depan pagar rumah.Â
"Bu, emas Wahyono. Hikkk.... "Â
Anak perempuan Bi Irma terisak saat memberi tahu bahwa suaminya telah tiada.
Bi Irma bersama perempuan berhijab hitam menuju ke sebuah makam yang tidak jauh dari rumahnya. Papan berisi coretan tinta putih dengan nama Wahyono Cahyadi begitu jelas terbaca.