Darah keluar dari mulut ikan, membuka Sultan Thamrin makin kewalahan. Karena para asistennya juga tak bisa melepaskan jari telunjuknya dari mulut ikan. Sang istri menekan nomor pada layar gadget, menyuruh seseorang untuk segera datang.Â
Kedatangan pria berjas putih disambut hangat seisi rumah.Â
"Tuan, saya sarankan anda harus segera dioperasi namun anda akan kehilangan jari telunjuk. Karena gigi tajam ikan ini sudah menancap dalam ke kulit jemari. Jika tanpa bantuan alat bisa-bisa terjadi penyobekan kulit dan itu akan sangat berbahaya," ujarnya setelah memeriksa.
Wajah Sultan Thamrin memerah mengucurkan keringat dingin. Para bodyguard membawa majikannya ke rumah sakit terdekat.Â
Salah satu Asisten rumah tangganya yang dipanggil Bi Irma memberi kesimpulan kepada istri Sultan Thamrin.
"Kemungkinan ikan ini bukan hak Bapak, sebaiknya dikembalikan ke pemiliknya."
"Mengapa Bi Irma bisa punya pemikiran seperti itu?"
Bi Irma menghembuskan nafas berat, "Karena tidak mungkin ikan mati bisa sekeras ini. Jika memang itu milik kita pasti akan biasa saja. Ikan akan lunak dan mudah untuk dimasak."
"Lantas bagaimana, Bi?
"Lebih baik Ibu tanyakan pada Bapak dari mana ikan ini dia peroleh." Saran Bi Irma
"Oke, Bi. terima kasih."