Mohon tunggu...
Mustofa Ludfi
Mustofa Ludfi Mohon Tunggu... Lainnya - Kuli Tinta

Bapak-bapak Beranak Satu :)

Selanjutnya

Tutup

Roman

Siluet-Buku I (Tuhan Maha Pemberi Kejutan)-10

2 September 2024   20:57 Diperbarui: 2 September 2024   21:06 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentang Kertosono. Kota kecil itu adalah anak kandung kabupaten Nganjuk. Pecel tumpang adalah makanan khasnya. Makanan yang berbahan tempe busuk ini telah melegenda sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. 

 

Warung-warung berjajar rapi di pinggir jalan. Hampir semuanya menyediakan pecel tumpeng. Dengan minuman es teh, kopi dan bandrek. Tapi ada beberapa yang menjual ketan kelapa parut, yang orang Malang bilang itu adalah ketan kicir, tapi jumlahnya sangat minor. Kertosono lebih mengutamakan tempe busuk dari pada yang lain.

 

Hari-hari besar, biasanya hari raya. Banyak sekali orang dari luar kota yang menyerbu daerah kecil itu. Semuanya berharap lidahnya akan tersiram kuah tumpang dan giginya akan mengunyah rempeyek yang lembut dan empuk. 

 

Pecel tumpang disajikan dengan aneka sayuran mentah, semisal daun kemangi dan biji-biji lamtoro muda. Kadang ada juga yang melengkapinya dengan rebusan tauge, kangkung dan daun bayam. Makanan itu menjadi sempurna saat disajikan dengan pincuk yang terbuat dari daun pisang. Nasi yang disajikan biasanya tidak lebih dari satu setengah entong[4] yang berukuran tanggung. Porsi ekstra sedikit ini yang membuat mereka belingsatan. Banyak di antara mereka memesan lagi. Seporsi lagi. Kadang juga, dua porsi lagi. Begitu sejak dulu.

 

Pecel tumpang yang melegenda itu bukan sekadar makanan biasa. Pecel tumpang dengan semua aksesorisnya itu memiliki nilai filosofi yang sangat tinggi. Semuanya saling melengkapi. Satu hilang, maka kekuatan rasanya akan berkurang. 

 

Pecel tumpang adalah miniatur pluralitas bangsa ini. Unsur pembentuknya yang heterogen adalah lukisan nyata dari Bhinneka Tunggal Ika. Pecel tumpang memang terdiri dari bahan-bahan yang berbeda, tapi pada dasarnya mereka mempunyai tujuan yang sama. Bahan-bahan yang berbeda itu hanya ingin menjawab rasa haus akan kenikmatan sebuah makanan. Kenyataan itu senada dengan konsep Bhinneka Tunggal Ika yang mengajarkan bahwa perbedaan akan mewujudkan kesatuan yang kukuh. Berbeda-beda tapi tetap satu jua; tetap satu tujuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun