Di dalam sebuah rumah mewah berdinding keramik, Sultan Thamrin memberi perintah asisten dapur untuk mengolah satu ikan pilihannya dari beberapa ikan yang sudah terjual.
Waktunya Sultan Thamrin untuk melepas penat, bersandar di dalam sofa bersama istri tercinta.Â
Tiba-tiba dari arah dapur asistennya memanggil-manggil.
"Pak lihat ini. Kepala ikan ini sangat keras, dengan pisau tajam pun masih sulit dipotong."
"Yang bener saja, Bi."
Sultan Thamrin tak percaya, sebelum melihat dan mencobanya sendiri. Sang Istri ikut mendekat. Dengan sigap mengambil pisau tajam meraih ikan kemudian meletakkannya di atas papan penggilas.Â
"Pah, beneran susah."
Sekalipun pisau yang tajam kepala ikan tersebut tak bisa dipisahkan dari tubuhnya. Sultan Thamrin sangat kesal melihat hal itu. Lalu menghubungi koki andalan yang sudah dipercaya. Ditangan si koki apapun jenis olahan akan menjadi masakan terenak. Soal potong memotong tak bisa diragukan lagi.
Proses memasak ditunda dua puluh menit, si koki telah sampai di kediaman Sultan Thamrin.
Saat si koki andal ingin menunjukkan keterampilannya. Akan tetapi yang terjadi sungguh memalukan. Kepala ikan tetap utuh, pisau tajam yang dipegang terpeleset ke lantai. Sultan Thamrin menunjukkan gigi. Rahangnya mengeras dengan perut buncit setengah menahan lapar.
Sultan Thamrin membelah kepala ikan dengan kedua tangan kosong, memasukkan jari telunjuk ke mulut ikan. Beberapa saat saja mulut ikan menutup, jari Sultan Thamrin tertelan. Tak bisa dilepas. Semua penghuni rumah panik, istri Sultan mencoba membantu menarik kepala ikan, yang terjadi justru jari sang suami makin kesakitan.