Salim: COK! ANJING KAU PERCIL! JANGAN BUAT AKU SAKIT HATI TERUSSSS Cok! ATAU MUNGKIN KAU YANG MENGKHIANATIKU Cok!!! Bangsaat!!! huhh huhh hik hik hik..
"Jancok jancok cok cok cok jaNCOK RAIHMU KONTOL ANJING COK!!!!!!!"
"BRakk brakkkkk brakkkkk ! BBBRAAAAKKKKKKKKKKKK!!!!!!"
Salim pun kembali meneteskan air mata, kaget karena selama ini dia selalu setia pada Usman, tapi Usman tidak tahu dengan perasaanya. Lalu salah satu orang Usman yang diam saja berbicara dengan nada keras, namanya adalah Anthony.
Anthony: Hei cengeng bangsat kau pak! (sambil menggebrak meja lalu menunjukkan tanga kepada Salim). Jangan seenak-enaknya berbicara pada Brother Usman!!! Aku disini diam saja buat ini-ini makin tenang dan pembicaraanya makin damai! Eh elu congor syaiton, malah ngerusak!
Lalu 4 orang yang ada di ruangan yang gelap itu, dimana mereka duduk di sisi-sisi meja kayu bundar menjadi mulai tegang dan panas...
#Note: BTW Meja bundar itu pernah digunakan oleh Rakun untuk menggorok musuh-musuh politik PGN. Jadi jangan heran kalau meja itu warnanya hitam agak kemerah-merahan. Dan tidak pernah dibersihkan, supaya tampil sangar dan keren. Dan bau mayat pada meja itu telah dinetralkan oleh senyawa khusus yang membersihkan bau mayat tanpa membersihkan warnanya. Walaupun begitu bau mayat masih ada, kata Rakun sih makyus! Diameter meja 6.5 Meter, berbentuk sedikit oval. Terbuat dari kayu.
Salim: Hancukkk!!! Junior Bangsat!!! Cil pasti orang-orangmu bangsat semua omonganya karena pasti ini didikanmu ya heik hik hik! cokkkkkk....
Riyadi: Pak, anda ini di markasnya Rakun. Kami ini tidak akan segan-segan membunuh bapak PAHAM (sambil geregetan)
Salim: HAAHHH!!! Bawel cokkkk. cangkepmu cokkkk....! Hahhhhhh.....
Usman: #menarik nafas pelan-pelan, lalu hembuskan...# Hahhhhh.... Sudahlah kalian ini tolong tenangkan diri! Aku yang paling tertekan di sini brother semua! Seharusnya kalian bisa bersabar! Percil ya, julukanku dulu masih kecil ya :D hahaha aku udah lupa nih :)
Usman pun tersenyum, pembunuh ini ingat tentang masa lalunya yang benar-benar indah dan damai tidak seperti sekarang. Lalu tampak di imajinasinya dia berkhayal tentang masa lalunya yang masih kurus dan pendek, bergigi ompong, berpakaian lusuh, terus tersenyum dan tertawa memandangi langit dan sambil bermain layang-layang. Dia berpikir "Betapa indahnya layang-layanganku. Seperti keajaiban! Aku merasa layanganku terbang bukan karena udara yang berhembus, Tetapi perasaan damai dan tenang yang membuat layanganku terbang jauh. BEBAS! Itulah layanganku yang terbang BEBAS untuk menelusuri langit dunia. Tidak seperti sekarang. Di jaman yang gila, yang tidak ada perdamaian sama sekali. Aku yakin seandainya layanganku aku terbangkan pada saat ini, aku yakin layanganku tidak akan bisa terbang. Karena saat ini tidak ada yang namanya perdamaian, ketenangan, dan KEBEBASAN!"