Mohon tunggu...
Sayekti Rahayu
Sayekti Rahayu Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Gizi tingkat 2 Poltekkes Kemenkes Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mimpi ituu...

25 November 2012   11:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:42 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"woiiiii !"

bentaknya menyadarkankku dari lamunan panjang ku. tanpa sadar aku sudah melamun sejak aku menaruh tas dan menaruh badanku di bangku ringkih ini.

"pagi - pagi ngelamun ! hayoooooo ngelamunin apaaa ??" keponya kumat banget -_-

"apa'an sih. enggak ada apa - apa kok." kataku sambil tersenyum tipis

semuanya berjalan normal - normal saja sampai pada akhirnya, aku berada pada suatu titik dimana aku jenuh. jenuh pada keadaan setiap hari yang kulalui begitu - begitu saja.

tadi malam mimpiku aneh. jarang - jarang lhoo aku mengingat apa yang telah aku impikan. hehehe. jadi gini, aku berada pada ruangan kosong. kosong banget. warnanya sangat putih. silau sekali. dan lebih parahnya aku sendirian. iya sendirian. nggak ada siapapun didalamnya. bingung, aku berlari sangat kencang, tapi kenapa tak ada ujungnya. kemudian aku mencoba berlari sekencangmungkin lagi. aku pun tak merasakan peluhku berjatuhan. ini dimana ?? aku mencoba berteriak. niatku adalah meminta tolong. tapi ! jedeerr ! suaraku sendiri nggak bisa aku dengar. *sumpah khayalan tingkat tinggi, jujur, penulis juga belum pernah :p*

daaann..

"Saraahh !! banguuun deek. sekolah !"

akhirnya aku mendengar sebuah suara, pikirku. dan seolah tubuh ini sehabis bertamasya kemanaa gituu. aku capek. menggos - menggos. jantungku nggak karuan detaknya. ternyataaaa..lega sekali perasaan ku. aku cuman bermimpi :)))

ku atur nafasku, lalu beranjak dari tempat tidur dan ku langkahkan kaki kecilku ke kamar mandi untuk segera bersiap - siap ke sekolah. malas juga mendengar omelan lebih lanjut dari mama.

setelah mencium masing - masing punggung ayah dan mamaku tapi sebelumnya aku sarapan dulu.

"Maaa..yahh..berangkat." "Assalamualaikum"

"Walaikumsalam." jawab mereka serentak disusul suara batuk kecil dari tenggorokan ayahku

kemudian aku langsung menuju garasi untuk mengambil sepeda polygon hijauku. sepeda kesayanganku, hadiah dari om Hadi waktu ulang tahun ku yang ke 15.

ku ayun sepeda dengan kecepatan yang sedang - sedang saja, sambil masih memikirkan apa yang sebenarnya tejadi tadi malam. ku hirup sejuknya udara pagi yang telah semalaman terguyur hujan gerimis. Alhamdulillah, indahnya nikmat Allah :)).

sampai di parkiran, hanya terlihat beberapa sepeda sejenisku bertengger di ujung - ujung parkiran sekolahku yang memanjang. sepertinya lagi - lagi aku kepagian. masih dalam memikirkan kejadian apa yang sebenarnya terjadi tadi malam, ku taruh sepedaku seenaknya tangan dan kakiku melangkah.

aku berjalan menuju ruang kelasku di lantai 2 lalu duduk di bangku ringkih tempat yang memang biasa aku duduki bersama rina.

***

"wooii. kenapa kok ngelamun sarah ? aneh banget deh. nggak biasa - biasanya kamu kayak gini sar."

aku mencoba tak menghiraukan pertanyaan rina, tapi rasa nggak enak ini sangat sulit buat ku pendam sendirian.

"aduuh. aku juga pengen cerita, tapi bingung juga mau cerita kayak gimana. aduuh gimana yaa. perasaan ku juga nggak enak banget nih. sumpah nggak enak bangeeeettt." cerocosku panjang lebar

rina hanya melongo dan berkata "kaan. kaan. gejemu kumat deeh."

" tarik nafas panjang, hembuskan, tarik lagi, hembuskan lagi. cobak deh sar." saran rina sambil memeragakan kedua tangannya naik turun.

setelah bercerita panjang kali lebar kali tinggi akhirnya hanya tiga kata yang dilontarkan rina.

"aku nggak mudeng."

"haduuuu..rinaaaa" rengekkku dengan wajah kesal

emang sih, rina yang mana dia adalah sahabatku sejak kelas 1 sma ini agak - agak o'on kalau masalah diluar bidang logikanya. dia sangat pandai dalam mata pelajaran fisika tapi lemah di biologi dan ilmu sosial. yang mana itu semua berhubungan sama perasaan *menurut penulis*

TEETT..TETT.TEEEEETTT.

tanda bunyi bel masuk kelas sudah terdengar. aku bergegas membereskan posisi dudukku, buku - buku segera kupersiapkan dan lain sebagainya. tapi di lagi - lagi, di tengah pelajaran, aku masih memikirkan apa yang sebenarnya di malam kemarin. ku tahan daguku dengan kedua tanganku di meja. dan kutarik nafas panjang.

"dok.dok.dok.dook..dok.dok.dook" suara itu membuyarkan lamunanku. suara ketukan pintu kelasku oleh seorang yang tak asing bagiku. guru bimbingan konseling yang biasanya selalu bergerak maju bila ada siswa yang terlambat masuk sekolah. semua mata teman sekelasku tertuju padanya

"permisi pak, mau manggil Sarah Ayunda Putri" suaranya lirih

"ada yang namanya Sarah disini ?"

