"Aku tidak menduga seramai ini." Lalang mengomentari pendemo Pak Djan. Aven hanya diam. Ia dulu juga seperti itu. Kalimat yang sama. Mimik muka yang sama. Sehati? Mirna bilang, itu hanya kebetulan. Hidup itu banyak sekali kebetulannya. Sebab, manusia memang diciptakan seperti jejaring laba-laba. Saling terhubung. Terkoneksi. Nyetrum, celetuk Mirna.
Â
"Kertosono bisa nyampai Jakarta berkat jasa Pak Djan!" Lumbung yang ganti mengomentari Lalang. Aven diam, lidahnya sudah berair. Sudah kepingin mengulang kenikmatan itu lagi.
Â
"Parkir di sini saja. Kalau mendekat, kita tidak bisa keluar cepat," kata Lumbung sambil turun dari mobil. Disusul Aven dan Lalang.
Â
"Lalang, mau campur apa hanya pecel saja atau mungkin tumpang saja?" tawar Lumbung pada Lalang.
Â
"Campur saja. Kamu, Ven?" Lalang ganti menawari Aven.
Â
"Akhirnya. Aku ikut kamu saja, Nona! Campur. Aku pesankan dua porsi!" jawab Aven penuh semangat.Â