" tarik nafas panjang, hembuskan, tarik lagi, hembuskan lagi. cobak deh sar." saran rina sambil memeragakan kedua tangannya naik turun.
setelah bercerita panjang kali lebar kali tinggi akhirnya hanya tiga kata yang dilontarkan rina.
"aku nggak mudeng."
"haduuuu..rinaaaa" rengekkku dengan wajah kesal
emang sih, rina yang mana dia adalah sahabatku sejak kelas 1 sma ini agak - agak o'on kalau masalah diluar bidang logikanya. dia sangat pandai dalam mata pelajaran fisika tapi lemah di biologi dan ilmu sosial. yang mana itu semua berhubungan sama perasaan *menurut penulis*
TEETT..TETT.TEEEEETTT.
tanda bunyi bel masuk kelas sudah terdengar. aku bergegas membereskan posisi dudukku, buku - buku segera kupersiapkan dan lain sebagainya. tapi di lagi - lagi, di tengah pelajaran, aku masih memikirkan apa yang sebenarnya di malam kemarin. ku tahan daguku dengan kedua tanganku di meja. dan kutarik nafas panjang.
"dok.dok.dok.dook..dok.dok.dook" suara itu membuyarkan lamunanku. suara ketukan pintu kelasku oleh seorang yang tak asing bagiku. guru bimbingan konseling yang biasanya selalu bergerak maju bila ada siswa yang terlambat masuk sekolah. semua mata teman sekelasku tertuju padanya
"permisi pak, mau manggil Sarah Ayunda Putri" suaranya lirih
"ada yang namanya Sarah disini ?"
"oh, iya. saya pak." kataku seraya berdiri dari bangku ini dan kemudian berjalan menuju guru bimbingan konseling yang memanggilku.