"oh, iya. saya pak." kataku seraya berdiri dari bangku ini dan kemudian berjalan menuju guru bimbingan konseling yang memanggilku.

"ada apa ya pak ?"

"tadi ada telepon dari paman mu. kamu di suruh buat pulang sekarang juga."

deg. sejenak dadaku sakit. tapi kembali lagi. ada apa ya kira - kira. nggak biasanya aku di telepon melalui sekolah

"oh, iya pak. tapi kenapa pak ya ? kata pamanmu, dia sudah berusaha meneleponmu tapi tidak bisa.

langsung kurogoh hp yang ad di saku bajuku. dan yang benar saja. handphone ku lowbatt pagi - pagi. gak biasa - biasanya juga.

tanpa pikir panjang, tanpa pula aku masih memikirkan apa itu yang sebenarnya terjadi pada ku malem kemarin, aku langsung membereskan buku - buku yang berserakan di meja. dan menenteng tas keluar dari kelas. aku juga tak menghiraukan pertanyaan dari Rina. entah apa yang ia ingin tanyakan. ia selalu saja kepo dan selalu penasaran. bukansalahku juga, seolah - olah telinga ini di buntu sesuatu sehinga aku tak bisa mendengar suaranya.

menuju parkiran. di parkiran aku kayak orang linglung. masalahnya : aku lupa menaruh sepeda polygon hijauku dimana. jedeeerrr. matilah akuu. oke aku putuskan buat pulang naik ojek saja. biar nanti sore saja ku suruh mang jajang mengambil sepedaku.

di perjalanan menuju rumah ku. lagi - lagi aku masih memikirkan tentang kejadian semalam dalam mimpiku. tapi tak sampai akhir aku berfikir. aku melihat ada bendera kuning bertengger di ujung gang rumahku.

deg. dadaku terasa sakit lagi. tapi sejenak kemudian normal kembali.

"hmmmm..kasian. . siapa yang meninggal yaa ?" kataku dalam hati

dag.dig.dag.dig.dug.dagdigdug. bunyi detak jantungku semakin nggak karuan. dan tambah detik, jantung ini rasanya mau copot. aku bergeming lagi dalam hati

"jangaann..jangaannn!"kemudian diam

"aaahh..nggak mungkin..nggak mungkin."bantahku pada diri sendiri

"tapi, bisa juga sih!" galau segalau galaunya galau

"trus kalo beneran??" tanyaku dalam hati

begituuu seterusnya gejolak di hati ini. serasa motor tukang ojek ini berjalan dengan kecepatan 0,5 km/jam. waktu berjalan lambat sekali. sangat lambat. kayak slow motion gitu. padahal jarak rumah dari gang yang ada bendera kuning hanya sekitar 1 km. *penulis agak lebay :p*

dan akhirnya sampai juga di depan rumah. mang jajang yang menyambutku dengan gaya khasnya. tapi ada yang aneh dengan garis mukanya. tidak seperti tadi pagi, saat aku berangkat sekolah.

"non Sarah, enon, sudah ditunggu om Hadi di ruang tengah"

deg. haah. aku nggak suka sama ini ! sumpah ! dadaku sakit sekali :(

tanpa menanggapi mang jajang, aku langsung berlari ke dalam rumah. di dalam rumah yang tak begitu luas ternyata sudah banyak orang di dalamnya. entah dimana kendaraan mereka. mungkin karena aku terlalu tidak memperhatikan. saking paniknya.

semua mata yang ada didalam rumahku tertuju padaku.

"ada apa ini ???" tanyaku dalam hati

om Hadi segera memelukku. memeluk erat tubuh ku. sampai aku tak bisa bernafas. dada ini sangaatt sakiitt.

"Sarah, yang tabah yaaa.." kata om Hadi lirih

"ayaaahmuu....kemudian mamamuuu..." lanjut om Hadi sambil sesenggukan

deg. hampir tak tak bisa aku bernafas. dadaku sakiit. tapi masih bisa ku tahan dan bertanya pada omku

"kee..keenaa..pp.ppaa omm, ayah sama mamaaa ??"tanyaku juga sambil membendung air mata yang tak ingin kujatuhkan tapi ku tahan kedalam sampai sakit.

setelah panjang lebar om Hadi bercerita. akhirnya aku tak kuat lagi membendung air mata ini. wajar. rasanya lemass. kaki ini lemas, nggak kuat buat berjalan, rasa sakit di dada sudah tidak sekait tadi. semua berjalan sewajarnya. sampai pada akhir. aku melihatnya. melihat mereka kembali. dengan sepenuh tenaga aku kuat melihatnya.

sekarang aku tau apa maksudnya. maksud dari mimpi yang semalam. saat ini aku benar - benar sendiri seperti yang kuimpikan tadi malam, mau teriakpun tidak bisa karena aku terlalu shock dan pada akhirnya aku tidak bisa mengucapkan sepatah katapun. sakit. aku hanya bisa mendengar tanpa bisa mengucapkan. ini sakit. lebih sakit dari apapun. sungguh.

ayahku terkena serangan jantung dan mamaku kaget dan pada akhirnya terkena serangan jantung juga. ini musibah atau apa aku juga nggak tau. yang aku tau pasti, mimpi ituu...

sendiri. putih. kosong. berlari tanpa peluh. berteriak tanpa suara. itu tanda yang di berikan.

the end

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun